Jakarta, IDN Times – Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel kian meningkat dengan adanya keterlibatan Amerika Serikat (AS). Serangan AS ke tiga fasilitas nuklir Iran berujung pada langkah penutupan Selat Hormuz yang menjadi jalur vital bagi perdagangan energi dunia. Kondisi ini terjadi di tengah kebijakan tarif dagang Amerika Serikat di bawah pemerintahan Trump yang memicu volatilitas di pasar keuangan global yang berisiko berdampak pada perekonomian domestik serta memperlambat laju ekonomi dunia.
Dalam laporan Indonesia Economic Outlook yang bertajuk "Navigating the Risk: Gaining the Momentum", Tim Ekonomi Bank Mandiri mencatat, ketegangan geopolitik dan kebijakan dagang yang proteksionis bisa memperlambat laju ekonomi global. Aktivitas perdagangan dunia diperkirakan turun, ditambah tekanan pada harga komoditas seperti minyak, batu bara, dan crude palm oil (CPO).
Konflik di Timur Tengah justru memicu lonjakan harga minyak mentah dunia yang berdampak pada meningkatnya inflasi global dan pertumbuhan ekonomi yang melemah. Gelombang volatilitas di pasar global kali ini jauh lebih besar dibanding masa kepemimpinan Trump sebelumnya.
Lantas, bagaimana pengaruh kondisi global itu terhadap Indonesia?