Menyedihkan! Inilah Kisah Tragis dari Kuda Jeneponto

"Apa yang terkenal dari Jeneponto?"
Kalau kamu bertanya ini pada orang lokal, maka ada tiga jawaban mereka. Yaitu ballo (minuman fermentasi dari buah talak), garam dan kuda. Namun bukan kuda pacuan yang dimaksud, melainkan kuda yang berupa kumpulan daging segar yang akan menyita matamu dalam sepanjang perjalanan di jalan raya Jeneponto.
Para penjual di Jeneponto mengatakan, tidak hanya daging yang mereka jual. Mulai dari rambut kepala dan ekor kuda yang bisa dijadikan sapu, kotorannya untuk pupuk tanaman dan kulit kuda untuk para pengrajin kulit, semua dijual. Selain itu, otak dan jerohan kuda lainnya, hingga darah kuda sebagai bumbu penyedap. Bahkan (maaf) penis kuda dipakai untuk vitalitas pria dewasa, kamu bisa temukan di penjual daging kuda Jeneponto.
Baik Nggak Sih Makan Daging Kuda Itu?

Jeneponto memang berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia. Kuda yang fungsi awalnya sebagai tenaga bantu manusia, di daerah ini tragisnya menjadi makanan. Bagi masyarakat Jeneponto, kurang afdol rasanya jika tidak ada masakan daging kuda dalam sebuah acara.
Sebenarnya, ada banyak perdebatan mengenai halal atau tidak makan daging kuda. Namun terlepas dari itu, daging kuda memiliki banyak manfaat. Salah satunya adalah menyembuhkan penyakit asma, epilepsi, rematik dan pegal linu. Daging kuda juga dipercaya dapat menaikkan vitalitas tubuh dan gairah seksual.
Fakta Menarik dari Jeneponto

Karena konsumsi daging kuda yang cukup tinggi di daerah ini, mengakibatkan tingginya permintaan kuda hidup di Jeneponto. Walaupun Jeneponto memiliki banyak padang sabana untuk pengembangbiakan kuda, namun kebutuhan kuda masih banyak didatangkan dari daerah lain. Kuda untuk bahan makanan di daerah ini didatangkan dari Timor dan Flores. Kegemaran masyarakat Jeneponto terhadap kuda ini juga memunculkan stereotipe bahwa masyarakat di daerah ini cenderung keras dan temperamen.
Nah, pikirkan, apakah lebih baik makanan dari bahan daging kuda ini tetap dilestarikan atau tidak?