Benarkah Speedometer Motor Disetel Lebih Cepat dari Kecepatan Asli?

- Banyak motor merasakan speedometer menunjukkan kecepatan lebih tinggi dari yang sebenarnya, membuat pengendara curiga.
- Pabrikan sengaja menyetel speedometer lebih tinggi untuk menjaga keselamatan pengendara dan mematuhi regulasi internasional.
- Faktor seperti ukuran ban, tekanan angin, dan sensor roda dapat memengaruhi akurasi pembacaan speedometer. Pengguna disarankan untuk tetap waspada dan tidak terlalu terpaku pada angka di speedometer.
Kalau kamu merasa laju motormu gak sesuai dengan kecepatan yang ditunjukkan speedometer, kamu gak sendiri. Sebab, banyak biker merasakan hal yang sama. Mereka curiga kalau pabrikan sengaja mengatur agar angka di speedometer lebih tinggi dari kecepatan asli.
Benarkah demikian? Jika benar, apa alasan pabrikan menyetel speedometer dengan kecepatan yang tidak sesuai dengan kondisi di jalan?
1. Mengapa pabrikan menyetel speedometer lebih cepat?

Speedometer motor dan mobil umumnya dibuat dengan margin error yang cenderung ke arah melebihkan, bukan mengurangi. Alasannya sederhana: lebih aman jika pengendara mengira ia melaju lebih cepat dari kenyataannya, dibandingkan merasa lebih lambat dan akhirnya melanggar batas kecepatan tanpa sadar.
Kebijakan ini juga merujuk pada standar internasional seperti yang tercantum dalam regulasi UNECE (United Nations Economic Commission for Europe) No. 39. Dalam aturan tersebut disebutkan bahwa kecepatan yang ditampilkan tidak boleh kurang dari kecepatan sebenarnya, dan boleh lebih tinggi maksimal 10 persen ditambah 4 km/jam. Misalnya, saat motor melaju 90 km/jam, speedometer bisa menampilkan hingga 103 km/jam dan itu masih dianggap wajar.
2. Faktor yang memengaruhi akurasi speedometer

Speedometer bekerja berdasarkan putaran roda yang dikalibrasi dengan ukuran ban standar. Namun, berbagai faktor bisa memengaruhi akurasi pembacaannya. Ukuran ban yang diganti lebih besar atau lebih kecil dari standar, tekanan angin yang tidak sesuai, hingga tingkat keausan ban dapat membuat pengukuran kecepatan menjadi meleset.
Selain itu, beberapa motor menggunakan sensor magnetik atau sensor ABS yang membaca kecepatan roda, dan akurasinya bisa berubah jika ada gangguan mekanis atau perubahan spesifikasi komponen.
Meski demikian, error yang disengaja oleh pabrikan tetap diatur agar berada dalam batas aman dan tidak menyesatkan. Tujuannya bukan untuk menipu konsumen, melainkan menjaga agar pengendara tetap berhati-hati dan mematuhi aturan lalu lintas.
3. Implikasi bagi pengendara dan tips berkendara bijak

Bagi pengendara, kesadaran akan selisih ini penting agar tidak terlalu terpaku pada angka di speedometer. Misalnya, saat mengemudi di jalan tol yang memiliki batas kecepatan, kamu bisa menjaga jarak aman dan memperkirakan kecepatan dengan feeling tambahan, atau menggunakan GPS untuk melihat kecepatan aktual.
Jika ingin benar-benar akurat, GPS atau aplikasi ponsel yang membaca data kecepatan dari satelit bisa menjadi alat pembanding. Tapi ingat, keakuratan GPS pun bisa terganggu oleh sinyal atau lokasi.
So, ya, pabrikan memang menyetel speedometer sedikit lebih cepat dari kecepatan asli kendaraan. Tapi langkah ini bukan untuk merugikan konsumen—melainkan demi keselamatan. Jadi, daripada khawatir soal angka pastinya, lebih baik fokus pada cara berkendara yang aman, waspada, dan tidak terburu-buru.