Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

LPEM UI Minta BI Tak Naikkan Suku Bunga Acuan

ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan sebesar enam persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 19-20 Maret 2024.

Ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, mengatakan nilai tukar rupiah cenderung stabil dalam beberapa pekan terakhir setelah sempat terdepresiasi dan inflasi domestik masih dalam rentang target BI.  Menurutnya, kondisi inflasi dan nilai tukar saat ini tidak berada dalam kondisi mendesak untuk BI mengubah suku bunga acuannya.

"Terlepas dari tingginya tekanan terhadap rupiah, beberapa minggu terakhir pergerakan rupiah cenderung stabil. Sehingga, kami berpandangan BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,00 persen," kata Riefky dalam Laporan Seri Analisis Makroekonomi Rapat Dewan Gubernur BI Maret 2024 yang diterima pada Rabu (20/3/2024).

1. Kenaikan BI rate bukan langkah ideal

ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)

Meski terdapat ruang untuk kenaikan suku bunga acuan, namun keputusan menaikkan BI rate saat ini dinilainya bukanlah langkah ideal yang perlu diambil saat ini. Dia menjelaskan bahwa rupiah stabil di level kenormalan baru yakni sekitar Rp16.200 per dolar AS.

Hal ini sejalan dengan sentiment high-for-longer yang sudah mulai termaterialisasi dan belum adanya eskalasi lebih lanjut dari konflik di Timur Tengah.

"BI juga memiliki beberapa alternatif kebijakan yang dapat dioptimalisasi dengan dukungan cadangan devisa yang memadai," katanya.

2. Kenaikan BI rate bisa berdampak ke sektor rill

ilustrasi harta kekayaan (IDN Times/Aditya Pratama)

Apabila BI menaikkan suku bunga acuan, kata Riefky, akan berdampak pada berbagai aspek yakni meningkatkan biaya pinjaman dan berdampak negatif terhadap sektor riil.

Sehingga, peningkatan BI Rate dapat dipertimbangkan sebagai opsi terakhir menimbang potensi risiko domestik yang akan muncul.

3. Kondisi suku bunga acuan di berbagai negara tergantung keputusan The Fed

Ketua the Fed Jerome Powell (YouTube the Fed)

Sementara itu, dari sisi perekonomian global, kondisi suku bunga acuan di berbagai negara berkembang cukup tergantung dari pergerakan yang akan diambil oleh The Fed.

Untuk menghindari risiko terjadinya arus modal keluar secara masif, bank sentral di negara berkembang termasuk Indonesia kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunga acuannya sebelum The Fed mengambil langkah tersebut.

Riefky menyatakan inflasi Amerika Serikat secara tidak terduga meningkat ke 3,2 persen (y.o.y) di Februari 2024, menunjukkan tantangan yang semakin sulit dihadapi oleh The Fed dalam fase akhir usaha mereka untuk menurunkan angka inflasi.

Lebih lanjut, tingkat pengangguran AS juga meningkat ke 3,9 persen di Februari 2024 dari 3,7 persen di bulan sebelumnya.

"Kenaikan inflasi yang tidak terduga ini mendorong munculnya sentimen bahwa the Fed harus menunda penurunan suku bunga acuan dari titik tertingginya dalam 23 tahun terakhir," ujar Riefky.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us