[WANSUS] HIPMI Soroti Kebijakan Pemerintah dalam Pemulihan Dunia Usaha

Collaborative action dinilai akan menjadi kunci pemulihan

Jakarta, IDN Times - Pandemik COVID-19 telah menghantam seluruh sektor perekonomian, termasuk dunia usaha dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sejumlah kebijakan dan stimulus telah dikeluarkan pemerintah untuk membangkitkan kembali dunia usaha dan UMKM, yang pada akhirnya diharapkan mengerek pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Untuk UMKM misalnya, pemerintah sudah menganggarkan Rp123,46 triliun melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional. Pemerintah juga telah melebarkan defisit anggaran. Tidak hanya itu, pemerintah juga menambah belanja dan pembiayaan anggaran.

Lantas, apakah kebijakan yang telah diterapkan pemerintah mampu membangkitkan kembali dunia usaha dan UMKM serta ekonomi kita ke depan?

Berikut hasil wawancara IDN Times bersama Wakil Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Anggawira. Wawancara ini dilakukan dalam rangkaian Indonesia Millennial Report 2020 yang akan diluncurkan saat acara Indonesia Millennial Summit (IMS) 2021 mendatang.

Baca Juga: Kini Usaha Kamu Bisa Bebas Pajak Dividen, Ini Syaratnya

1. Bagaimana tanggapan Anda atas kebijakan ekonomi pemerintah selama pandemik COVID-19?

[WANSUS] HIPMI Soroti Kebijakan Pemerintah dalam Pemulihan Dunia UsahaIlustrasi untung rugi (IDN Times/Arief Rahmat)

Pertama-tama kita menghadapi situasi yang boleh dibilang kita di tengah-tengah keprihatinan. Artinya kita dalam situasi kritis. Dalam situasi ini, tentunya dibutuhkan sebuah kepemimpinan yang mampu memberikan sebuah solusi.

Solusinya itu harus solusi yang out of the box, karena apa? Karena kritis itu menghasilkan sebuah perubahan atau sesuatu yang tidak bisa kita duga-duga sebelumnya. Kita masih ingat kalau gak salah bulan Februari, pada waktu itu pemerintah melalui beberapa Menteri menyampaikan bahwasanya Indonesia dalam keadaan yang aman boleh dibilang tidak ada coronavirus.

Tapi beberapa waktu kemudian akhirnya munculah kasus pertama yang heboh itu kalau gak salah di Depok. Akhirnya menggelinding sampai saat ini dan menciptakan sebuah situasi yang boleh dibilang menurut pandangan saya ini situasi yang sangat sulit dan situasi ini belum pernah kita hadapi sebelumnya. Kita pernah mengalami krisis kepemimpinan, krisis 98, moneter, pada tahun 2004, ada misalnya tsunami di Aceh, ada bencana alam, jadi ini sebuah krisis yang benar-benar baru.

Tentunya penanganannya ini menurut saya dari banyak referensi yang saya amati ini harus berbasis kepada pendekatan ini adalah pengetahuan dan ilmu pengetahuan, pendekatannya sains sehingga sains itulah yang harusnya bisa memecahkan persoalan-persoalan yang ada di lapangan seperti itu.

Namun sekali lagi pendekatan sains itu kan bisa diaplikasikan kalau memang ada sebuah soliditas dan kepemimpinan yang mampu mengirimkan pesan dan harapan kepada masyarakat itu tantangan dari pemerintah saat ini.

Apakah apakah kebijakannya sudah aktif atau belum? ya kalau saya melihat tentunya dari target yang ingin dicapai oleh pemerintah ini masih belum begitu tepat. Karena menurut saya multidimensi seperti saat ini, baru harus bisa kita laksanakan dan kita mengatasi dengan kolaboratif action, gak bisa sendiri-sendiri. Yang lainnya tentunya kebijakan itu juga harus kita laksanakan atau kita lakukan juga karena Indonesia ini negara kepulauan yang pasti daerah satu dengan daerah lain juga ada bedanya.

