Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Kesalahan dalam Mengatur Kecepatan saat Mendaki Gunung

ilustrasi pendaki
ilustrasi pendaki (unsplash.com/NEOM)
Intinya sih...
  • Terlalu cepat di awal pendakian, membuat tubuh cepat kelelahan dan performa menurun
  • Tidak menyesuaikan kecepatan dengan medan, menyebabkan kelelahan dan performa menurun
  • Tidak memperhatikan sinyal tubuh, mengabaikan istirahat dan menyiksa diri
  • Terlalu cepat di awal pendakian, membuat tubuh cepat kelelahan dan performa menurun
  • Tidak menyesuaikan kecepatan dengan medan, menyebabkan tubuh cepat mengalami kelelahan
  • Tidak memperhatikan sinyal tubuh, mengabaikan tanda-tanda lelah yang bisa menyebabkan cedera otot
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Mendaki gunung bukan hanya soal kekuatan fisik, tetapi tentang bagaimana kemampuan dalam mengatur kecepatan agar kondisi tubuh tetap stabil dan energi pun tidak cepat terkuras. Banyak pendaki, terutama yang masih pemula, sering merasa terlalu bersemangat di awal, sehingga tidak memperhatikan soal ritme dan daya tahan tubuh yang dimilikinya.

Mengatur kecepatan mendaki bukan berarti harus terus berjalan lambat, tetapi berusaha menyesuaikan tempo dengan kondisi medan, beban bawaan, hingga kemampuan fisik. Oleh sebab itu, pahami beberapa kesalahan umum dalam mengatur kecepatan saat mendaki gunung berikut ini, biar gak kamu ikuti!

1. Terlalu cepat di awal pendakian

ilustrasi pendaki
ilustrasi pendaki (unsplash.com/Jake Melara)

Kesalahan paling sering dilakukan oleh pendaki pemula adalah berjalan terlalu cepat saat baru memulai perjalanan. Antusiasme yang tinggi kerap kali membuat mereka jadi ingin segera mencapai pos berikutnya tanpa memikirkan soal daya tahan jangka panjang.

Akibatnya, tubuh cepat kelelahan dan napas pun tidak teratur, sehingga performa menurun secara signifikan sebelum mencapai titik istirahat. Pendakian sebaiknya dimulai dengan tempo lambat agar otot dan pernapasan bisa beradaptasi dengan kondisi medan yang mulai menanjak.

2. Tidak menyesuaikan kecepatan dengan medan

ilustrasi pendaki
ilustrasi pendaki (unsplash.com/Kristjan Kotar)

Setiap jalur pendakian memiliki karakteristik berbeda-beda, dari tanjakan curam hingga jalur landai, yang jelas memerlukan strategi tersendiri. Banyak pendaki yang melakukan kesalahan dengan mempertahankan kecepatan yang sama tanpa memperhatikan soal perubahan medan yang mungkin dialami.

Kunci utamanya terletak pada membaca kondisi medan dan menyesuaikan langkah dengan kebutuhan tubuh agar tidak sampai cepat mengalami kelelahan. Dengan menyesuaikan kecepatan yang ada, maka tubuh bisa bekerja secara optimal tanpa harus memaksakan batas kemampuan yang ada.

3. Tidak memperhatikan sinyal tubuh

ilustrasi pendaki (pexels.com/nappy)
ilustrasi pendaki (pexels.com/nappy)

Tubuh manusia selalu memberi tanda saat sudah mulai lelah, seperti napas tersengal, detak jantung yang cepat, hingga rasa nyeri pada bagian kaki. Sayangnya, banyak pendaki yang kerap mengabaikan sinyal tubuh hanya demi terus melangkah dengan kecepatan yang mereka anggap ideal. Padahal, itu justru hanya akan menyiksa diri dan menyebabkan cedera otot.

Pendaki sebaiknya belajar untuk mengenali kapan tubuh perlu beristirahat dan kapan bisa melanjutkan perjalanan yang ada. Justru dengan mengenali kemampuan dan sinyal tubuh, maka bisa memastikan performa di tahap berikutnya tanpa harus memaksakan diri.

4. Tidak konsisten dalam menjaga ritme langkah

ilustrasi pendaki
ilustrasi pendaki (pexels.com/Kampus Production)

Menjaga ritme langka merupakan kunci utama agar proses pendakian berjalan dengan stabil dan tidak sampai terlalu melelahkan. Ada banyak pendaki yang kerap melakukan kesalahan dengan langkah yang tidak teratur, karena terkadang cepat dan terkadang lambat, sehingga membuat pernapasan dan energi pun menjadi tidak seimbang.

Cara terbaik untuk menjaga ritme adalah dengan menentukan pola langkah yang paling sesuai dengan panjang kaki dan tempo napas, misalnya, melangkah dua kali setiap satu tarikan napas agar ritmenya lebih seimbang. Teknik sederhana ini akan membuat tubuh bergerak secara teratur dan merasa lebih nyaman.

Mengatur kecepatan ketika mendaki merupakan seni dalam menyeimbangkan semangat dan kemampuan fisik. Kesalahan kecil yang kerap dilakukan justru hanya akan berujung pada kelelahan yang sebetulnya dapat dihindari. Kamu pun bisa menikmati perjalanan menuju puncak dengan lebih tenang dan aman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us

Latest in Travel

See More

[QUIZ] Kami Tahu Gunung Cantik Mana yang akan Kamu Daki!

06 Nov 2025, 19:30 WIBTravel