Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Kamu Lebih Suka Cash? Ini Teori Likuiditas Keynes

https://www.freepik.com/free-photo/flat-lay-economy-concept_8356699.htm#fromView=search&page=1&position=26&uuid=d1ac8702-311e-4034-92a2-af74084d7982&query=uang
ilustrasi uang (freepik.com/freepik
Intinya sih...
  • Suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang menurut teori preferensi likuiditas Keynes
  • Tiga alasan utama mengapa orang butuh likuiditas: motif transaksi, berjaga-jaga, dan spekulatif
  • Panduan investasi berdasarkan kebutuhan likuiditas, termasuk alokasi aset dan manajemen risiko
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Teori preferensi likuiditas yang diperkenalkan ekonom legendaris John Maynard Keynes pada tahun 1936, jadi konsep fundamental dalam memahami kondisi moneter.

Dilansir Investopedia, teori ini menjelaskan investor cenderung lebih menyukai memegang aset yang mudah dicairkan (likuid) daripada menanamkannya dalam investasi jangka panjang.

Teori ini disebut-sebut sangat penting karena menunjukkan permintaan masyarakat terhadap likuiditas sangat memengaruhi suku bunga dan stabilitas ekonomi, terutama saat terjadi krisis keuangan ketika likuiditas mendadak menjadi langka dan berharga.

Pemahaman terhadap teori ini diklaim bisa memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana suku bunga pasar ditetapkan dan bagaimana nilai aset berubah seiring perubahan kondisi pasar.

1. Suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang

Apa yang Terjadi jika Seluruh Satelit GPS Mati Mendadak Selama 24 Jam?
ilustrasi transaksi perbankan (unsplash.com/NickPampoukidis)

Menurut Keynes, suku bunga ditetapkan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran uang. Premis utamanya adalah secara alamiah, setiap orang lebih suka memegang aset dalam bentuk likuid, di mana uang tunai merupakan aset yang paling likuid agar dapat dikonversi menjadi kas dengan cepat dan biaya minimal.

Namun, suku bunga berfungsi sebagai insentif yang mendorong orang melepaskan aset likuid (uang tunai) dan memilih aset yang kurang likuid seperti obligasi. Obligasi menawarkan pendapatan bunga, tetapi dianggap kurang likuid karena proses pencairannya tidak secepat uang tunai. Semakin tidak likuid sebuah obligasi, diklaim semakin tinggi tingkat bunga yang harus ditawarkan untuk menarik investor.

Teori tersebut menegaskan suku bunga akan naik ketika preferensi likuiditas tinggi, sebab saat itu orang ingin menimbun uang tunai. Hal ini menyebabkan pasokan uang berkurang dan harga obligasi turun.

Kenaikan suku bunga menjadi kompensasi agar orang bersedia melepaskan likuiditasnya. Sebaliknya, ketika preferensi likuiditas rendah (orang lebih suka berinvestasi), pasokan uang meningkat dan suku bunga cenderung turun.

Keynes, yang merupakan ekonom Inggris berpengaruh abad ke-20, dikenal luas dengan teori-teori ekonominya yang kini disebut sebagai Ekonomi Keynesian.

Dalam karya monumentalnya pada tahun 1936, “The General Theory of Employment, Interest, and Money,” ia menantang pemikiran konvensional dan menekankan pentingnya intervensi pemerintah untuk menstabilkan perekonomian saat menghadapi krisis. Teori preferensi likuiditas merupakan salah satu kontribusi utamanya yang membentuk fondasi makroekonomi modern.

2. Tiga alasan utama mengapa orang butuh likuiditas

ilustrasi transaksi (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi transaksi (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Keynes mengidentifikasi tiga motif utama yang mendorong keinginan seseorang atau institusi untuk memegang aset likuid (uang):

Motif Transaksi: Ini adalah kebutuhan dasar untuk memegang uang tunai demi transaksi sehari-hari seperti membeli barang dan jasa. Permintaan ini sifatnya dapat diprediksi dan akan meningkat seiring naiknya pendapatan.

Motif Berjaga-jaga (Precautionary): Ini adalah keinginan untuk menyimpan uang sebagai cadangan darurat untuk menghadapi pengeluaran tak terduga, seperti biaya medis mendadak atau perbaikan kendaraan. Motif ini menegaskan peran uang sebagai penyimpan nilai.

Motif Spekulatif: Ini melibatkan keputusan untuk menahan uang tunai agar siap memanfaatkan peluang investasi yang menguntungkan di masa depan yang belum muncul. Motif ini sangat dipengaruhi oleh ekspektasi pasar dan suku bunga. Investor akan cenderung menahan uang ketika suku bunga rendah, dan akan mulai berinvestasi ketika suku bunga naik.

3 Panduan investasi berdasarkan kebutuhan likuiditas

Ilustrasi melakukan investasi.
ilustrasi investasi (freepik.com/rawpixel.com)

Teori ini dapat menjadi kerangka penting bagi investor dalam membuat keputusan alokasi aset dan manajemen risiko.

Saat preferensi likuiditas tinggi, misalnya saat resesi, investor disarankan meningkatkan porsi aset aman dan likuid seperti uang tunai atau obligasi pemerintah jangka pendek. Keputusan ini memberikan perlindungan dan fleksibilitas.

Sebaliknya, saat preferensi likuiditas menurun (ekonomi stabil), investor dapat mulai mengambil risiko lebih besar pada aset yang kurang likuid tetapi berpotensi return lebih tinggi, seperti saham atau properti.

Penerapan lain dari teori ini adalah strategi tangga obligasi (bond laddering) yang menjadwalkan jatuh tempo obligasi secara bertahap untuk memastikan adanya arus kas reguler. Selain itu, menjaga cadangan kas yang cukup adalah kunci untuk menghindari penjualan aset illikuid pada saat harga sedang tidak menguntungkan.

4. Kritik terhadap teori Keynes

ilustrasi kritik di tempat kerja (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi kritik di tempat kerja (pexels.com/Yan Krukau)

Meskipun sangat berpengaruh, teori preferensi likuiditas juga mendapat kritik. Salah satu keberatan utama adalah suku bunga ditentukan oleh banyak faktor kompleks, tidak hanya oleh permintaan dan penawaran uang. Faktor-faktor seperti inflasi, risiko gagal bayar, dan peluang investasi dianggap memainkan peran yang sama pentingnya.

Selain itu, teori ini dikritik karena dianggap terlalu pasif, melihat suku bunga hanya menyesuaikan diri dengan preferensi likuiditas. Faktanya, kebijakan moneter bank sentral dapat secara aktif memengaruhi suku bunga dan, pada akhirnya, memengaruhi perilaku konsumsi dan investasi.

Beberapa ekonom juga berpendapat dalam ekonomi yang semakin terglobalisasi, mobilitas modal internasional berarti suku bunga nasional lebih mencerminkan preferensi likuiditas global, bukan sekadar faktor domestik.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ilyas Listianto Mujib
EditorIlyas Listianto Mujib
Follow Us

Latest in Business

See More

Kenapa Kamu Lebih Suka Cash? Ini Teori Likuiditas Keynes

03 Des 2025, 08:05 WIBBusiness