Artinya kebijakan tersebut juga harus juga disesuaikan dengan situasi dan demografi di daerah-daerah tertentu gitu. Jadi kalau saya boleh bilang kebijakan-kebijakan yang ada, saya juga dari awal sudah memberikan banyak masukan kepada pemerintah sebagai personal ini banyak sekali diajak diskusi. Sebagai contoh, saya juga selalu sampaikan mengenai bantuan sosial misalnya bansos. Saya sampaikan dari awal, bansos ini kalau bisa dilakukannya short periode aja gitu loh.

Artinya bantuan sosial yang berupa, misalnya produk-produk yang dibutuhkan masyarakat atau sembako dalam short periode dilanjutkan oleh BLT (Bantuan langsung Tunai. Kalau misalnya BLT otomatis ini bisa menumbuhkan ekonomi di bawah seperti itu.

2. Dari beberapa paket stimulus yang telah diberikan pemerintah, apa yang belum disentuh pemerintah?

[WANSUS] HIPMI Soroti Kebijakan Pemerintah dalam Pemulihan Dunia UsahaIDN Times / Auriga Agustina

Kalau menurut saya, kebijakan itu kan harus kreatif ya dalam situasi seperti ini. Saya pernah sampaikan juga gitu kan misalnya kayak subsidi subsidi atau bantuan sosial. Bagaimana sebenarnya pemerintah bisa menciptakan bantuan sosial ini bukan bantuan sosial yang bersifat konsumtif, tapi bantuan sosial yang sifatnya pada aktif ini kan belum pernah dilakukan.

Misalnya ada bantuan sosial Rp600 ribu satu bulan misalnya, tapi dia harus memberikan feedback, berupa produktivitasnya gitu. Nantinya bisa diatur apakah dia harus membuat misalnya menanam sayuran di pekarangan ya. Misalnya contoh sederhana atau dia bisa membuat produk-produk yang berbeda lingkungannya secara kolaboratif.

Nah ini menurut saya bisa dilakukan, artinya uangnya sama habisnya tapi output ekonominya bisa berbeda kan gitu. Karena kan seperlunya sekarang adalah produktivitas. karena di era COVID-19 ini kan produktivitas. Tapi going slow, kalau gak di dorong, gak akan ada produktivitas, ya udah di rumah gak ngapa-ngapain ya akhirnya malah dikonsumsi aja, ada yang mungkin yang masih punya uang, yang paling buka tokopedia, Lazada dll belanja aja gitu Jadi kalau temen-temen yang lainnya misalnya harus di lakukan secara kreatif.

Misalnya subsidi mengenai fasilitas perpajakan itu kan semua dampaknya di hilir. Bagaimana subsidinya misalnya bisa terjadi di Hulu, contohnya kepada pengusaha yang tidak mem-PHK ke karyawan yang ini diberikan seperti ini, juga ada yang lain-lainnya memang menurut saya harus bener-bener bisa menghasilkan produktivitas gitu dan juga Memang sekarang saatnya pemerintah boleh memetakan sektor-sektor yang memang mampu menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia ke depan seperti itu.

3. Sektor-sektor apa saja yang mampu menjadi tulang punggung Indonesia ke depan?

[WANSUS] HIPMI Soroti Kebijakan Pemerintah dalam Pemulihan Dunia Usaha

Begini, sudah tahu kita selalu dibilang negara agraris dan negara kelautan, kita punya sumber daya alam yang luar biasa. Tapi sekali lagi bangsa yang maju, bangsa yang besar itu kan yang mampu mentransformasikan ekonomi itu menjadi knowledge technology based economy.

Di negara mana pun, negara yang paling maju teknologinya atau negara kecil di tengah gurun pasir Israel itu negara kecil, dia tidak punya sumber daya alam yang cukup, cuma bisa mentransformasikan negara-nya menjadi sebuah kekuatan yang ya boleh dibilang menjadi negara super power adidaya, karena karena teknologinya diakui.

