Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Pendaki Memakai Plester di Hidung? Ini Alasannya!

ilustrasi plester (pexels.com/tarawinstead)
ilustrasi plester (pexels.com/tarawinstead)

Mendaki gunung membutuhkan persiapan yang matang. Sebelum hari pendakian, kebanyakan orang akan melakukan banyak aktivitas fisik, seperti berolahraga, banyak berjalan kaki, dan lainnya.

Selain mempersiapkan fisik, perlengkapan mendaki juga harus siap. Pendaki akan mempersiapkan semua perlengkapan dengan cermat agar pendakian berjalan lancar. Salah satu barang yang dibawa pendaki adalah plester, baik itu plester luka atau koyo.

Jangan heran apabila kamu melihat ada banyak pendaki yang menempelkan plester di hidungnya. Pasti kamu bertanya-tanya, kenapa pendaki memakai plester di hidung saat melakukan pendakian, kan? Nah, ini beberapa alasannya!

1. Menjaga hidung agar tetap lembap

ilustrasi plester luka (unsplash.com/diana_pole)
ilustrasi plester luka (unsplash.com/diana_pole)

Plester yang pendaki tempelkan di hidung tidak mereka lakukan di awal pendakian. Kebanyakan, plester baru ditempelkan di hidung ketika dalam perjalanan mendaki. Salah satu jenis plester yang digunakan adalah plester luka.

Sebelum ditempelkan, kebanyakan pendaki mengoleskan pelembap terlebih dahulu pada hidung mereka. Kemudian, baru ditempelkan plester luka. Ini dilakukan agar hidung tidak mudah kering saat mendaki. Sebab, udara di gunung cenderung kering, apalagi saat musim kemarau. Dengan mengoleskan pelembap, lalu menempelkan plester di hidung, pendaki bisa mencegah hidung dari kekeringan. Ini juga membantu melembapkan hidung, sehingga hidung tidak mudah berdarah ketika tak sengaja tergaruk.

2. Mencegah hidung tersumbat karena hawa dingin

ilustrasi orang sakit flu (unsplash.com/candidbcolette)
ilustrasi orang sakit flu (unsplash.com/candidbcolette)

Suhu udara akan semakin rendah ketika mendaki puncak. Pendaki pun akan semakin sering menempelkan plester di hidung mereka. Namun, ketika suhu mulai dingin dan hidung terasa berlendir, pendaki akan menempelkan koyo di hidung mereka.

Koyo yang ditempelkan tidak sebesar ukuran aslinya, ya. Koyo akan dipotong menjadi beberapa bagian kecil, lalu baru ditempelkan di hidung. Penggunaan koyo ditujukan untuk menjaga agar suhu di rongga hidung tetap hangat, sehingga gak ada lendir yang keluar.

Selain itu, penggunaan koyo di hidung juga berfungsi mencegah hidung mampet, terlebih saat beristirahat di dalam tenda. Pendaki yang alergi dingin menempelkan potongan koyo di hidung juga untuk terhindar dari sinusitis.

3. Mirip seperti pelari, pendaki butuh nasal strip untuk melancarkan pernapasan

ilustrasi pendaki (pexels.com/gurkamalteja)
ilustrasi pendaki (pexels.com/gurkamalteja)

Selain plester luka dan koyo, ada nasal strip yang juga bisa dimanfaatkan para pendaki untuk memudahkan proses pendakian. Sebenarnya nasal strip lebih dulu digunakan oleh para pelari saat perlombaan. Plester itu digunakan untuk membuka salurah hidung dan memudahkan pernapasan, seperti dilansir Running Magazine.

Peraih medali Commonwealth Games, Kate Van Buskirk mengatakan bahwa nasal strip selalu ia gunakan saat perlombaan lari, baik saat pilek atau tidak. Katanya, plester tersebut membantunya mengatasi masalah pernapasan, yakni asma, meski ia adalah pelari aktif.

Kini, nasal strip juga digunakan oleh pendaki saat melakukan pendakian. Gunanya sama, untuk membantu melancarkan pernapasan ketika medan pendakian menjadi berat. Dengan begitu, perjalanan mendaki bisa lebih terbantu.

Mendaki gunung bukanlah aktivitas yang mudah dilakukan semua orang. Diperlukan perlengkapan dan strategi demi kelancaran pendakian. Nah, memakai plester, baik itu plester luka, koyo, atau nasal strip, di hidung bisa jadi salah satu strategi untuk memudahkan pendakian, lho. Gimana, kamu tertarik menggunakannya juga saat naik gunung?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fernanda Saputra
EditorFernanda Saputra
Follow Us