Pelatih di Pelatnas PBSI Tak Aman, Bisa Didegradasi

- Jangka waktu berbeda tiap atlet dan pelatih, promosi-degradasi tidak menunggu hingga akhir tahun.
- Pelatih tak akan serta-merta diberhentikan, ada kriteria dan target yang harus dicapai.
- Kecocokan antara pelatih dan pemain harus diciptakan, kedua belah pihak harus saling mencocokkan diri.
Jakarta, IDN Times - Pelatnas PBSI Cipayung memastikan promosi-degradasi tak hanya berlaku untuk atlet, namun juga pelatih. Wakil Ketua Umum I PP PBSI, Taufik Hidayat, meminta para pelatih tak bersantai, terutama dengan catatan buruk prestasi skuad Pelatnas sejak Januari 2025.
"Berlaku buat pelatih. Jangan enak-enakan juga," kata Taufik di Kemenpora.
1. Jangka waktu berbeda tiap atlet dan pelatih

Menurut Taufik, jangka waktu antar atlet maupun pelatih soal promosi dan degradasi berbeda. Sebab, mereka memiliki durasi gabung yang tak sama dan harus ditinjau aspek performanya dari setiap periode.
"Oh enggak, pasti tiap pelatih, pemain beda-beda. Enggak bisa disama-samain," kata Taufik.
Pria yang juga merupakan Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga (Wamenpora) ini memastikan promosi-degradasi penghuni Pelatnas Cipayung tak akan menunggu hingga akhir tahun.
"Jadi ya gak nunggu sampai akhir tahun mesti ada promosi degradasi kayak dulu. Saya rasa itu bagus. Mau buat pelatih, buat pemainnya juga. Lama-lama buat apa?" kata Taufik.
2. Tak langsung dipecat

Meski begitu, Taufik menyatakan pelatih yang memiliki rapor merah tak langsung dipecat. Ada beberapa kriteria yang membuat pelatih dipecat oleh PBSI. Salah satunya adalah soal siapa atlet yang dibinanya, apakah baru promosi ke tim utama atau masih berstatus muda.
"Kan ada SP1, SP2, SP3. Gitu kan? Kan siapa yang, kalau misalkan dia ngelatih anak baru, kan kita enggak tahu juga," kata Taufik.
Selain itu, target yang dibebankan juga menjadi indikator lainnya. Jika ada pelatih yang tak memenuhinya dalam level tertentu, maka itu bisa saja menjadi indikator buat pengurus PBSI dalam menentukan nasibnya.
"Kami harus berproses juga. Nggak bisa (langsung cut off) juga. Kan (atlet) yang baru nggak mungkin main langsung di level 500, 750, 1000. Kan ranking juga belum ada juga. Kami harus tahu ada paradigmannya, ada patokannya yang mana. Jadi, setiap pelatih, pemain, juga beda-beda. Targetnya juga kan beda-beda juga," kata Taufik.
3. Harus saling mencocokkan diri

Taufik angkat bicara soal kecocokan antara pelatih dan pemain di Pelatnas Cipayung. Menurut peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 tersebut, kecocokan antara pemain dan pelatih harus diciptakan, bukan muncul dengan sendirinya. Kedua belah pihak harus saling beradaptasi.
"Jadi pelatih sama atlet itu harus bener-bener cepat bisa menyatukan, bisa ada chemistry lah. Nggak cuma melatih ya, tapi kan di luar itu dia bisa jadi kakak, orang tua, semuanya," kata Taufik.