7 Culture Shock Liburan di Surabaya, Kamu Pernah Mengalaminya?

Dialek Arekan yang selalu dianggap kasar

Intinya Sih...

  • Surabaya merupakan kota terbesar di Jawa Timur, fasilitas lengkap dan masyarakat beragam
  • Dialek Arekan biasanya terdengar kasar dengan intonasi tinggi.
  • Penyetan dan Warung Kopi adalah makanan khas Surabaya dan warung kopi ramai malam hari.

Surabaya merupakan kota terbesar di Jawa Timur yang memiliki fasilitas lengkap dan masyarakatnya beragam. Kota Pahlawan ini menawarkan banyak tempat bersejarah dan mudah dijangkau dari berbagai daerah. Apakah kamu berencana liburan di Surabaya dalam waktu dekat?

Buat kamu yang pertama kali liburan di Surabaya, mungkin kamu akan mengalami culture shock atau gegar budaya. Hal wajar ini menjadi bagian dari proses penyesuaian terhadap lingkungan yang tidak familier. Setidaknya tujuh hal berikut ini bisa bikin kamu mengalami culture shock saat liburan di Surabaya.

1. Penggunaan dialek Arekan

7 Culture Shock Liburan di Surabaya, Kamu Pernah Mengalaminya?ilustrasi masyarakat Surabaya (unsplash.com/adizmarine)

Jawa Timur memiliki sejumlah dialek yang berbeda di setiap daerahnya. Surabaya, Malang Raya, Mojokerto, Sidoarjo, Gresik, Jombang, dan sekitarnya menggunakan dialek Arekan.

Sama-sama menggunakan Bahasa Jawa seperti wilayah Jawa Timur lainnya, tapi kerap kali dianggap lebih kasar daripada yang digunakan di daerah Ngawi (Mataraman Kulon), Tuban Mataraman Pesisir), Kediri Raya (Mataraman Wetan), dan sekitarnya. 

Beberapa kosakata dalam dialek Arekan yang kerap digunakan, seperti “lapo” sedangkan dalam bahasa sebagian besar Jawa Timur “nyapo” yang berarti mengapa.

Penyebutan “kamu” menjadi koen atau kon, sedangkan bahasa Jawa Timur mayoritas menggunakan kata awakmu atau kowe untuk bahasa Jawa Ngoko. Penggunaan Bahasa Jawa Ngoko Alus, Krama Alus, maupun Krama Inggil juga jarang digunakan dalam dialek Arekan.

2. Makin kasar, makin akrab

7 Culture Shock Liburan di Surabaya, Kamu Pernah Mengalaminya?ilustrasi orang ngobrol (unsplash.com/edikurniawan)

Selain kosakatanya dianggap kasar, intonasi yang tinggi pun bisa bikin culture shock orang luar Surabaya. Kamu bakal melihat keakraban di balik kosakata kasar yang diucapkan. Hal ini juga bisa menjadi tanda bahwa orang tersebut nyaman ngobrol denganmu.

Kamu pernah dengar kata jancok, jancuk, cok, atau cuk yang kerap digunakan orang Surabaya? Ini tidak selalu berarti kasar dan kata kotor, lho.

Mereka biasa menggunakannya kepada orang yang telah dianggap akrab atau teman sebaya. Bagi orang luar Surabaya, hal ini bisa terkesan kasar, tidak sopan, kotor, dan jorok.

3. Banyak warung penyetan di mana-mana

7 Culture Shock Liburan di Surabaya, Kamu Pernah Mengalaminya?ilustrasi penyetan atau lalapan (commons.wikimedia.org/Shinta_amalia)

Banyak banget warung penyetan atau sambelan di berbagai sudut kota. Penyetan atau disebut juga lalapan ini standarnya berupa sajian nasi, lauk, sayur lalapan, dan sambal tomat atau sambal terasi. Ada pula yang menambahkan serundeng dan bumbu kuning.

