Istana Taksir Anggaran Pemulihan Bencana Sumatra Rp60 Triliun

Jakarta, IDN Times - Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Prasetyo Hadi, memperkirakan anggaran untuk rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana di Aceh, Sumatra Barat dan Sumatra Utara sebesar Rp60 triliun. Meski demikian, angka tersebut masih bisa berubah.
"Kalau berkenaan dengan angka pemerintah, secara umum kemarin sudah kita hitung, ada kurang lebih di kisaran Rp60 triliun untuk pemulihan pasca bencana, baik rehab maupun rekonstruksi," ujar Prasetyo di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (29/12/2025).
1. Masih bisa berubah anggarannya

Prasetyo menyampaikan, dalam perjalannya, pasti akan ada perubahan angka untuk anggaran pemulihan pascabencana di Sumatra.
"Sekali lagi juga itu bukan angka yang kemudian jumlahnya pasti sejumlah itu. Karena dalam perkembangannya tentu bisa jadi terdapat perubahan-perubahan dan penyesuaian-penyesuaian data bergantung kondisi di lapangan," ucap dia.
2. Ada puluhan desa hilang

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian, mengatakan, terdapat 22 desa hilang di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara akibat disapu banjir dan longsor pada November 2025.
Tito mengatakan, 22 desa tersebut adalah 13 desa di Aceh, 8 desa di Sumatra Utara, dan 1 di Sumatra Barat. Kemudian, ada 1.580 kantor desa di tiga provinsi tersebut yang rusak akibat banjir.
"Karena data kami menunjukkan bahwa ada desa yang hilang itu totalnya 22. Di Aceh ada 13 hilang, rusak. Di Sumatra Utara ada 8. Sumatra Barat ada 1," kata Tito.
3. Kemendagri kirim ribuan Praja IPDN ke Sumatra

Tito menambahkan, Kemendagri juga akan mengirim 1.054 praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) ke Aceh untuk membantu pemulihan daerah tersebut. Mereka akan diterjunkan mulai 3 Januari 2026.
Dia mengatakan, ribuan praja IPDN akan bekerja selama satu bulan penuh di Aceh Tamiang dan Aceh Utara, karena kedua daerah tersebut paling berat terdampak banjir.
"Kami juga rencana mengirimkan dari IPDN, itu sebanyak 1.054 personel dimulai tanggal 3 Januari. Selama sebulan mereka akan bekerja di daerah yang paling berat terdampak, yaitu Aceh Tamiang dan Aceh Utara," kata Tito.

















