Google Bakal Pecat Pegawai Remote yang Ogah Masuk Kantor

- Google memperingatkan karyawan yang bekerja jarak jauh bahwa posisi mereka bisa dihapus jika tak kembali ke kantor.
- Karyawan di divisi People Operations dan Google Technical Services wajib masuk kerja secara hybrid atau relokasi, atau akan kehilangan pekerjaan.
Jakarta, IDN Times – Google memperingatkan karyawan di sejumlah divisi bahwa posisi mereka bisa dihapus jika tak kembali ke kantor. Sebagian dari mereka sebelumnya telah mendapat izin kerja jarak jauh penuh. Kebijakan ini mulai diterapkan tahun ini sebagai bagian dari penyesuaian besar-besaran.
Langkah ini diambil di tengah upaya banyak perusahaan, terutama di industri teknologi untuk mengakhiri sistem kerja jarak jauh pascapandemik COVID-19. Google diketahui mulai menawarkan paket keluar sukarela sejak Januari 2025 kepada karyawan penuh waktu di Amerika Serikat (AS). Mereka yang menolak skema hybrid diberi opsi untuk mengundurkan diri secara sukarela.
“Kami sudah bilang sebelumnya, kolaborasi tatap muka adalah bagian penting dari cara kami berinovasi dan memecahkan masalah yang kompleks,” kata juru bicara Google, dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (24/4/2025).
1. Divisi SDM dan Teknis jadi sasaran pertama kebijakan hybrid

Salah satu divisi yang langsung terkena dampak adalah People Operations atau bagian sumber daya manusia Google. Karyawan yang tinggal dalam radius 50 mil (80 kilometer) dari kantor wajib masuk kerja secara hybrid mulai bulan ini atau akan kehilangan pekerjaan. Mereka yang tinggal di luar radius itu boleh tetap remote, tapi tidak bisa melamar posisi baru kecuali bersedia datang ke kantor.
Divisi lain yang juga terkena adalah Google Technical Services. Para karyawan remote di unit ini ditawarkan biaya relokasi satu kali jika mau pindah dalam jarak 50 mil dari kantor. Jika tidak, mereka diminta memilih antara bekerja hybrid atau menerima paket keluar sukarela.
Menurut dokumen internal yang dilihat CNBC, relokasi menjadi salah satu strategi Google untuk mengurangi jumlah pekerja jarak jauh. Perusahaan juga menekankan pentingnya efisiensi dan kolaborasi tim sebagai alasan di balik kebijakan ini.
2. Fokus efisiensi demi investasi besar-besaran di bidang AI

Kebijakan ini datang bersamaan dengan dorongan besar Google untuk menghemat anggaran guna memperkuat investasi di bidang kecerdasan buatan. Sejak pemutusan hubungan kerja besar-besaran pada awal 2023, Google terus melakukan pemangkasan tim secara terarah. Tujuannya untuk mempercepat laju inovasi agar bisa bersaing dalam perlombaan AI yang makin intens.
Selain itu, banyak perusahaan teknologi saat ini berupaya memangkas biaya sambil tetap menggelontorkan dana besar untuk pengembangan AI. Google sendiri disebut tengah menyuntikkan anggaran besar untuk infrastruktur dan perekrutan talenta teknis.
Perubahan drastis ini mencerminkan pergeseran arah perusahaan ke strategi yang lebih agresif. Investasi besar di sektor AI dianggap kunci agar Google tetap kompetitif di pasar global.
3. Sergey Brin minta pegawai AI kerja dari kantor 60 jam per minggu

Sergey Brin, salah satu pendiri Google, juga mendorong tim AI perusahaan untuk lebih banyak bekerja dari kantor. Dalam memo internal yang diperoleh CNBC, Brin mengatakan, kehadiran fisik sangat krusial bagi produktivitas tim. Ia menyebut, 60 jam seminggu sebagai waktu kerja paling ideal untuk mencapai performa terbaik.
Brin menyampaikan, persaingan dalam teknologi AI saat ini telah meningkat sangat pesat. Ia meminta timnya untuk mempercepat semua proyek agar tidak tertinggal dari para pesaing. Seruan itu datang di tengah penggabungan unit Android dan perangkat keras yang kini dipimpin oleh Rick Osterloh.
Osterloh pada Januari lalu menyebut bahwa program keluar sukarela cocok bagi karyawan yang kesulitan menjalani pola kerja hybrid. Ia mengatakan timnya kini lebih gesit dan efisien, meski tetap membuka rekrutmen baru di AS maupun secara global.