Contoh lagi, Tiongkok bisa mentransformasikan, Jepang dan Korea sekarang juga bisa dan sekali lagi ya nanti compete di era ke depan. Itu bukan lagi negara, tapi korporasinya, dengan korporasi. Misalnya apa? Teknologi dari Ali Baba dengan Google, kayak begitu walaupun yang namanya korporasi pasti juga ada kolaborasinya, tapi yang akan bersaing itu mereka.

Jadi kalau di negara kita ini masih ada celah di antara pengetahuan di perguruan tinggi dengan teknologi. Teknologi artinya itu adalah pengetahuan yang bisa diaplikasikan kepada umat manusia. Ilmu pengetahuan itu kan besar sekali, tapi kan ilmu pengetahuan itu kan masih ada celahnya. Nah celahnya ini harus diturunkan menjadi teknologi yang bisa diaplikasikan.

Apa keunggulan kita ya? Menurut saya keunggulan kita adalah kekuatan sumber daya alam yang kita miliki, kekuatan kita sebagai negara agraris, kita sebagai negara maritim, ini harus dieksplorasi sedemikian rupa dengan pendekatan teknologi, karena apapun itu dunia butuh makanan.

Nah Indonesia bisa menjadi salah satunya, yang lainnya bisa di berbagai sektor, sekarang kita lihat misalnya tren penggunaan baterai sebagai sumber energi. Nah itu harus dikelola jangan sampai kita kecolongan, seperti dulu 1970 - 1980, kita bisa lihat kita menjadi salah satu negara eksportir minyak bumi terbesar. Tapi kita lupa membangun teknologinya kita keasyikan mengimpor bahan mentah, hingga kita lupa membuat membuat kilang minyak, membuat fasilitas chemical.

Sehingga kita kehilangan added value (nilai tambah) karena keuntungan itu adalah diproses industri yaitu dengan nilai tambah. Jadi pengalaman-pengalaman ya harusnya bisa menjadi salah satu spion atau kaca mata kita untuk kita bisa melihat dan mengambil intisarinya tersebut.

Jadi saya merasa percaya diri juga, tapi sekali lagi apa? Salah satu caranya untuk bisa menjadikan Indonesia negara maju itu, kalau Indonesia punya jumlah pengusaha atau entrepreneur yang secara kualitatif dan kuantitatif itu jumlahnya besar, karena apa? Karena alatnya itu yang bisa menjalankan itu adalah pengusaha para entrepreneur.

Contoh misalnya kita pernah punya industri boleh dibilang kita punya Pak Habibie saat jadi presiden kita yang sangat luar biasa, punya visi yang sangat besar mengenai Indonesia, dia bangun industri kapal terbang, dia bangun industri kapal laut, dia dibangun industri senjata Pindad dan lain sebagainya.

Tapi mungkin pada waktu itu, ada missing link lainnya yang tidak dibangun adalah entrepreneur-nya. Jadi gak bisa pemerintah menjalankan fungsi itu semua harus ditransformasikan kepada entreupreuner. Entrepreneur yang harus menjalankan Inovasi dan kreativitas yang ada. Jadi ada kerja kolaboratif di sana, iklim yang bisa mendukung.

Contoh kenapa Amerika bisa begitu produktif? Karena dia ada punya silicon valley, di mana yang mengintervensi inovasi-inovasi yang ada dengan capital, dengan korporasi, dengan iklim usaha yang produk, yang artinya itu bisa berjalan. Nah, terobosan ini menurut saya harus kita lakukan secara berkelanjutan jangan anget-anget tahi ayam lah boleh dibilang, tapi harus dilakukan secara berkelanjutan, seperti itu.

