Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Limbah Nuklir PLTN Lebih Mudah Dikelola Dibanding Sampah Bantar Gebang

ilustrasi limbah nuklir (commons.wikimedia.org/JKremona)
ilustrasi limbah nuklir (commons.wikimedia.org/JKremona)
Intinya sih...
  • Limbah bahan bakar bekas reaktor nuklir hanya 5 persen habis terpakai. Sisa material yang hanya lima persen tersebut pun tetap memiliki manfaat untuk kebutuhan rumah sakit, industri, serta iradiasi pangan
  • Nuklir merupakan energi penyeimbang untuk menjamin keandalan sistem ketenagalistrikan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah memastikan akan menghadirkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Komitmen tersebut bakal dilakukan bersama dengan PT PLN (Persero) guna menjadi solusi energi yang andal, bersih, dan terjangkau.

Salah satu alasan yang membuat PLTN dianggap solusi energi andal, bersih, dan terjangkau adalah karena pengelolaan limbahnya cenderung mudah. Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Syaiful Bakhri bahkan mengatakan, pengelolaan limbah nuklir lebih mudah jika dibandingkan dengan mengolah sampah yang berada di Bantar Gebang.

"Mengelola limbah nuklir itu lebih mudah dari pada mengelola Bantar Gebang, silakan buktikan. PLTN umurnya 40 tahun, berapa luas limbah yang dibutuhkan area untuk menyimpan limbah? Hanya sebesar ruangan ini, 40 tahun," ujar Syaiful, dikutip Senin (8/9/2025).

1. Sebanyak 95 persen limbah PLTN dapat didaur ulang

Pembersihan limbah nuklir di kompleks Batan Indah Serpong, Tangsel, Banten. (IDN Times/Lia Hutasoit)
Pembersihan limbah nuklir di kompleks Batan Indah Serpong, Tangsel, Banten. (IDN Times/Lia Hutasoit)

Syaiful menambahkan, limbah bahan bakar bekas dari reaktor nuklir sejatinya tidak sepenuhnya menjadi limbah. Hanya sekitar lima persen yang habis terpakai untuk reaksi fisi, sedangkan 95 persen sisanya masih dapat didaur ulang untuk digunakan kembali pada reaktor lain.

Menurut dia, hal ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk mencapai kemandirian energi. Selain itu, sisa material yang hanya lima persen tersebut pun tetap memiliki manfaat, seperti untuk kebutuhan rumah sakit, industri, serta iradiasi pangan.

"Bagaimana 95 persennya bisa didaur ulang, dipakai lagi untuk reaktor-reaktor jenis lain? Artinya apa? Kita akan menjadi negara yang merdeka dan mandiri secara energi," ujar Syaiful.

2. Nuklir bisa jadi energi penyeimbang

IMG-20250907-WA0012.jpg
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jisman P Hutajulu (dok. PLN)

Sementara itu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jisman P Hutajulu menilai, nuklir merupakan energi penyeimbang untuk menjamin keandalan sistem ketenagalistrikan. Ke depan, ketika masyarakat sudah menerima, regulasi sudah siap, dan teknologi semakin matang, ruang bagi pengembangan nuklir akan semakin besar.

“Dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) terbaru yang telah disetujui DPR RI, nuklir ditempatkan sebagai penyeimbang energi,” ujar Jisman, dikutip Minggu (7/9).

3. Pembangunan PLTN tidak bisa tergesa-gesa

PLTN (pexels.com/jason hu)
PLTN (pexels.com/jason hu)

Sejalan dengan itu, dalam dokumen Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025-2034, rencana pembangunan PLTN telah dinyatakan secara eksplisit.

Sesuai RUPTL PLN, dua unit PLTN dengan kapasitas masing-masing 2x250 MW akan dibangun. Meski demikian, Jisman menekankan, pembangunan PLTN tidak bisa dilakukan tergesa-gesa.

"Regulasi harus disusun matang, organisasi Nuclear Energy Program Implementing Organization (NEPIO) perlu segera dibentuk, serta BUMN dilibatkan agar pengelolaan tetap berada dalam kendali negara," kata dia.

Share
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

2 Perusahaan China Minat Ikut Garap Giant Sea Wall di Indonesia

08 Sep 2025, 15:32 WIBBusiness