Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Tips Mendaki Gunung dengan Kelompok agar Tidak Terpisah

ilustrasi mendaki (unsplash.com/Dmytro Matsiuk)
ilustrasi mendaki (unsplash.com/Dmytro Matsiuk)

Mendaki gunung bersama dengan kelompok bisa menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan, sekaligus menantang apabila baru pertama kalinya. Biasanya aktivitas mendaki gunung kerap dilakukan bersama kelompok agar berjalanan dengan lancar tanpa hambatan. Namun, tanpa koordinasi yang memadai dan persiapan yang kurang matang, maka risiko terpisah dari rombongan bisa saja terjadi dan ini dapat membahayakan keselamatan.

Pada kegiatan mendaki memang proses kerja sama tim, komunikasi, dan kedisiplinan merupakan faktor penting untuk memastikan perjalanan berlangsung dengan lancar. Oleh sebab itu, perhatikan beberapa tips penting berikut ini dalam mendaki gunung agar seluruh anggota kelompok tetap dalam jarak aman dan tidak sampai terpisah.

1. Tetapkan pemimpin dan sweeper dalam rombongan

ilustrasi mendaki (unsplash.com/Ted Bryan Yu)
ilustrasi mendaki (unsplash.com/Ted Bryan Yu)

Menunjuk satu orang sebagai pemimpin rombongan merupakan hal yang bisa dilakukan, termasuk menunjuk pihak lain sebagai sweeper atau penjaga barisan belakang. Masing-masing memiliki peran yang berbeda, yaitu pemimpin berfungsi mengatur ritme perhalanan dan memastikan arah yang diambil benar dan sweeper bertugas untuk memastikan tidak ada anggota yang tertinggal di arah belakang.

Setidaknya dengan sistem yang jelas, maka semua anggota bisa berjalan dengan ritme bersama, yaitu tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Selain itu, setiap adanya perubahan arah atau kondisi darurat, maka perlu dikomunikasikan secara berurutan dari depan ke belakang.

2. Gunakan peluit atau sinyal khusus

ilustrasi mendaki (unsplash.com/Austin Ban)
ilustrasi mendaki (unsplash.com/Austin Ban)

Cara lain yang bisa dicoba adalah dengan membawa peluit atau menyepakati sinyal tertentu sebagai cara untuk berkomunikasi antar anggota. Peluit biasanya lebih efektif untuk digunakan di tengah medan yang sunyi atau berkabut jika dibandingkan dengan suara teriakan, sebab rentan hilang akibat jarak dan angin.

Sinyal peluit bisa berupa instruksi khusus, seperti satu kali tiupan untuk berhenti atau dua kali tiupan untuk berkumpul agar nantinya bisa meminimalisir risiko tersesat. Penggunaan sinyal visual, seperti senter atau cahaya juga efektif untuk digunakan selama pendakian, khususnya dalam kondisi gelap.

3. Buatlah titik kumpul berkala

ilustrasi mendaki (unsplash.com/Curated Lifestyle)
ilustrasi mendaki (unsplash.com/Curated Lifestyle)

Menentukan titik pertemuan sementara atau titik kumpul bisa dilakukan secara berkala, seperti misalnya setiap beberapa ratus meter agar berguna untuk memastikan bahwa semua anggota dalam kondisi yang aman. Titik-titik tersebut pada umumnya dilakukan di area yang datar dan luas, sehingga bisa digunakan untuk beristirahat dan mengevaluasi pendakian.

Jika ada titik kumpul, maka anggota yang tertinggal bisa memiliki kesempatan untuk menyusul tanpa tekanan, sedangkan anggota di depan pun akan tahu bahwa ada yang belum tiba. Cara ini juga bisa menghindari potensi kebingungan apabila melewari jalur percabangan yang bisa memicu kebingungan.

4. Jaga ritme dan kecepatan dengan seragam

ilustrasi mendaki (unsplash.com/Curated Lifestyle)
ilustrasi mendaki (unsplash.com/Curated Lifestyle)

Mendaki dalam kelompok sangat memerlukan adanya toleransi terhadap kecepatan setiap orang yang ikut, apalagi dengan perbedaan kecepatan individu yang dimiliki. Oleh sebab itu, penting untuk menyepakati ritme yang dimiliki agar tetap seragam dan tidak memaksakan diri untuk berjalan terlalu cepat agar seluruh anggota tetap bisa bersama.

Setidaknya menyesuaikan kecepatan dengan anggota yang paling lambat, maka bisa menjadi bentuk dari kerja untuk proses pencakian. Selain cianggap aman, namun langkah ini juga merupakan cara untuk menjaga kekompakan dan mencegah potensi kelelahan diantara anggota keluarga.

Mendaki gunung bersama kelompok ternyata bukan hanya perlu mempersiapkan kondisi fisik, namun juga kekompakan yang baik. Ingatlah bahwa mencapai puncak bukanlah selamanya, namun berkaitan dengan keselamatan dan kebersamaan. Ikuti instruksi yang ada agar pendakian tetap aman!

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us