Baca Juga: Akui Ada Pemotongan Jam Istirahat, Menaker: Tidak Semua Sektor Usaha

4. Artinya peran pengusaha sangat diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi kita?

[WANSUS] HIPMI Soroti Kebijakan Pemerintah dalam Pemulihan Dunia UsahaPeluncuran inisiatif #MelajuBersamaGojek yang digelar di Gedung Smesco, Jakarta Selatan pada Senin (10/8). Inisiatif #MelajuBersamaGojek merupakan keseluruhan upaya dan teknologi dalam ekosistem Gojek yang membantu UMKM lebih mudah menerapkan digitalisasi pada setiap langkah operasional bisnis sehari-hari, mulai dari pemasaran, pemesanan (pemrosesan order), pembayaran, pengiriman, hingga administrasi. Peluncuran ini juga sekaligus memperingati Hari Nasional UMKM Indonesia pada 12 Agustus 2020. (Dok. IDN Times)

Jelas, di negara manapun seperti negara-negara yang maju itu yang punya jumlah entrepreneur cukup besar gitu contoh misalnya boleh dibilang China yang dulunya negara komunis yang mengutamakan kelas pekerja. Tapi kelas pekerja itu didesain untuk menjadi pengusaha. Kebalikannya di kita ini mungkin autokritik ya, jadi jangan dipertentangkan antara pekerja dan pengusaha.

Tapi seolah-olah selama ini kebijakan-kebijakan yang ada ini selalu mempertentangkan kelas tersebut. Padahal sebagai profesional boleh dibilang karyawan kayak gitu tapi kan punya cita-cita punya visi, gak mungkin anda jadi pegawai terus kan nggak mungkin, harus ada pergerakan.

Nah ini yang menurut saya collaborative action di sini harus dilakukan. Artinya ada transfer pengetahuan di perusahaan, dan itu juga misalnya di kantor saya sendiri sebagai personal (usaha yang dilakukan). Saya coba melakukan Proses bisnis seperti itu. Jadi temen-temen yang memang bekerja dengan saya. Saya punya targeting untuk mendevelop mereka untuk juga dalam bisa mandiri menjadi seorang pengusaha.

karena saya percaya kepemimpinan yang baik ketika kita melahirkan kepemimpinan, kita sebagai pengusaha yang baik kita harus menghasilkan pengusaha juga gitu. Ini yang harus kita lakukan kalau misalnya kita punya jumlah pengusaha, Taruhlah misalnya 10 persen dari jumlah penduduk kita gitu kan taruh 20 juta, 1 pengusaha bisa mempekerjakan 10 orang udah selesai, pengangguran enggak ada. Jadi menurut saya, tantangannya ke depan seperti itu dan sumber daya kita luar biasa kalau kita memang punya keseriusan dan kesungguhan dan collaborative action yang bisa kita lakukan bersama.

5. Bagaimana dengan paket insentif bagi UMKM, Apakah prakteknya di lapangan ini efektif?

[WANSUS] HIPMI Soroti Kebijakan Pemerintah dalam Pemulihan Dunia UsahaANTARA FOTO/Nurul Ramadhan

Saya bilang insentif itu kan masih di hilir. Sedangkan situasi sudah lumpuh, gawat darurat kalau boleh bilang. Jadi intensif itu harus berupa direct insentif gitu. jadi misalnya kas yang harus diberikan langsung kepada pengusaha dengan situasi yang unnormally.

Kalau misalnya pendekatannya masih pendekatan perbankan dan likuiditas perbankan itu lagi susah, loh. Jadi kita untuk mendapatkan pinjaman bank itu agak sulit. kalau kita boleh bilang sekarang ini kan agak susah untuk mendapatkan suatu pinjaman yang baru, kredit sangat cepat sekali. Bank juga benar-benar diawasi dan kalau pendekatannya masih ke sana ya agak sulit menurut saya.

Sekali lagi harus ada pendekatan. Zamannya kan beda, nah Kalau dulu kan misalnya Bank Indonesia bisa melakukan ekspansi langsung. kalau zaman dulu kayak 98 kan ada kredit usaha tani (KUT) yang itu Bank Indonesia yang men-deliverebel langsung, tapi kan sekarang lagi gak bisa.

Nah ini harus ada kebijakan yang out of the box di tengah-tengah krisis ini, untuk men-deliverable uang. Uang harus beredar di masyarakat menurut saya, salah satu caranya mau gak mau uang ini harus kita dorong ke masyarakat dengan mudah, kalau ada uang beredar otomatis ya masih ada perputaran ekonomi gitu loh, kalau gak ada uang beredar, mandat gitu.

