Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rachmat Gobel Kunjungi Tempat Lahirnya Raksasa Toyota

Rachmat Gobel dan Toyota Mirai berbahan bakar hidrogren. (IDN Times/Uni Lubis)
Intinya sih...
  • Investasi Toyota di Indonesia mencapai 10 miliar dolar AS
  • Museum ini menggambarkan warisan sejarah industri Toyota dan perkembangan mobil listrik

Nagoya, IDN Times – Anggota DPR RI Rachmat Gobel menyempatkan berkunjung ke Toyota Commemorative Museum of Industry and Technology yang terletak di Nagoya, Jepang.

“Ini bukan kali pertama saya berkunjung ke sini, dan selalu ada hal baru yang saya pelajari. Perkembangan industri otomotif Toyota sangat menarik. Di setiap tahapan ada filosofinya,” ujar Rachmat Gobel yang juga pengusaha, pemimpin Grup Panasonic Gobel Indonesia. Sebelum ke Nagoya, Rachmat berkunjung ke World Expo 2025 di Osaka.

Museum ini didirikan oleh Toyota Group di Nagoya City, menggunakan bangunan tua bersejarah, dengan tampak muka susunan dinding bata merah, yang digunakan di era Taisho (1912- 1926). Dari sini, lahir kerajaan Toyota, perusahaan otomotif terbesar di Jepang hingga sekarang.

Museum ini menggambarkan warisan sejarah industri Toyota. Publik dicerahkan dengan awal mula Toyota sebagai industri mesin tekstil yang berkembang menjadi raksasa otomotif. Ada dua paviliun utama, yaitu Paviliun Mesin Tekstil dan Otomotif. Museum dibangun bertepatan dengan 100 tahun kelahiran pendiri Toyota Motor, yakni Kiichiro Toyoda.

Tahun ini, tepatnya Juni, museum genap berusia 31 tahun. Industri manufaktur Jepang sudah lama bikin iri negara lain. Toyota adalah salah satu kisah suksesnya. Banyak yang belum tahu, Toyota awalnya adalah pabrik mesin tekstil yang didirikan Sakichi Toyoda, pada 1911, untuk membantu ibunya yang berusaha di bidang serupa.

1. Sejarah Bisnis Toyota sajikan nilai-nilai penting di setiap tahapan

Rachmat Gobel saat berkunjung ke ‘Toyota Mirai’. (IDN Times/Uni Lubis)

“Kalau kita lihat dari alur museum, kita belajar bagaimana Toyota mengembangkan industri dimulai dari tekstil. Pendiri Toyota ingin membantu ibunya yang sulit mendapatkan bahan baju, dia lalu membuat mesin tenun tekstil, terus dikembangkan sesuai kemajuan zaman menjadi industri otomotif. Bahkan masuk ke electric vehicle, dan yang menggunakan bahan bakar hidrogen,” kata Rachmat.

Meskipun tidak berbisnis langsung dengan Toyota Automobile, Rachmat mengatakan dia punya bisnis pembuatan baterai lithium di Indonesia dan Jepang yang memasok untuk Toyota. Begitu punya beberapa komponen lainnya.

2. Masukan untuk membangun industri belajar dari Jepang

Toyota kini sudah merambah ke Mobility Industry, sebagai bentuk pengembangan terhadap kebutuhan di masa depan (IDN Times / Uni Lubis)

“Saya kira kita negara kepulauan, yang sangat membutuhkan alat transportasi. Bagaimana kita bisa membangun industri otomotif yang sebenarnya, bukan sekedar pabrik saja. Karena membangun industri itu kita harus membangun konsep industri itu baik untuk masyarakatnya, karyawannya, juga lingkungannya dan sebagainya,” ujar Rachmat.

Kiichiro Toyoda, putra pendiri Toyota Saikchi Toyoda, memulai riset membangun mobil listrik (electric vehicle) pada tahun 1940-an. Riset dan persiapan model EV dilakukan di pabrik mereka di Kariya. Kiichiro adalah sosok yang membawa Toyota masuk ke industri otomotif, setelah ayahnya memulai dengan pabrik mesin tekstil.

Pada tahun 2016, hanya dua tahun setelah Toyota meluncurkan tipe Mirai, mereka mengembangkan Mirai versi elektrik dengan bahan bakar hidrogen. “Toyota sudah tahu bahwa bahan bakar hidrogen adalah solusi untuk perubahan iklim,” ujar Rachmat, sambil melongok prototipe Mirai tersebut, yang dipamerkan di museum. Kebanyakan mobil listrik yang sudah dipasarkan saat ini masih menggunakan energi dari nikel dan batubara.

3. Pemerintah perlu konsistensi dalam menbangun industri

Mobil-mobil Toyota yang dipamerkan di Museum ‘Toyota Mirai’. (IDN Times/Uni Lubis)

“Kita perlu konsistensi. Pemerintah harus punya komitmen yang besar untuk membangun industri otomotif, juga untuk semua industri, misal elektronik, tekstil dan sebagainya. Bukan hanya sekadar mendorong membuat pabrik di Indonesia. Memperkerjakan manusia, bukan, atau sekedar supaya dapat ekspor. Tapi harus bisa mengakar. Karena sebagai negeri besar, kita butuh teknologi dan kita harus kuasai teknologi itu. Untuk membangun ketahanan industri itu yang harus kita lakukan,” ujar anggota DPR RI Komisi VI ini.

Menurutnya, Jepang adalah mitra investasi yang loyal buat Indonesia. Ada sejarah panjang Indonesia Jepang. “Jika saya bicara dengan tokoh senior di Jepang, mereka merasa punya utang moral, ingin buat sesuatu. Hubungan diplomatik kedua negara sudah 65 tahun. Dan hubungan diplomatik itu disertai komitmen investasi di Indonesia. Investasi Toyota di Indonesia sudah lebih dari US$10 miliar dolar, ekspor berkembang terus. Lapangan kerja besar, komitmen membangun sampai industri pendukungnya sudah dilakukan, sampai ke sampai tier 5,” kata Rachmat.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Umi Kalsum
EditorUmi Kalsum
Follow Us