rumah adat Walewangko (instagram.com/sulawesi_utara_99)
Mulanya, rumah adat Sulawesi Utara ini dibuat dengan diikat dan ditempelkan pada pohon yang tinggi. Ini dilakukan sebagai antisipasi banjir serta gangguan binatang buas. Namun, pada penelitian Belanda pada 1850, terdapat perubahan di rumah adat Walewangko. Perubahan tersebut ada pada bentuk panggungnya yang masih bertahan hingga kini.
Umumnya, kayu yang dipakai pada rumah adat Walewangko ini adalah kayu besi, tepatnya pada penyangka rangka rumah. Konon, kayu ini banyak dipilih karena kokoh dan awet hingga ratusan tahun.
Ciri yang paling ketara pada rumah adat ini ada pada bentuknya yang simetris. Ini pun diperkuat dengan dua buah tangga di area depan pintu masuk. Uniknya, arah anak tangganya dibuat saling berlawanan, yakni dari sisi kanan rumah dan sisi kiri.
Peletakan tangga ini pun bukan tanpa alasan, konon tangga tersebut dibuat dengan bertujuan untuk menangkal roh jahat, yang apabila masuk dari satu sisi tangga akan turun kembali melalui sisi tangga yang satunya. FYI, jumlah anak tangga ini mengartikan besaran harta untuk mempelai perempuan.
Lebih jauh, rumah adat Walewangko dilengkapi ornamen naga pada kanan dan kiri, yang bermakna tidak takut dengan hal apapun. Selain itu, bangunannya didominasi warna merah sebagai simbol keberanian menurut kepercayaan orang Minahasa.