Saran saya sebenarnya harus ada kebijakan yang gak paid policy, harus mendorong uang beredar di masyarakat sehingga secara natural ekonomi ini tetap bisa terputar. Kalau misalnya oke pengusaha yang dikasih duit cuman masyarakat gak punya daya beli, gak ada gunanya buat apa?

Jadi pendekatannya harus seimbang antara produksi dan konsumsi. Memang gak mudah dengan Indonesia yang luas ini, tapi sekali lagi ya konsumsi kita harus harus digerakkan gitu. Dan itu kan bisa dipetakan di daerah-daerah mana yang mungkin konsumsinya masih bisa jalan, itu harus kita topang seperti itu.

6. Dengan belum adanya ketidakseimbangan tadi, berarti perbankan belum mampu untuk mendukung pemulihan ekonomi di segi bisnis begitu?

[WANSUS] HIPMI Soroti Kebijakan Pemerintah dalam Pemulihan Dunia UsahaIlustrasi Rupiah (ANTARA FOTO/Rahmad)

Ya menurut saya karena kan tadi, pertama kan ada regulasi juga, saya gak bisa menyalahkan juga perbankan karena kan eksekutifnya dituntut KPI-KPI dengan aturan-aturan, harus ada terobosan gitu.

Karena kan ada di sektor finansial kan ada aturan-aturan ini, dan inikan harus ada kebijakan yang memang melewati situasi. Seperti Mbak Riga ada Rp100 triliun untuk ini, untuk itu bagaimana caranya? Bagaimana aksesnya? Ini kan harus detail gitu kan informasinya.

Saya juga gak tahu, tapi kita pun gak pernah mendapat informasi yang detail, bagaimana cara mengaksesnya, apakah ada caranya, kita gak pernah tahu. Karena ada missing link di sana padahal kan kita di dunia usaha penyedia tentunya bisa menjadi salah satu collaborative action untuk mengakses program-program tersebut gitu.

Nah ini harapan saya sih sebenernya collaborative action bisa dilakukan, jadi boleh dibilang menurut saya masih ada ibaratnya kalau kita udah masuk gigi dua gigi iga sekarang untuk ngegas, gasnya ini masih kurang itu karena masih kurang ditekan, karena itu tadi, karena ada hambatan berupa regulasi yang mungkin masih belum ada restunya lalu colaborative action yang belum jalan.

Sebenarnya bagus waktu itu kita bisa menggandeng public figure, menggandeng influencer untuk menyosialisasikan. Ini kan bagus. Tapi sosialisasinya akan lebih baik menurut saya mengedukasi kepada hal yang sifatnya teknis. Dibanding kepada campaign-campaign yang sifatnya slogan. Ini kan kita harus efektif juga menjalankan suatu kebijakan atau kegiatan karena keterbatasan dana juga di APBN kita.

7. Bicara krisis, bagaimana tingkat kesulitannya dibandingkan dengan 1998 dan 2008 di ekonomi bisnis?

[WANSUS] HIPMI Soroti Kebijakan Pemerintah dalam Pemulihan Dunia UsahaIlustrasi ekonomi terdampak pandemik COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Ya sebenarnya kalau dibilang seperti apa secara langsung, saya belum pernah mengalami juga. Tapi saya sudah sampaikan di awal bahwa krisis ini kan berbeda, satu krisis dengan krisis lain ini berbeda, namanya kritis pasti situasi yang tidak biasa, sesuatu yang luar biasa, kalau biasa-biasa aja bukan krisis.

Ini suatu hal yang luar biasa, negara lain juga belum pernah menghadapi krisis ya kayak gini seperti pandemik virus corona, ini kan belum pernah ada yang menghadapinya. Kalau dibilang situasi seperti apa menurut saya, saya yang sekarang juga menjadi pengusaha yang bergerak di beberapa sektor melihat ya beginilah ekonomi, disebut ekonomi kita lumpuh, dan lumpuhnya itu ibaratnya vital sudah dari hulu ke hilir, fungsinya gak normal.

