Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Pendakian Malam Bisa Sangat Berbahaya? Ini Alasannya!

ilustrasi pendakian malam (unsplash.com/Nichika Sakurai)
Intinya sih...
  • Pendakian malam punya tantangan tersendiri karena minim cahaya, meningkatkan risiko tersesat dan kesulitan pencarian.
  • Suhu malam yang drastis bisa menyebabkan hipotermia dan menurunkan stamina, membuat pendaki rentan terhadap gangguan fisik.
  • Tubuh cenderung lelah di malam hari, menurunkan konsentrasi dan respons terhadap bahaya, serta meningkatkan risiko interaksi dengan hewan liar.

Pendakian gunung memang menawarkan pengalaman yang luar biasa, apalagi ketika dilakukan saat malam hari. Banyak orang tertarik mendaki saat malam karena ingin mengejar momen matahari terbit dari puncak, atau sekadar menghindari terik panas siang hari. Namun, di balik keindahannya, pendakian malam ternyata menyimpan risiko besar yang sering kali diremehkan.

Ada banyak faktor yang membuat malam hari bukan waktu terbaik untuk memulai perjalanan menuju ketinggian. Kondisi alam yang tak terlihat jelas, penurunan suhu yang drastis, hingga kondisi fisik yang mulai melemah di malam hari menjadi beberapa alasan kuat kenapa pendakian malam harus dipikirkan matang-matang. Bahkan, pendaki berpengalaman pun gak luput dari bahaya jika tak mempersiapkan segala sesuatunya dengan serius.

Berikut ini beberapa alasan penting kenapa pendakian malam bisa sangat berbahaya dan harus diwaspadai. Apakah kamu salah satu yang suka mendaki di malam hari? Ada baiknya baca artikel ini sampai akhir, ya!

1. Minim cahaya, risiko tersesat meningkat

ilustrasi pendakian malam (pexels.com/Marek Piwnicki)

Pendakian malam punya tantangan tersendiri karena keterbatasan cahaya yang mengganggu penglihatan. Walaupun headlamp bisa membantu, jangkauannya tetap terbatas dan gak mampu memperlihatkan detail jalur secara maksimal. Hal ini membuat pendaki rentan melenceng dari jalur resmi, terutama jika jalur memiliki banyak percabangan atau tidak memiliki tanda yang jelas. Dalam kondisi gelap, pepohonan, batu besar, bahkan bayangan bisa tampak menipu dan mengarahkan ke jalan yang salah.

Ketika tersesat di malam hari, upaya pencarian jadi lebih sulit karena tim SAR atau rekan pendaki kesulitan melacak jejak. Komunikasi pun bisa terhambat karena sinyal lemah di area pegunungan. Gak hanya waktu yang terbuang, tersesat juga bisa membawa pendaki ke wilayah berbahaya, seperti tebing curam atau jurang. Keadaan ini tentu bisa memperburuk kondisi, apalagi kalau terjadi di tengah malam saat suhu mulai turun.

2. Penurunan suhu bisa mengganggu kesehatan

ilustrasi pendakian malam (pexels.com/Erik Mclean)

Suhu malam di pegunungan bisa turun drastis dan membuat tubuh kehilangan panas lebih cepat. Dalam kondisi seperti itu, risiko hipotermia meningkat terutama jika tubuh dalam keadaan basah karena keringat atau hujan. Pendaki yang kurang persiapan, seperti gak membawa jaket tebal atau pelindung tubuh lain, sangat mudah mengalami gejala, seperti menggigil hebat, lemas, dan disorientasi. Ini bisa berujung fatal kalau gak segera ditangani.

Selain hipotermia, dingin ekstrem juga bisa memperparah kondisi tubuh yang sedang lelah. Otot lebih cepat tegang, stamina menurun drastis, dan konsentrasi mudah buyar. Pendakian malam tanpa peralatan yang memadai membuat kondisi tubuh sangat rentan terhadap gangguan. Kalau sudah begitu, perjalanan bukan hanya jadi berat, tapi juga berbahaya.

3. Kondisi fisik dan mental cenderung menurun

ilustrasi pendakian malam (unsplash.com/Evan Leith)

Di malam hari, tubuh secara alami memasuki fase istirahat dan menurunkan aktivitasnya. Memaksakan diri mendaki saat tubuh seharusnya beristirahat bisa mengganggu ritme biologis dan membuat pendaki cepat lelah. Konsentrasi menurun, kewaspadaan melemah, dan respons terhadap bahaya jadi lebih lambat. Ini sangat berisiko di medan yang licin atau curam.

Kelelahan mental juga sering muncul, karena mata terus dipaksa fokus dalam kondisi minim cahaya. Pendaki lebih mudah panik saat menghadapi hal tak terduga, seperti suara hewan atau bayangan samar. Ketegangan mental seperti ini bisa memicu keputusan gegabah yang memperburuk keadaan. Dalam kondisi tubuh gak fit, bahaya bisa datang dari hal-hal kecil sekalipun.

4. Risiko hewan liar dan gangguan alam lebih besar

ilustrasi pendakian malam (unsplash.com/Jamie Fenn)

Malam hari adalah waktu aktif bagi banyak hewan liar, terutama yang punya wilayah jelajah di jalur pendakian. Beberapa hewan, seperti babi hutan atau ular, lebih agresif di malam hari dan bisa muncul tanpa terduga. Karena jarak pandang terbatas, pendaki sulit menghindari pertemuan dengan hewan-hewan ini. Interaksi tanpa sengaja dengan hewan liar bisa menyebabkan luka serius atau trauma psikologis.

Selain itu, perubahan suhu ekstrem juga bisa memicu fenomena alam tertentu seperti kabut tebal, embun beku, atau bahkan longsor kecil. Saat gelap, sulit untuk mengenali tanda-tanda peringatan dari alam sekitar. Pendaki jadi lebih rentan terkena bahaya yang sebenarnya bisa dihindari jika dilakukan saat siang. Keadaan seperti ini membuat malam hari menjadi waktu yang jauh dari ideal untuk mendaki gunung.

5. Minim dukungan dan sulitnya evakuasi darurat

ilustrasi pendakian malam (unsplash.com/Nichika Sakurai)

Kalau sesuatu terjadi saat malam, seperti cedera atau kehilangan anggota rombongan, evakuasi akan jauh lebih sulit. Tim SAR dan relawan biasanya kesulitan menjangkau lokasi dalam gelap karena risiko yang mereka hadapi juga meningkat. Bahkan dengan peralatan lengkap sekalipun, penyelamatan di malam hari memakan waktu lebih lama dan lebih berbahaya.

Selain itu, minimnya pos pendakian yang aktif di malam hari membuat pendaki kesulitan mencari bantuan cepat. Komunikasi lewat HT atau sinyal seluler pun sering gak stabil di ketinggian. Jika terjadi kecelakaan, pendaki harus bertahan dalam kondisi darurat lebih lama hingga bantuan datang. Ini membuat pendakian malam menjadi aktivitas yang penuh risiko tinggi dengan potensi konsekuensi yang berat.

Mendaki gunung memang memberikan banyak pengalaman berharga, tapi memilih waktu yang tepat sangat penting. Malam hari bukanlah waktu ideal karena banyak faktor yang bisa membahayakan keselamatan. Kalau memang ingin mendaki dengan aman, sebaiknya mulai di pagi atau siang hari agar kondisi tubuh, medan, dan lingkungan bisa lebih terkendali. Mendaki bukan sekadar soal sampai puncak, tapi juga tentang pulang dengan selamat dan sehat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us