Benarkah Fitur Traction Control Malah Bikin Mobil Gak Kuat Nanjak?

- Traction control bisa menghambat mobil di tanjakan curam karena memotong tenaga mesin saat roda berputar lebih cepat, membuat mobil kehilangan momentum.
- Traction control sebaiknya tetap diaktifkan saat melintasi tanjakan beraspal untuk menjaga grip dan mencegah roda spinning.
- Traction control sebaiknya dimatikan saat tanjakan memiliki permukaan lepas seperti tanah basah, pasir, gravel, atau lumpur agar roda bisa mendapatkan momentum penuh.
Mengaktifkan atau menonaktifkan traction control saat melewati tanjakan curam sering menjadi pertanyaan banyak pengemudi, terutama mereka yang sering berkendara di daerah berbukit atau saat menghadapi medan ekstrem. Sistem ini memang dirancang untuk menjaga traksi roda agar mobil tidak selip, namun di kondisi tertentu justru bisa terasa membatasi tenaga mobil saat menanjak. Karena itu, memahami kapan traction control membantu dan kapan justru menghambat sangat penting agar mobil tetap aman dan bertenaga di tanjakan.
Setiap mobil memiliki sistem kontrol traksi dengan logika kerja yang berbeda-beda, tetapi prinsipnya sama: mengurangi putaran roda berlebih agar tetap mencengkeram permukaan jalan. Namun saat tanjakan sangat terjal atau permukaan jalannya licin, sistem ini terkadang membuat mobil kehilangan tenaga karena ECU memotong tenaga mesin setiap kali roda mulai berputar lebih cepat. Maka dari itu, keputusan untuk mengaktifkan atau menonaktifkan traction control harus disesuaikan dengan kondisi jalan dan karakter mobil.
1. Mengapa traction control bisa menghambat mobil di tanjakan curam

Traction control bekerja dengan mendeteksi slip pada roda penggerak. Ketika sistem melihat salah satu roda berputar terlalu cepat, ECU akan memangkas tenaga atau bahkan mengerem roda tersebut agar traksinya kembali stabil. Dalam kondisi normal, fitur ini sangat membantu, seperti saat hujan atau jalan berpasir.
Namun pada tanjakan curam, terutama bila permukaannya tanah atau kerikil, slip ringan sebenarnya diperlukan agar roda bisa “menggali” permukaan dan mendapatkan dorongan. Jika traction control terlalu sensitif, mobil justru berhenti mendadak karena tenaga dipotong terus-menerus. Inilah alasan banyak pengemudi off-road mematikan traction control saat naik bukit tanah atau melewati incline yang ekstrem.
2. Kapan traction control sebaiknya tetap diaktifkan

Traction control sebaiknya tetap digunakan saat mobil melintasi tanjakan beraspal, baik licin maupun kering. Di permukaan ini, slip roda bukan hal yang diinginkan, dan traction control akan menjaga mobil tidak kehilangan grip ketika pengemudi menekan pedal gas terlalu dalam. Pada mobil berpenggerak depan, sistem ini membantu mencegah roda “spinning” yang bisa membuat mobil kehilangan momentum.
Sementara pada mobil RWD, traction control membantu menjaga bagian belakang tidak limbung saat menanjak. Jika tanjakannya tidak ekstrem dan permukaan jalannya solid, traction control justru meningkatkan keamanan karena mobil tetap stabil tanpa kehilangan traksi.
3. Kapan traction control sebaiknya dimatikan

Traction control sebaiknya dimatikan ketika tanjakan memiliki permukaan yang lepas seperti tanah basah, pasir, gravel, atau lumpur. Pada kondisi ini, roda butuh sedikit slip untuk mendapatkan momentum. Mematikan traction control memungkinkan tenaga mesin keluar sepenuhnya sehingga roda dapat bergerak tanpa batasan.
Sistem ini khususnya perlu dimatikan pada mobil off-road atau SUV yang sering melewati medan berbatu dan tanah curam. Namun pengemudi tetap harus mengatur throttle dengan halus agar slip tidak berlebihan. Setelah berhasil melewati tanjakan, traction control sebaiknya dinyalakan kembali untuk keamanan berkendara di permukaan normal.












![[QUIZ] Cek Pengetahuanmu Soal Sepeda Motor Manual di Sini](https://image.idntimes.com/post/20241029/baptiste-david-39oteea6d40-unsplash-ee3cea65cc31ff2db79e813885ef6f98.jpg)