Beda dengan tahun 98, ketika itu kan yang diterpa krisis politik tapi bisa ada perbaikan pada suatu rekomendasi. UMKM dibilang penopang karena ekonomi lumpuh. Kalau dahulukan artinya barang beredar masih jalan, kalau sekarang kan lumpuh, gimana UMKM mau bisa berjalan orang terjadi pembatasan sosial. Gimana UMKM bisa jalan kita mau pergi ke Bali misalnya atau ke luar kota sulit. Itukan pasti ada penurunan demand di mana yang cukup luar biasa.

Kalau saya ya, mungkin yang biasanya ya harus ada kegiatan bisnis atau kegiatan seminar atau apa acara di Bali yang mungkin pada waktu itu 1 bulan bisa 1 kali dua kali gitu. tapi sekarang kita benar-benar tutup gitu dengan berbagai macam per timbangan. Itu kan bisa membuat impact, dan bisa terjadi kalau ada arus perdagangan dan jasa, kalau gak ada dua itu apa yang mau di bisnisin?

Jadi makanya salah satunya harus diguyur dengan uang beredar, bantuan sosial seperti bantuan BLT 9. Sehingga tetap masyarakat masih punya power atau kebijakan cetak uang dengan yang ketat. Tapi harus diarahkan ke sana Jadi ya Mau menopang bisa rebound kalau ada peredaran dan saya sepakat dengan berbagai ahli yang mengatakan pendekatan pertama adalah kesehatan, setelah itu baru kita bisa bicara secara ekonomi.

Nah ini kan implikasi kebijakan yang menurut saya sosialisasi pengawasan yang tidak tepat dilaksanakan yang menyebabkan tingkat curve daripada corona. Nah ini kan kita masih belum second wave loh, Kalau lihat data-data yang ada gitu masih terus ini belum landai, belum naik lagi. Bahkan di negara-negara lain itu kan curve-nya itu dia naik turun, dia bakal naik lagi itu. Lalu itu ada landai itu kan karena mungkin sudah terjadi herd immunity atau apa gitu kan istilahnya misalnya, sampai vaksin.

Nah itu kita masih pecah rekor. Tapi ada satu hal sih yang memang perlu dilakukan gitu.

8. Proyeksi ke depan, kira-kira kapan sektor UMKM dan bisnis dapat pulih kembali ?

[WANSUS] HIPMI Soroti Kebijakan Pemerintah dalam Pemulihan Dunia UsahaIlustrasi Pertumbuhan Ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Ya tadi harus pendekatannya science based teknologi dan data gitu kan, perencanaan planning bisa diambil. Bahwa coronavirus ini bisa diprediksi kalau kita melakukan testing testing dengan jumlah yang massive dan besar misalnya WHO tuh punya standar yang harus kalau gak salah testingnya minimal 10 persen dari jumlah penduduk, yang di mana berarti harus di testing itu 25 juta jiwa itu loh yang harus di testing.

Tapi kita baru berapa itu masih satu jutaan Kalau gak salah sih kauh banget gitu loh. How to predict ya kalau udah punya testing dan itu untuk testingnya jauh banget antara Jawa Barat dan DKI Jakarta misalnya pastinya sudah banyak di daerah lain itu testinya masih sangat kecil. Jadi yang sesungguhnya Indonesia mungkin bisa jadi saat ini udah jutaan gitu kan, karena jumlah yang di tes nya sedikit.

Jadi kalau ditanya lapan ekonomi ini bisa stabil, menurut saya kalau sudah ada kurva yang melandai daripada coronavirus. Kalau misalnya masih tinggi terus ya ini gak akan gak akan pulih gitu loh, misalnya ada kebijakan pemerintah yang disampaikan oleh beberapa orang misalnya.

Saya juga gak mau ambil kesimpulan walaupun waktu saya secara korporasi sudah memiliki planning, tapi ternyata planning yang sudah kita akselerasi dengan mengambil kesimpulan daripada statement dari pemerintah, ahli dan sebagainya. Terpaksa kita review ulang gitu. Kemarin jujur saya kan salah satu unit disesuaikan bergerak di pengelolaan jasa manajemen perkantoran yang Memang rencana saya udah mau turn back lagi gitu loh di minggu ini, tapi ternyata ada kebijakan PSBB lagi, kita ga bisa ngapa-ngapain gitu.

