Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Inflasi di Era Trump Sudah Sesuai Janji Kampanye atau Justru Memburuk?

Presiden AS Donald Trump (instagram.com/potus)
Presiden AS Donald Trump (instagram.com/potus)
Intinya sih...
  • Janji kampanye Trump untuk akhiri inflasi.
  • Tren inflasi sejak awal pemerintahan Trump.
  • Dampak tarif yang membebani konsumen.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Inflasi selalu menjadi isu sentral dalam perekonomian, karena langsung menyentuh kebutuhan dasar masyarakat. Ketika harga barang dan jasa meningkat, daya beli menurun, dan pada akhirnya menimbulkan keresahan di berbagai lapisan sosial.

Banyak negara, termasuk Amerika Serikat, berupaya keras menekan laju inflasi agar tetap stabil sesuai target bank sentral. Namun, tantangan global seperti gejolak harga energi, ketidakpastian rantai pasok, hingga kebijakan perdagangan internasional sering kali membuat upaya tersebut tidak berjalan mulus.

Dalam konteks inilah, janji-janji politik untuk menurunkan inflasi kerap menjadi sorotan publik, terutama ketika realitas ekonomi tidak selalu sejalan dengan harapan.

1. Janji kampanye Trump untuk akhiri inflasi

Ilustrasi inflasi (freepik.com)
Ilustrasi inflasi (freepik.com)

Dalam masa kampanye, Donald Trump berulang kali berjanji akan mengakhiri inflasi sejak hari pertama menjabat sebagai presiden. “Mulai dari hari pertama pemerintahan saya, kita akan mengakhiri inflasi dan membuat Amerika kembali terjangkau,” ujar Trump saat kampanye di Saginaw, Michigan, Oktober lalu, dikutip dari RollCall.

Namun, setelah beberapa bulan menjabat, muncul pertanyaan besar: sejauh mana janji itu benar-benar terealisasi?

2. Tren inflasi sejak awal pemerintahan Trump

Ilustrasi resesi (freepik.com)
Ilustrasi resesi (freepik.com)

Berdasarkan data Biro Statistik Tenaga Kerja AS, tingkat inflasi tahunan melalui Indeks Harga Konsumen (CPI) rata-rata mencapai 2,65 persen dari Januari hingga Agustus. Angka tersebut masih lebih tinggi dari target Federal Reserve sebesar 2 persen, meski tidak terlalu jauh.

Masalah utama bukan pada angka rata-rata, melainkan arah tren inflasi. Saat Trump mulai menjabat pada Januari, inflasi justru menurun dari 3,0 persen ke 2,3 persen pada April. Trump bahkan beberapa kali mengklaim telah menaklukkan inflasi. Pada 8 September lalu, ia mengatakan kepada WABC, “Kita tidak punya inflasi. Harga turun di hampir semua hal.”

Kenyataannya, klaim itu belum sepenuhnya sejalan dengan data terbaru.

3. Dampak tarif yang membebani konsumen

Ilustrasi perdagangan internasional (freepik.com)
Ilustrasi perdagangan internasional (freepik.com)

Salah satu faktor yang memperberat inflasi adalah kebijakan tarif impor. Menurut analisis Goldman Sachs, hingga Juni 2025, perusahaan hanya meneruskan sekitar 22 persen biaya tambahan dari barang impor kepada konsumen. Namun, jika kebijakan tarif tetap berlanjut, angka itu bisa melonjak hingga 67 persen.

Data terbaru mendukung kekhawatiran ini. Harga bahan makanan naik 0,6 persen pada Agustus — lonjakan tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Harga pakaian dan perlengkapan audiovisual naik 0,5 persen, sementara suku cadang mobil naik 0,6 persen. Bahkan, harga kopi tercatat 20 persen lebih mahal dibandingkan tahun lalu. Secara keseluruhan, harga konsumen meningkat 0,4 persen pada Agustus, kenaikan bulanan terbesar sejak Desember.

Ironisnya, janji Trump untuk menekan inflasi mungkin bisa tercapai lebih cepat jika tidak ada kebijakan tarif yang luas. Kini, publik hanya bisa berspekulasi sembari menghadapi kenyataan bahwa inflasi kembali meningkat.

Janji kampanye memang kerap terdengar sederhana, namun realitas ekonomi jauh lebih kompleks. Meski sempat menunjukkan tren penurunan, inflasi di era Trump kembali dipengaruhi oleh faktor eksternal, termasuk kebijakan tarif impor. Pada akhirnya, masyarakat Amerika masih menunggu pembuktian apakah pemerintahan ini benar-benar mampu menjadikan harga-harga tetap terjangkau.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in Business

See More

Purbaya Buka-Bukaan, Harga Asli Pertalite Rp11.700, LPG Rp42.750

30 Sep 2025, 13:55 WIBBusiness