Fakta-Fakta soal Jambore Orang Kaya Sedunia di WEF Davos

WEF didirikan tahun 1971 oleh Klaus Schwab, seorang professor dan ekonomis kelahiran Jerman, yang ingin mempromosikan Kerjasama global di bidang politik, sosial dan ekonomi.

Klaus Schwab mengklaim bahwa WEF adalah organisasi nirlaba internasional dan berkantor pusat di Jenewa, kota di Swiss yang dikenal sebagai markas sejumlah organisasi internasional mulai dari kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kantor Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sampai Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

WEF menyediakan forum tahunan bagi elit dunia, dari kepala pemerintahan, pejabat setingkat menteri, pemilik korporasi global dan top eksekutifnya untuk duduk bareng mencari solusi bagi masalah dunia terkini. Misi yang digambarkan oleh pendiri WEF dalam kalimat, “Berkomitmen untuk memperbaikan situasi dunia.”

Pertemuan tahunan pertama dilakukan lima dekade lalu di Davos, dan menjadi perhelatan global yang menandai setiap awal tahun, menjadi tempat pengambil keputusan berkumpul dan mendapatkan inspirasinya.  WEF lantas juga dikenal sebagai Forum Davos.

Sebuah gedung besar di tengah kota Davos, Congres Center, menjadi lokasi pertemuan tahunan, dan pada pekan seperti ini saat WEF 2023, praktis beroperasi 24 jam.

Untuk bisa hadir di acara tahunan WEF Davos, kamu harus mendapatkan undangan.  Baik sebagai pembicara, moderator, peserta, maupun meliput acaranya untuk media.  WEF menggelar acara Open Forum dan bisa diikuti secara gratis, setelah mendaftar.  Jumlah peserta dibatasi.

Keanggotaan untuk ikuti sesi-sesi di WEF yang menghadirkan pembicara kelas dunia itu, berkisar antara Rp1 miliaran sampai Rp60 miliaran per tahun bergantung jenis dan fasilitas yang diperoleh.  Korporasi besar di berbagai negara biasanya menjadi anggota dan mendaftarkan sejumlah nama eksekutif topnya untuk menikmati sesi di WEF.

Tahun ini, di WEF 2023, ada 450-an sesi.

Presiden AS Donald Trump, aktivis perubahan iklim Greta Thunberg dan musisi Elton John, adalah nama-nama yang pernah diundang ke WEF.  Tahun-tahun belakangan Klaus Schwab mengundang penggiat sipil, seniman terkemuka, dan menciptakan forum untuk pemimpin muda masa depan, lewat forum WEF Young Global Leaders.  Pendek kata, Klaus ingin WEF tetap relevan, soalnya forum yang dia ciptakan ini makin banyak jadi sasaran kritik pedas penggiat sipil.  WEF dianggap jadi ajang unjuk omongan bagi satu persen warga dunia yang beruntung.

Seperti disampaikan di atas, di acara WEF, para kepala pemerintahan bisa bertemu dengan pemimpin bisnis yang wara-wiri di acara untuk melobi dan berjejaring.  WEF juga mengakomodasin pemikir dan pakar terkemuka yang tren, Fareed Zakaria, kolumnis Majalah Time dan punya acara di TV CNN menjadi peserta tetap.

Biar makin menarik, WEF juga mengundang selebriti, mulai dari aktris Priyanka Chopra, Michele Yeoh, sampai Idris Elba.

Jumlah tamu atau peserta WEF berkisar antara 2.000-3.000-an.  Selama pekan WEF, Davos juga dipenuhi paviliun yang dibuat baik oleh negara, termasuk Indonesia, maupun korporasi.  Beragam acara digelar untuk mengenalkan produk maupun, untuk negara, mengundang investor. Jangan ditanya berapa harga sewa.  Meroket setinggi langit.  WEF Davos adalah forum yang sangat mahal, harga sewa kamar bisa Rp10 jutaan semalam. Itu yang murah.

Bayangin, orang-orang terkaya dan berkuasa di dunia berkumpul di satu tempat? Ya mereka jadi kayak orang biasa aja sih.  George Soros, misalnya, saat WEF bisa kita lihat duduk bengong di salah satu kursi, sambal menyesap kopi yang disediakan untuk peserta di sejumlah tempat di Congress Center. Sendirian.  Level menteri, bisa membawa satu pejabat pendamping.  

Disebutkan bahwa prinsip pendiri WEF adalah imparsial, independen, dan memberikan tempat bagi berbagai kepentingan, yang kerapkali berseberangan.  Makanya, WEF sering jadi tempat bagi penggiat sipil, misalnya tokoh muda Greta Thunberg, melancarkan kritik keras ke pemerintah dan korporasi yang dianggap cuma ngomong doang soal komitmen penurunan emisi karbon.

Sebuah buku berjudul “Davos Man” yang ditulis koresponden New York Times Peter Goodman, membahas soal ini.  Bagaimana hipokritnya, orang-orang yang menjadi sumber terjadinya problem besar di dunia kok diharapkan membuat solusinya.

Salah satu yang kerap disorot berkaitan dengan sikap hipokrit WEF adalah bagaimana tema belakangan yang sering dibahasm soal pentingnya penurunan emisi CO2 dan perubahan iklim, sementara saat Davos Forum, ratusan pesawat jet parkir di bandara Zurich dan sekitarnya, membawa para pemimpin dunia dan bisnis. Tahun 2022, ketika WEF digelar di bulan Mei setelah sempat terhambat pandemik, satu dari 10 peserta datang ke Forum Davos mengendarai pesawat jet pribadinya.

Dengan segala kritik terhadap WEF, forum ini dianggap belum ada tandingannya dalam mengumpulkan begitu banyak pihak yang berkuasa di dunia.  Peserta WEF datang dari 130-an negara.

Sejumlah linimasa peran WEF Davos diantaranya:

• Tahun 1988 dilakukan penandatanganan kesepakatan yang dikenal sebagai Deklarasi Davos, yang membuat Turki dan Yunani  selamat dari ancaman konflik bersenjata.
• Tahun 1992, Nelson Mandela dan Presiden Afrika Selatan saat itu FW de Klerk, untuk pertama kalinya bertemu bersama di panggung internasional di WEF Davos.  Ini dianggap Langkah signifikan untuk menghentikan apartheid di Afsel.  Keduanya memenangi Nobel Perdamaian di tahun berikutnya.
• Tahun 2000, Aliansi Global untuk Vaksinasi dan Imuninasi (GAVI), diluncurkan di Davos, dan sejak itu memperbaiki akses vaksinasi bagi jutaan. Sejak pembentukannya, GAVI telah berkontribusi dalam vaksinasi 760 juta anak di seluruh dunia.