Inflasi Tinggi Hantam AS, Joe Biden Ungkap Biang Keroknya

Jakarta, IDN Times - Presiden AS Joe Biden angkat bicara soal tingkat inflasi yang tinggi di Negeri Paman Sam. Upaya menekan harga bagi warga yang terdampak inflasi diklaimnya menjadi prioritas yang kini tengah dilakukan oleh dirinya dan pemerintah AS.
"Meski menggembirakan melihat tingkat inflasi tahunan melambat di bulan April, faktanya angka inflasi masih sangat tinggi," kata Biden pada saat dikutip dari Fox News pada Kamis (12/5/2022).
Biden berdalih jika angka inflasi yang tinggi bersumber dari sejumlah faktor. Di antaranya, angka kasus COVID-19 yang masih tinggi di AS dan kebijakan Presiden Rusia yang mencetuskan invasi ke Ukraina.
1. Harga sejumlah komoditas meroket

Departemen Tenaga Kerja setempat mencatatakan harga sejumlah komoditas seperti bensin, bahan makanan, hingga harga sewa naik hingga 8,3 persen pada April silam. Sejumlah harga komoditas melonjak 0,3 persen dalam periode satu bulan dari Maret.
"Seperti yang saya katakan kemarin, inflasi adalah tantangan bagi warga di seluruh negeri dan menurunkannya (angka inflasi) adalah prioritas yang kini sedang saya lakukan," sambung Biden.
2. Kenaikan inflasi kikis kenaikan upah pekerja

Tingkat inflasi yang tinggi dinilai menggerogoti kenaikan upah pekerja Amerika dalam beberapa bulan terakhir. Penghasilan per jam rata-rata pekerja turun 0,1 persen pada bulan Maret dari bulan sebelumnya.
Hal tersebut dilatarbelakangi oleh kenaikan inflasi yang mengikis total kenaikan upah sebesar 0,3 persen, menurut Departemen Tenaga Kerja setempat. Pada basis tahunan, angka pendapatan turun 2,6 persen di bulan April.
3. Inflasi di Amerika Serikat masih tinggi

Dilansir dari CNBC, inflasi di AS masih tinggi pada periode April 2022. Biro Statistik dan Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi AS mencapai 8,3 persen. Realisasi inflasi tersebut melampaui prediksi Dow Jones sebesar 8,1 persen.