Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Kesalahan dalam Melakukan Diversifikasi Investasi

ilustrasi investasi (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)
ilustrasi investasi (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Diversifikasi investasi merupakan strategi yang sangat penting untuk mengurangi potensi kerugian secara finansial. Namun, jika diversifikasi investasi tidak dilakukan dengan benar, maka bisa menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap portofolio yang dimiliki oleh seorang investor.

Ada banyak investor pemula yang sering kali terlalu merasa percaya diri atau bahkan salah paham terkait konsep diversifikasi. Akibat dari hal ini akan membuat strategi yang semestinya dapat memproteksi investasi, justru mendatangkan kerugian atau risiko yang jauh lebih besar.

Oleh sebab itu, simaklah beberapa kesalahan berikut ini dalam melakukan diversifikasi agar nantinya bisa diatasi dengan saksama.

1. Terlalu banyak produk investasi dalam portofolio

ilustrasi investasi (unsplash.com/Stephen Dawson)
ilustrasi investasi (unsplash.com/Stephen Dawson)

Jika kamu memiliki terlalu banyak jenis investasi, ternyata hal tersebut tidak selalu menjamin keamanannya. Justru hal ini juga bisa membuat pemantauan dan juga evaluasi terkait investasi tersebut jadi terasa membingungkan, sehingga sangat rentan melakukan kesalahan dan pada akhirnya merugi.

Investor bisa rentan kehilangan fokus karena terlalu banyak instrumen dengan berbagai karakteristik yang berbeda-beda. Selain itu, biaya administrasi yang harus dikeluarkan juga relatif meningkat tanpa memberikan adanya keuntungan secara signifikan, sehingga hal ini justru hanya akan memberikan kerugian tersendiri.

2. Diversifikasi hanya berdasarkan jenis aset

ilustrasi investasi (unsplash.com/Markus Winkler)
ilustrasi investasi (unsplash.com/Markus Winkler)

Ada beberapa orang yang mengira bahwa sudah cukup mendiversifikasi hanya dengan membagi dana ke obligasi, saham, atau reksadana. Padahal perlu diingat bahwa setiap aset tersebut ternyata memiliki kategori yang harus diperhatikan dengan seksama apabila tidak ingin melakukan kesalahan.

Contohnya apabila kamu berinvestasi hanya pada saham teknologi, namun ternyata justru tetap mendatangkan risiko apabila sektornya mengalami kondisi krisis. Diversifikasi semestinya dapat mempertimbangkan terkait sektor korelasi antar aset hingga wilayah geografis yang dimiliki, sehingga bisa menghindari potensi kerugian yang lebih besar.

3. Tidak memperhitungkan tujuan dan profil risiko

ilustrasi investasi (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi investasi (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Diversifikasi yang tidak sesuai dengan tujuan keuangan dan profil risiko pribadi ternyata bisa semakin berkembang menjadi bumerang yang merugikan. Mungkin ada orang yang terlalu agresif dalam memilih aset berisiko tinggi atau justru bersikap terlalu konservatif hingga pertumbuhan dana yang dimiliki berkembang dengan lebih lambat.

Idealnya strategi diversifikasi harus disesuaikan dengan jangka waktu investasi dan juga toleransi terhadap risiko fluktuasi yang mungkin terjadi. Tanpa adanya pertimbangan yang memadai terkait diversifikasi, maka strategi yang kamu lakukan bisa jadi kurang efektif dan mendatangkan risiko.

4. Tidak melakukan rebalancing secara berkala

ilustrasi investasi forex (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi investasi forex (pexels.com/Pixabay)

Kesalahan umum lain yang kerap dilakukan banyak orang adalah dengan mengabaikan pentingnya menyeimbangkan ulang portofolio yang kamu miliki secara berkala. Pada saat salah satu aset mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dari aset lainnya, maka proporsi investasi bisa jadi tidak sesuai dengan rencana awal.

Tanpa adanya rebalancing, maka portofolio investasi yang kamu miliki jadi terlalu berat hanya pada satu sektor atau jenis aset tertentu saja. Hal ini jelas dapat memberikan risiko yang lebih tinggi pada saat pasar mengalami adanya penurunan di area tersebut, sehingga membuatmu jadi rentan mengalami kerugian.

Diversifikasi merupakan strategi penting namun tetap memerlukan pemahaman yang tepat agar tidak menjadi bumerang serius. Oleh sebab itu, harus selalu melakukan evaluasi secara berkala dan sesuaikan dengan kondisi pasar atau kebutuhan pribadi agar investasimu berjalan dengan sehat. Investasi cerdas bukan hanya terkait pada jumlah aset, namun bagaimana caramu dalam mengaturnya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us