Jadi tadi tetap kita sebagai pengusaha harus mampu membaca peluang dan tantangan yang ada sehingga ya tadi ya kita tidak bisa mempertahankan karyawan kita tidak akan PHK tapi kalau ditanya kapan pulihnya ya saya belum bisa memprediksi secara tepat gitu cuman naga naganya dari referensi-referensi di luar, saya lihat beberapa berita-berita di luar ya mungkin kita boleh bisa dibilang akan akan going slowly ya di pertengahan tahun 2021 ya Menurut saya ini, ya sekali lagi ini berdasarkan perhitungan kita.

Berdasarkan berdasarkan informasi-informasi yang saya terima, jadi saya dalam konteks ini tetap optimis bahwa ini akan jadi salah satu pembelajaran besar untuk negara kita gitu kan. Tapi sekali lagi ya kita harus tadi ada collaborative action yang kita bisa lakukan sama-sama gitu dan yang terpenting menurut saya.

Kita harus bisa mengedukasi masyarakat untuk melakukan preventive action, penggunaan masker penggunaan hidup sehat itu kan jadi jangan menyepelekan. Juga jangan mengangkat teori-teori konspirasi, teori apa itu akhirnya menyebabkan bingung kayak gitu loh, satu public figure dengan public figure yang lain juga harus bisa punya campaign positif.

Dia kan harus campaign positif penggunaan masker harus ketat, kita punya punya protokol gitu. Kan jadi harus ada kita punya kesadaran bersama bahwa ini bukan hal yang ada semacam skenario global apalagi tuh. Akhirnya kita tidak fokus pada esensi bahwa ini memang keadaan yang memang benar-benar dialami oleh semua negara-negara di dunia dan negara-negara yang telah kita lihat unggul dalam pendekatan-penyelesaian, ini benar-benar menerapkannya tadi dengan sains dan teknologi, kebijakannya juga dilakukan dengan tepat ya.

Tapi sekali lagi kita juga tidak bisa, karena tantangan sangat besar, kita negara kepulauan yang cukup banyak itu kan pintu masuk kita juga banyak sekali gitu. Jadi kalau mau ditutup, ditutup yang mana? Jadi kayak gitu tadi harus ada preventive action yang harus kita lakukan dan itu harus dari diri kita sendiri, baru kita bisa boleh dibilang ya mengajak orang lain bersama-sama.

Kita jaga sama-sama jadi kita hargai tenaga tenaga kesehatan yang sudah mendedikasikan dirinya untuk membantu ini di Garda terdepan harus bersama-sama collaborative action semua. Karena ya krisis ini masih berlangsung cukup lama boleh dibilang tidak mungkin bisa short period ditangani kalau misalnya vaksin nya Alhamdulillah benar-benar ditemukan misalnya di tahun depan, ikutan juga perlu strategi untuk bisa mendapatkan vaksin dan menyuntikkannya, jangan sampai juga itu jadi chaos ternyata vaksin yang bisa didapatkan dari 250 juta itu hanya 50 juta.

Ini kan tantangan yang yang gak mudah gitu loh jadi ya tadi harus collaborative action tadi dan sekali lagi ya tadi harus bener-bener dipikirkan secara apa yang perlu ada wisdom dari kepemimpinan yang ada gitu seperti soal pilkada-pilkada gitu kan.

Ya kalau perlu memang harus dipikirkan matang-matang? apakah ada penundaan atau seperti apa itu benar-benar harus dipikirkan dengan matang, hingga benar-benar ya tadi penghambat-penghambat COVID-19 ini bisa kita lakukan secara bersama-sama itu.

Baca Juga: Rancang PP UU Cipta Kerja, Mendagri akan Bikin Aturan Usaha di Daerah

Topik:

  • Anata Siregar
  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya