Begini Tantangan Kepemilikan Rumah 41 Juta Generasi Sandwich di RI

Jakarta, IDN Times - Sorotan terhadap generasi sandwich dalam hal kepemilikan rumah semakin tajam seiring dengan penayangan film "Home Sweet Loan" di bioskop saat ini. Hal itu membuat Pinhome dan YouGov Indonesia meluncurkan laporan bertajuk "Langkah Generasi Sandwich Menuju Kepemilikan Properti."
Mengutip ucapan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir pertengahan tahun lalu, CEO sekaligus Founder Pinhome, Dayu Dara Permata mengatakan ada 81 juta millennial saat ini belum memiliki rumah. Kemudian berdasarkan hasil riset dalam laporan Pinhome dan YouGov Indonesia, ada 41 juta generasi sandwich di Indonesia.
"Laporan ini mengungkap bahwa terdapat 41 juta generasi sandwich di Indonesia yang masih berjuang lantaran dihimpit atas dan bawah seperti mengurus orang tua atau kakek dan neneknya atau menopang orang tua dan saudara," ujar Dara dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (8/10/2024).
Berdasarkan laporan tersebut, 53 persen generasi sandwich diwakili millennial, sedangkan 26 persen Gen Z dan sisanya 20 persen Gen X serta satu persen lainnya baby boomer.
1. Mayoritas generasi sandwich termotivasi memiliki rumah

Kendati menghalami himpitan dari atas dan bawah, generasi sandwich tetap termotivasi untuk memiliki rumah. General Manager YouGov Indonesia, Edward Hutasoit mengatakan, motivasi utama yang mendorong generasi sandwich untuk memiliki hunian adalah kebutuhan keluarga.
"Generasi sandwich ketika ditanyakan motivasi kepemilikan properti, 49 persen menjawab karena kebutuhan keluarga. Kemudian sebesar 48 persen karena stabilitas bagi keluarganya. Lalu 34 persen karena bisa memiliki lokasi yang lebih baik, 34 persen investasi, 22 persen peningkatan gaya hidup," kata Edward.
2. Tantangan generasi sandwich dalam memiliki tempat tinggal

Selain itu, laporan Pinhome dan YouGov Indonesia juga mengidentifikasi tiga tantangan utama yang dihadapi generasi sandwich dalam memiliki rumah.
"Membeli properti bisa jadi proses yang intimidating dan menurut mereka generasi sandwich tantangan paling besar adalah menemukan properti yang tepat (36 persen). Mereka juga punya tantangan masalah biaya tambahan yang berlebihan (35 persen), dan cicilan tinggi (34 persen)," tutur Edward.
Selain itu tantangan lainnya berupa masalah kondisi properti dan komunikasi (27 persen), proses panjang serta kesulitan mengumpulkan uang muka (24 persen), kurangnya informasi tentang proses pembelian properti (23 persen), dan pilihan yang terbatas (22 persen).
3. Dukungan yang dibutuhan generasi sandwich

Menghadapi berbagai tantangan tersebut, generasi sandwich disebut Edward membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama penasihat keuangan yang dapat membantu mereka merencanakan dan mengelola keuangan dengan lebih baik.
"Sebanyak 39 persen dari mereka menyatakan bahwa dukungan dari penasihat keuangan sangat diperlukan dalam proses pembelian rumah. Selain itu, peran penilai properti (38 persen), bantuan hukum (37 persen), inspektur properti (36 persen), konsultan properti (35 persen), dan bantuan arsitektur (34 persen) juga dinilai penting dalam memastikan bahwa mereka dapat membuat keputusan yang tepat dan terinformasi dengan baik," tutur Edward.
Dalam konteks ini, peran-peran tersebut tidak hanya membantu generasi sandwich dalam proses pembelian, tetapi juga memberikan rasa aman dan keyakinan bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan terbaik bagi masa depan mereka dan keluarga.