Kesalahan Ini Sering Dilakukan Pemilik Mobil Hybrid Tanpa Disadari

Mobil hybrid semakin menjadi pilihan banyak orang karena efisiensi bahan bakarnya dan teknologi yang lebih ramah lingkungan. Namun, tidak semua pemilik memahami cara kerja kendaraan ini secara menyeluruh. Akibatnya, banyak kebiasaan kecil yang tanpa disadari justru membuat performa hybrid menurun dan komponen penting seperti baterai jadi tidak awet.
Memahami karakter mobil hybrid sangat membantu pemilik dalam menjaga umur kendaraan. Dengan menghindari kesalahan-kesalahan umum, mobil bisa tetap efisien, nyaman dipakai harian, dan tidak cepat menimbulkan biaya perbaikan yang besar. Berikut beberapa kesalahan yang sering dilakukan pemilik mobil hybrid.
1. Mengabaikan perawatan baterai dan sistem pendinginnya

Salah satu komponen terpenting pada mobil hybrid adalah baterai traction. Sayangnya, banyak pemilik yang hanya fokus pada mesin bensin dan lupa memperhatikan kondisi baterai. Padahal, sistem ini terus bekerja setiap kali mobil melaju, terutama saat perpindahan mode dari bensin ke motor listrik.
Kesalahan yang sering terjadi adalah membiarkan filter pendingin baterai kotor. Pada banyak mobil hybrid, seperti Toyota dan Honda, udara luar dialirkan melalui filter kecil menuju baterai untuk menjaga suhunya tetap stabil. Jika filter tersumbat debu atau rambut, baterai akan cepat panas dan performanya menurun. Dalam jangka panjang, overheat bisa memperpendek umur baterai hingga ribuan jam pemakaian. Pemilik hybrid seharusnya rutin mengecek dan membersihkan filter setiap beberapa bulan, terutama yang sering membawa penumpang atau hewan peliharaan.
Selain itu, membiarkan mobil parkir terlalu lama tanpa digunakan juga dapat membuat voltase baterai menurun. Meski tidak harus dipakai setiap hari, mobil hybrid idealnya dihidupkan dan dijalankan minimal seminggu sekali untuk menjaga kesehatan baterainya.
2. Menggunakan gaya berkendara agresif yang boros energi

Keunggulan mobil hybrid terletak pada kemampuan mengoptimalkan energi melalui regenerative braking dan perpaduan mesin bensin serta motor listrik. Namun, banyak pemilik yang tetap menggunakan gaya berkendara agresif seperti akselerasi mendadak, pengereman keras, dan sering memacu kecepatan tinggi.
Gaya berkendara seperti ini membuat sistem hybrid tidak bekerja pada efisiensi terbaiknya. Motor listrik akan lebih sering menguras daya baterai secara cepat, sementara regenerasi energi tidak maksimal karena pengereman yang terlalu mendadak. Mesin bensin pun terpaksa bekerja lebih berat untuk menggantikan tenaga listrik, sehingga konsumsi bahan bakar meningkat.
Pemilik hybrid sebaiknya mengemudi secara halus, menjaga kecepatan stabil, dan memanfaatkan fitur seperti Eco Mode. Selain menghemat BBM, cara ini juga mengurangi beban pada baterai serta memperpanjang umur komponen sistem hybrid.
3. Salah memilih bahan bakar dan mengabaikan servis berkala

Kesalahan lain yang cukup sering terjadi adalah penggunaan bahan bakar yang tidak sesuai rekomendasi pabrikan. Banyak mobil hybrid membutuhkan bensin dengan RON lebih tinggi agar pembakaran optimal, terutama karena mesin bekerja dalam kondisi kompresi tertentu untuk mendukung efisiensi energi. Pemakaian bensin ber-RON rendah bisa menyebabkan knocking, membuat tenaga mesin menurun, dan konsumsi BBM jadi lebih boros.
Selain bahan bakar, pemilik hybrid juga kadang mengabaikan servis berkala karena merasa mobilnya lebih jarang menggunakan mesin bensin. Padahal, sistem hybrid memiliki komponen tambahan seperti inverter, motor listrik, dan cooling system yang wajib diperiksa berkala. Oli mesin juga tetap harus diganti sesuai jadwal meski mobil lebih sering berjalan menggunakan tenaga listrik.
Dengan memahami kesalahan-kesalahan ini dan menghindarinya, mobil hybrid bisa tetap irit, nyaman dikendarai, dan memiliki umur pakai yang lebih panjang. Mobil tetap bertenaga, baterai lebih awet, dan biaya perawatan pun dapat ditekan dalam jangka panjang.


















