Harga Mainan Barbie Naik, Mattel Salahkan Tarif Trump

- Mattel menaikkan harga mainan Barbie di AS setelah tarif 145 persen dari Trump diberlakukan atas mainan yang diproduksi di China.
- Perusahaan mengalihkan sebagian besar produksi dari China untuk mengurangi dampak tarif, dengan target kurang dari 40 persen produk dipasok dari China pada akhir tahun ini.
Jakarta, IDN Times – Perusahaan mainan, Mattel mengumumkan kenaikan harga mainan Barbie di Amerika Serikat (AS) menyusul tarif baru yang dikenakan Presiden Donald Trump. Tarif sebesar 145 persen tersebut diberlakukan atas mainan yang diproduksi di China dan negara lain.
Dalam pernyataan resmi pada Senin (5/5/2025), Mattel menyebut langkah ini sebagai respons atas landskap tarif AS yang terus berubah, dan membatalkan proyeksi keuangan tahun 2025.
Mattel memproduksi sekitar 40 persen mainannya di China, yang menjadi target utama tarif dari pemerintahan Trump. Perusahaan menilai kondisi ini membuat prediksi belanja konsumen menjadi semakin sulit dilakukan. Akibatnya, Mattel mengambil langkah penyesuaian harga di pasar AS untuk mengimbangi biaya tambahan dari tarif tersebut.
1. Mattel pindahkan produksi untuk hindari ketergantungan pada China

Sebagian besar produksi Mattel akan dialihkan dari China seiring strategi diversifikasi rantai pasok yang telah berlangsung hampir satu dekade. Perusahaan menargetkan pada akhir tahun ini, kurang dari 40 persen produk akan dipasok dari China. Dalam dua tahun ke depan, tidak ada satu negara pun yang menyumbang lebih dari 25 persen dari total produksi Mattel.
Langkah ini dilakukan untuk mengurangi dampak dari ketegangan dagang antara AS dan China. Mattel menyatakan, diversifikasi ini merupakan bagian dari upaya jangka panjang agar tidak terlalu bergantung pada satu negara. China selama ini dinilai memperlakukan AS secara tidak adil dalam perdagangan, menurut argumen pemerintahan Trump.
Selain itu, perpindahan produksi juga dipandang sebagai cara untuk bertahan dari gelombang tarif yang terus berubah. Dengan memindahkan sebagian manufakturnya, Mattel berharap bisa menstabilkan harga dan menjaga kontinuitas pasokan produknya di pasar AS.
2. Trump anggap remeh dampak tarif terhadap anak-anak dan mainan

Trump menanggapi kekhawatiran soal harga mainan dengan komentar santai yang menyulut reaksi publik. Dalam pernyataan pekan lalu, ia mengatakan, anak-anak bisa saja memiliki lebih sedikit boneka.
“Mungkin anak-anak hanya akan punya dua boneka, bukan tiga puluh, dan mungkin dua boneka itu harganya beberapa dolar lebih mahal dari biasanya,” ujarnya, dikutip dari Politico, Selasa (6/5/2025).
Trump berulang kali mengulangi pandangan tersebut dan menolak anggapan tarif akan menimbulkan kelangkaan. Ia tetap pada pendiriannya bahwa kebijakan tarif adalah bentuk resiprokal untuk mengembalikan keadilan dagang bagi AS.
Namun di sisi lain, survei yang dilakukan Toy Association terhadap 400 perusahaan mainan AS menunjukkan hampir separuhnya khawatir akan bangkrut karena kebijakan tarif tersebut. Sejak pengumuman tarif pada 2 April 2025, saham Mattel tercatat turun sekitar 19 persen.
3. Produksi tetap di luar negeri, tapi desain tetap di Amerika

CEO Mattel Ynon Kreiz menyebut, meskipun manufaktur dilakukan di luar negeri, banyak aspek penting dari pembuatan mainan tetap dilakukan di dalam negeri. Dalam wawancaranya di program Squawk Box CNBC, Kreiz menjelaskan, desain, pengembangan, rekayasa produk, dan manajemen merek masih berpusat di Amerika.
“Kita harus ingat bahwa bagian penting dari penciptaan mainan terjadi di Amerika,” katanya dikutip dari CNBC Internasional, Selasa (6/5).
Ia menilai, memproduksi di luar negeri memungkinkan perusahaan membuat produk berkualitas dengan harga terjangkau. Menurut Kreiz, memindahkan produksi kembali ke AS bukanlah solusi realistis untuk industri mainan. Ia menyebut efisiensi dan skala produksi global tetap menjadi kunci agar harga produk tidak melambung terlalu tinggi di pasar domestik.