10 Negara Paling Ramah Disabilitas 2025

- Swedia memiliki akses wisata inklusif dari kota hingga alam, dengan fasilitas mobility assistant, kursi roda elektrik, dan sensory map bagi penyandang autisme.
- Kanada menawarkan pengalaman kota inklusif sepanjang musim dengan informasi audio visual, kursi prioritas ekstra, dan adaptive hiking chair untuk jalur tebing.
- Selandia Baru menyulap wisata alam menjadi mudah diakses semua orang dengan accessible deck di Milford Sound dan paragliding seat harness di Queenstown.
Dalam rangka menyambut Hari Disabilitas Internasional pada 3 Desember 2025, menarik rasanya melihat bagaimana banyak negara di dunia mulai benar–benar membuka kesempatan untuk traveling yang inklusif. Bukan hanya soal fasilitas umum yang ramah kursi roda, tetapi juga dukungan, teknologi, hingga gaya hidup yang memberi ruang bagi siapa pun untuk menikmati dunia tanpa batasan berarti.
Traveling kini juga milik mereka yang butuh dukungan tambahan untuk bisa merasakan pengalaman yang sama. Jadi, mari kita tengok beberapa negara yang sudah lebih maju dalam hal aksesibilitas sekaligus ramah bagi penyandang disabilitas. Ini daftar negara paling ramah disabilitas 2025 yang siapa tahu salah satunya jadi tujuan perjalanan kamu selanjutnya, nih!
1. Swedia membangun akses wisata dari kota hingga alam

Bandara Arlanda di Swediamenyediakan mobility assistant, kursi roda elektrik, dan jalur cepat bagi traveler difabel. Di Stockholm, kapal wisata ke Djurgården memiliki ramp dan lift, sementara museum-museumnya dilengkapi sensory map bagi penyandang autisme. Bahkan, Tyresta National Park memiliki boardwalk rata yang memungkinkan kursi roda menjelajah hutan dengan aman.
2. Kanada menghadirkan pengalaman kota inklusif sepanjang musim

Metro Toronto dan TransLink Vancouver menyediakan informasi audio visual, kursi prioritas ekstra, serta halte dengan heated shelter untuk musim dingin. Taman nasional seperti Banff dan Jasper menawarkan viewpoint landai, serta adaptive hiking chair untuk jalur tebing. Traveler difabel juga bisa menikmati niagara cruise, karena kapal memiliki boarding landai dan ruang manuver yang luas.
3. Selandia Baru menyulap wisata alam menjadi mudah diakses semua orang

Milford Sound, Selandia Baru, memiliki accessible deck yang memungkinkan traveler melihat fjord tanpa harus naik tangga sama sekali. Queenstown juga menyewakan paragliding seat harness bagi pengguna kursi roda yang ingin terbang. Banyak pula glamping site di Selandia Baru yang menyediakan roll-in tent, jalur berpermukaan keras, dan toilet difabel standar internasional.
4. Australia membuka kesempatan penyandang disabilitas untuk bertualang

Great Barrier Reef menawarkan diving kursi roda bawah air (adaptive SCUBA), yakni salah satu yang terbaik di dunia. Pantai Bondi dan Gold Coast juga punya beach wheelchair dan matting track hingga tepi laut. Kereta antarnegara bagian di Australia menyediakan ruang tidur aksesibel untuk perjalanan panjang, cocok bagi traveler yang ingin roadtrip lintas kota.
5. Norwegia merancang wisata fjord untuk mobilitas terbatas

Cruise fjord di Bergen, Norwegia, menyediakan lift antar deck dan kabin akses khusus. Jalur Trollstigen di Norwegia juga punya viewing platform tingkat rendah, sehingga panorama pegunungan tetap bisa dinikmati tanpa harus melakukan hiking yang melelahkan. Berbeda dari kebanyakan negara di dunia, bus antarkota di sini menyediakan wheelchair secure lock dan priority ticketing, sehingga memudahkan eksplorasi ke kota-kota kecil, seperti Ålesund atau Tromsø.
6. Inggris mengubah kota bersejarah menjadi ruang wisata tanpa hambatan

Kereta LNER jurusan London–Edinburgh menyediakan companion seat dan juga ramp portable yang bisa dipasang dalam hitungan detik. Banyak kastil tua, seperti Tower of London, memiiki lantai kaca agar pengguna yang memakai kursi roda tetap dapat naik ke area rampart. Museum besar di Inggris juga punya quiet visiting hour untuk pengunjung yang sensitif terhadap suara bising pengunjung.
7. Singapura menyempurnakan transportasi publik untuk wisata

Setiap stasiun MRT memiliki gap minim ke kereta, guiding block kuning memanjang tanpa putus, serta sensor audio untuk difabel netra. Trotoar Orchard dan Marina sepanjang ribuan meter dibuat smooth rolling surface dan juga minim retakan, sehingga aman dan ramah bagi para penyandang disabilitas yang ingin liburan di Singapura. Sentosa Island pun menyediakan accessible cable car, priority queuing lane, dan shuttle buggy untuk yang tidak mampu berjalan jauh.
8. Jerman memperluas akses museum, taman kota, hingga stadion bola

Di Jerman, kursi roda bisa masuk ke Allianz Arena melalui ramp 360 degree yang mengelilingi stadion. Museum di Berlin menyediakan tactile tour untuk tunanetra yang mana pengunjung boleh menyentuh replika patung. Taman kota, seperti Tiergarten, punya jalur untuk mobility scooter dan toilet akses di hampir setiap gerbang taman yang mana semakin memudahkan penyandang disabilitas untuk menikmati waktu mereka liburan di Jerman.
9. Jepang meningkatkan pengalaman wisata dengan dukungan teknologi

Shinkansen menawarkan reserved wheelchair booth tepat di sisi toilet besar untuk difabel. Banyak pula ryokan menyediakan tatami ramp agar pengguna kursi roda tetap dapat merasakan pengalaman menginap tradisional ala Jepang. Tokyo Skytree, Osaka Castle Lift Route, dan teamLab Planets juga punya jalur akses terpisah agar pengunjung disabilitas tidak perlu antre panjang.
10. Spanyol menjadikan eksplorasi kota tua nyaman untuk kursi roda

Barcelona memasang incline elevator di bukit Montjuïc agar semua wisatawan bisa mencapai viewpoint. Metro Madrid pun kini sudah 70 persen step free dan akan bertambah setiap tahun. Banyak pantai di Barcelona yang memasang amphibious chair serta volunteer lifeguard, sehingga traveler berkursi roda bisa benar-benar masuk ke air, bukan hanya melihat dari tepi pantai.
Pariwisata yang inklusif berarti setiap orang bisa merasakan pengalaman yang sama tanpa rasa dibatasi. Sepuluh negara ini menunjukkan bahwa fasilitas ramah disabilitas bisa diterapkan dan berjalan dengan baik. Semoga daftar ini menginspirasi lebih banyak traveler disabilitas untuk bepergian tanpa rasa takut, dan lebih banyak negara untuk meniru standar akses yang sama.


















