Kenapa Banyak Sopir Truk Sering Mengocok Rem?

- Mengocok rem untuk mencegah rem blong karena panas berlebih
- Menjaga traksi ban agar tidak mudah selip dengan memberikan tekanan rem secara bertahap dan berulang
- Mengatur kecepatan truk secara halus dan terukur dengan kombinasi gigi rendah, engine brake, dan rem yang diinjak-lepas secara ritmis
Kalau kamu sering memperhatikan truk besar di jalan tol atau jalur menurun panjang, mungkin pernah melihat sopirnya seperti “mengocok” rem: pedal diinjak-angkat berulang kali, bukan diinjak terus-menerus. Bagi yang belum paham, perilaku ini kadang terlihat seperti kebiasaan aneh atau justru dianggap cara ngerem yang salah.
Padahal, untuk kendaraan besar seperti truk dan bus, teknik mengocok rem punya alasan teknis yang cukup penting. Berat kendaraan yang jauh lebih besar dari mobil penumpang membuat sistem pengereman bekerja jauh lebih keras. Salah perlakuan sedikit saja bisa berujung rem blong, terutama di turunan panjang.
1. Mengurangi risiko rem blong karena panas berlebih

Salah satu alasan utama sopir truk mengocok rem adalah untuk mencegah rem mengalami overheating atau panas berlebih. Saat rem diinjak terus-menerus dalam waktu lama, kampas rem dan tromol atau cakram akan sangat panas. Pada titik tertentu, friksi antara kampas dan permukaan rem berkurang karena fenomena yang disebut brake fade, sehingga daya pengereman melemah drastis. Inilah yang sering disebut rem blong.
Dengan mengocok rem, sopir tidak menahan pedal rem terus menerus. Tekanan diberikan secara berkala: injak untuk mengurangi kecepatan, lepas sedikit untuk memberi kesempatan komponen rem “bernapas” dan melepaskan panas. Pola ini membantu menjaga suhu rem tetap lebih terkendali dibandingkan jika pedal terus diinjak tanpa jeda. Teknik ini biasanya dikombinasikan dengan penggunaan gigi rendah atau exhaust brake/engine brake agar beban pengereman tidak hanya bertumpu pada rem utama.
2. Menjaga traksi ban agar tidak mudah selip

Pada beberapa kondisi jalan, terutama saat licin karena hujan atau turunan yang tidak rata, mengocok rem juga membantu menjaga traksi ban. Jika pedal rem diinjak terlalu kuat dan terus-menerus, risiko ban mengunci (lock) akan meningkat, apalagi pada kendaraan yang belum dilengkapi ABS. Saat ban mengunci, truk bisa kehilangan kendali dan justru meluncur tanpa bisa diarahkan dengan baik.
Dengan memberikan tekanan rem secara bertahap dan berulang, sopir truk berusaha mengontrol kecepatan sambil tetap mempertahankan grip ban di permukaan jalan. Tekanan rem yang “dipompa” memberikan kesempatan ban untuk terus berputar sambil mengurangi kecepatan secara lebih terkendali. Prinsip ini mirip dengan teknik pumping brake yang dulu diajarkan pada mobil tanpa ABS, hanya saja pada truk efeknya jauh lebih krusial karena bobot kendaraan yang besar.
3. Mengatur kecepatan truk secara halus dan terukur

Truk bermuatan berat tidak bisa berhenti mendadak seperti mobil kecil. Karena itu, sopir truk yang berpengalaman biasanya lebih fokus “mengatur kecepatan” daripada sekadar “mengerem”. Mengocok rem menjadi bagian dari strategi menjaga kecepatan tetap aman dan stabil, terutama di jalan menurun panjang.
Alih-alih membiarkan truk meluncur kencang lalu baru diinjak rem dalam-dalam, sopir akan mulai mengurangi kecepatan sejak awal dengan kombinasi gigi rendah, engine brake, dan rem yang diinjak-lepas secara ritmis. Cara ini membuat perpindahan beban dari belakang ke depan tidak terlalu ekstrem, sehingga truk tetap stabil dan muatan di belakang tidak mudah bergeser.
Jadi, kebiasaan sopir truk mengocok rem bukan sekadar gaya mengemudi, tetapi bagian dari teknik keselamatan. Selama dilakukan dengan benar dan dikombinasikan dengan penggunaan gigi yang tepat, cara ini membantu mencegah rem blong, menjaga traksi, dan membuat perjalanan lebih aman bagi sopir, penumpang, dan pengguna jalan lain di sekitarnya.

















