Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Vespa Gak Cocok Buat Ngebut?

Ilustrasi Vespa (dok. Piaggio Indonesia)
Intinya sih...
  • Vespa didesain untuk berkendara santai di perkotaan, bukan untuk kecepatan tinggi atau akselerasi agresif.
  • Mesin i-Get Vespa Primavera 150 dan Vespa Sprint 150 memiliki tenaga maksimum 12,7 HP pada 7.750 rpm dan torsi maksimum 12,8 Nm pada 6.500 rpm.
  • Sistem pendinginan udara dan desain rangka monocoque membuat Vespa kurang cocok untuk digunakan dengan kecepatan tinggi dalam waktu lama.

Siapa tidak kenal Vespa? Skuter asal Italia ini dikenal dengan desainnya yang sangat ikonik. Selain itu Vespa juga kesohor dengan kenyamanannya. Wajar saja, sebab Vespa memang didesain untuk kebutuhan berkendara santai di perkotaan, bukan untuk kecepatan tinggi atau akselerasi agresif.

Meskipun Vespa memiliki mesin yang cukup bertenaga untuk perjalanan sehari-hari, beberapa faktor seperti desain rangka, sistem pendinginan, serta spesifikasi tenaga dan torsi mesin membuatnya kurang cocok untuk dikendarai dengan kecepatan tinggi dalam waktu lama.

1. Mesin i-Get lebih fokus pada efisiensi dan kenyamanan

Vespa matic (motorbikeplanet.com)

Vespa modern menggunakan mesin i-Get (Italian Green Experience Technology) yang dirancang untuk memberikan keseimbangan antara efisiensi bahan bakar, performa yang cukup, dan emisi yang lebih bersih. Pada model Vespa Primavera 150 dan Vespa Sprint 150, spesifikasi mesin i-Get mencakup kapasitas mesin 154,8 cc dengan konfigurasi silinder tunggal, 4-tak, dan 3 katup. Sistem pendinginannya menggunakan udara, tenaga maksimumnya mencapai 12,7 HP pada 7.750 rpm, dan torsi maksimumnya berada di angka 12,8 Nm pada 6.500 rpm.

Dari spesifikasi tersebut, dapat dilihat bahwa tenaga mesin hanya sekitar 12,7 HP, jauh di bawah motor sport atau skuter premium yang memiliki tenaga di atas 20 HP. Torsi yang dihasilkan juga lebih difokuskan pada kenyamanan berkendara dalam kecepatan rendah hingga menengah, bukan untuk akselerasi agresif atau kecepatan tinggi. Dengan tenaga dan torsi yang relatif kecil, Vespa akan terasa kurang responsif ketika dipaksa untuk berakselerasi cepat atau mempertahankan kecepatan tinggi di jalan raya.

2. Sistem pendinginan udara kurang optimal untuk performa tinggi

Piaggio Indonesia merilis dua varian Vespa terbaru (Piaggio Indonesia)

Vespa menggunakan sistem pendinginan udara, berbeda dengan kebanyakan motor sport atau skuter performa tinggi yang menggunakan sistem pendinginan cairan (liquid-cooled). Pendinginan udara memang cukup efektif untuk pemakaian santai di dalam kota, tetapi memiliki keterbatasan dalam menjaga suhu mesin tetap stabil ketika dikendarai dengan kecepatan tinggi dalam waktu lama.

Saat motor dipacu dalam kecepatan tinggi, mesin akan bekerja lebih keras dan menghasilkan lebih banyak panas. Karena Vespa hanya mengandalkan hembusan udara dan sirip pendingin di mesin, sistem ini kurang efisien dalam membantu mendinginkan mesin ketika motor terus digeber. Akibatnya, jika terlalu sering digunakan untuk ngebut, risiko overheat atau penurunan performa mesin bisa terjadi.

3. Desain rangka dan suspensi hanya cocok untuk riding santai

Dealer Piaggio Indonesia (Piaggio Indonesia)

Vespa memiliki desain rangka monocoque berbahan baja yang memang memberikan kestabilan dan kenyamanan lebih dibandingkan rangka tubular seperti pada kebanyakan motor matic lainnya. Namun, desain ini lebih dioptimalkan untuk kenyamanan dan ketahanan, bukan untuk kestabilan pada kecepatan tinggi.

Selain itu, suspensi Vespa juga berbeda dari motor lain. Vespa menggunakan suspensi depan lengan tunggal dengan pegas heliks, yang sangat nyaman untuk meredam guncangan saat berkendara di jalanan kota. Namun, pada kecepatan tinggi, sistem suspensi ini tidak memberikan stabilitas yang optimal seperti suspensi teleskopik yang digunakan pada motor sport atau skuter performa tinggi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us