Kalau di Jakarta dan sekitarnya, namanya pecel ayam atau pecel lele. Nah, di Surabaya, namanya penyetan. Kita bisa menemukan penjual penyetan saat siang, sore, hingga malam hari. Lauknya berupa tahu, tempe, ayam, lele, bebek, dan telur dadar. 

4. Banyak warung kopi, asyik buat nongkrong

7 Culture Shock Liburan di Surabaya, Kamu Pernah Mengalaminya?ilustrasi nongkrong warung kopi (unsplash.com/novantino)

Selain warung penyetan, warung kopi juga banyak di Surabaya. Mau warung kopi di pinggir jalan atau kafe mewah? Semuanya ada di Surabaya, terutama di daerah dekat kampus. Warung kopi memang gak pernah sepi!

Saat malam hari, warung kopi bakal makin ramai dengan kawula muda. Kamu bisa nongkrong sambil menikmati suasana malam di Surabaya. Biasanya ada gorengan atau roti bakar sebagai teman nongkrong dan ngopi.

Baca Juga: 7 Culture Shock yang Dialami Bule saat Liburan di Indonesia

5. Nasi goreng warnanya merah

7 Culture Shock Liburan di Surabaya, Kamu Pernah Mengalaminya?ilustrasi nasi goreng merah (commons.wikimedia.org/Midori)

Di beberapa daerah lainnya, nasi goreng berwarna cokelat muda atau gelap yang dihasilkan dari penggunaan kecap. Namun di Surabaya, nasi gorengnya berwarna merah. Tak jarang warna merahnya menyala atau terang.

Warna merah tersebut dihasilkan dari penggunaan saos tomat sabagai salah satu bumbu wajib pada nasi goreng. Sedangkan penyajiannya seperti nasi goreng pada umumnya, seperti suwiran ayam, telur orak-arik, sawi, dan tambahan acar mentimun.

Jika ingin menambahkan telur mata sapi atau telur dadar utuh, sampaikan kepada penjual saat memesan, karena dijual dengan harga terpisah.

6. Durasi lampu merah yang lama

7 Culture Shock Liburan di Surabaya, Kamu Pernah Mengalaminya?ilustrasi lampu merah di Surabaya (dok. pribadi/Fatma Roisatin)

Sebagai kota besar sekaligus kota metropolitan, macet adalah makanan sehari-hari di Surabaya. Jalan utamanya memang lebar, tetapi tetap saja selalu macet, terutama saat jam berangkat dan pulang kerja.

Apalagi di dekat tempat-tempat penting, seperti perbatasan Surabaya-Gresik atau Surabaya-Sidoarjo, serta berbagai ruas jalan utama di pusat kota. Kawasan Surabaya bagian barat juga tak terhindarkan dari kemacetan. 

Selain macet, kamu bisa berhenti di sekitar lampu merah hingga ratusan detik, lho. Surabaya punya lampu merah paling lama hingga 300 detik atau 5 menit, yakni di kawasan Margorejo. Kawasan ini akan semakin macet saat volume kendaraan meningkat.

7. Suhu udara panas bikin gerah

7 Culture Shock Liburan di Surabaya, Kamu Pernah Mengalaminya?Halte Kenjeran Park (commons.wikipedia.org/Mujionomaruf)

Suhu udara di Surabaya panas dan bikin gerah. Bahkan, pagi hari sekitar pukul 05.30 atau 05.00, Surabaya sudah terasa panas. Apalagi saat siang hari, gak banyak angin berhembus dan panasnya menyengat.

Setelah hujan lebat pun, kamu hanya beberapa menit merasakan kesejukannya. Hawanya bakal gerah lagi gak lama setelah turun hujan. Saat musim kemarau, suhunya bisa mencapai 36,4 derajat Celsius dan lebih.

Itulah tujuh culture shock liburan di Surabaya yang kemungkinan besar akan kamu alami. Apakah kamu pernah mengalami salah satunya? Bagikan ceritamu di kolom komentar, ya!

Baca Juga: 7 Culture Shock yang Biasa Dirasakan Turis saat Liburan ke Jepang

Topik:

  • Dewi Suci Rahayu
  • Retno Rahayu

Berita Terkini Lainnya