Tenggat Tarif Trump Makin Dekat, Pasar Bersiap Hadapi Risiko Global

- Data tenaga kerja AS akan pengaruhi arah kebijakan The Fed. Jika data ketenagakerjaan Mei menunjukkan kenaikan tingkat pengangguran, peluang bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneternya akan menguat.
- Faktor pendorong pergerakan rupiah sore ini. Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.205-Rp16.315 per dolar AS, dengan imbal hasil SBN tenor 10 tahun diproyeksikan di rentang 6,60 persen – 6,70 persen.
- Sentimen positif investor jelang tenggat waktu negosiasi tarif AS. Pasar saham Asia mayoritas mencatat kinerja positif, dengan indeks Nikkei di Jepang naik 0,52 persen dan Indeks.
Jakarta, IDN Times - Pelaku pasar global tengah mencermati dengan saksama perkembangan negosiasi tarif Amerika Serikat menjelang tenggat waktu 9 Juli, menyusul berakhirnya masa penundaan pemberlakuan tarif yang sebelumnya diumumkan Presiden Donald Trump pada April lalu.
Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro menilai ketidakpastian hasil negosiasi menimbulkan kekhawatiran akan potensi kegagalan yang dapat memicu lonjakan volatilitas di pasar keuangan global.
"Pasar tetap mengantisipasi potensi kegagalan negosiasi yang dapat memicu volatilitas global dan menekan sentimen risiko, khususnya di pasar negara berkembang," ucap Andry Asmoro dalam keterangan tertulisnya, Senin (30/6/2025).
1. Data tenaga kerja AS akan pengaruhi arah kebijakan The Fed

Di sisi lain, perhatian pasar juga tertuju pada kondisi pasar tenaga kerja AS. Jika data ketenagakerjaan Mei 2025 menunjukkan kenaikan tingkat pengangguran, maka peluang bagi The Federal Reserve (The Fed) untuk mulai melonggarkan kebijakan moneternya melalui penurunan suku bunga akan menguat.
"Selama ini, The Fed menggunakan ketahanan pasar tenaga kerja sebagai argumen utama untuk mempertahankan suku bunga acuan, sembari memantau dampak lanjutan dari kebijakan tarif Trump," tegasnya.
Namun demikian, jika laporan ketenagakerjaan bulan Juni nanti berada di bawah ekspektasi, arah pasar bisa berbalik, membuka peluang bagi pemangkasan suku bunga yang dapat dimulai pada pertemuan kebijakan moneter bulan Juli mendatang.
2. Faktor pendorong pergerakan rupiah sore ini

Dalam konteks ketidakpastian global yang masih tinggi, nilai tukar rupiah hari ini diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.205-Rp16.315 per dolar AS. Sementara itu, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun diproyeksikan berada di rentang 6,60 persen – 6,70 persen. Namun dalam penutupan perdagangan yang mengacu data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp16.238 per dolar AS. Mata uang Garuda tercatat terkoreksi 43,5 poin atau 0,27 persen dibandingkan posisi penutupan akhir pekan lalu.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi menjelaskan sentimen pasar cukup positif setelah Gedung Putih mengumumkan penandatanganan perjanjian dagang antara AS dan China, mengakhiri konflik dagang yang selama ini berlangsung. Selain itu, perjanjian perdagangan AS-Inggris resmi berlaku mulai Senin (30/6/2025). Kesepakatan tersebut memangkas tarif mobil hingga 10 persen dan menghapus bea masuk untuk suku cadang pesawat.
"Namun, batas waktu 9 Juli sudah dekat untuk kemungkinan penerapan kembali bea masuk pada mitra dagang lainnya, dan untuk tarif baja dan aluminium global," ungkapnya.
Dari sisi geopolitik, Iran menunjukkan sinyal diplomasi baru. Wakil Iran di PBB menyatakan kesiapan membentuk konsorsium nuklir regional bila tercapai kesepakatan dengan AS. Sementara itu, optimisme pasar turut terdorong oleh laporan Al Arabiya yang menyebut kemungkinan berakhirnya konflik Israel-Gaza dalam dua pekan ke depan.
Dari sisi data ekonomi, Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) inti AS pada Mei naik 2,7 persen secara tahunan (YoY), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. "Fokus pasar minggu ini adalah data ketenagakerjaan utama AS yang akan dirilis hari Kamis," kata Ibrahim.
3. Sentimen positif investor jelang tenggat waktu negosiasi tarif AS

Lebih lanjut, Andry Asmoro menjelaskan pasar saham Asia mayoritas mencatat kinerja positif pada perdagangan sesi siang hari ini, didukung oleh sentimen investor yang cenderung optimistis menjelang tenggat negosiasi tarif AS. Indeks Nikkei di Jepang naik 0,52 persen ke level 40.359, sementara Indeks Shanghai juga menguat 0,45 persen ke level 3.440. Di sisi lain, Indeks Hang Seng Hongkong mengalami koreksi sebesar 0,29 persen ke posisi 24.215.
Sementara itu, di pasar domestik, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turut menguat 0,24 persen ke level 6.914. Kenaikan indeks ditopang oleh penguatan sektor bahan baku yang mencatat kenaikan tertinggi sebesar 2,83 persen serta sektor barang konsumen non-primer yang naik 2,07 persen. Penguatan ini mencerminkan rotasi sektor di tengah kecenderungan investor mencari saham-saham defensif dan berpotensi tumbuh di tengah ketidakpastian global.