Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Imbas Serangan Iran, The Fed Diprediksi Tahan Suku Bunga

Mari Elka Pangestu dalam acara Ngobrol Seru dengan tema "Konflik Iran-Israel, Dampaknya ke Ekonomi RI" pada Senin (15/4/2024). (IDN Times/Uni Lubis)

Jakarta, IDN Times - Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sekaligus Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, Mari Elka Pangestu, memproyeksikan Bank Sentral AS (The Fed) akan menahan suku bunga acuan lebih lama lagi. Langkah itu sebagai imbas dari serangan drone Iran ke Israel pada Sabtu malam (13/4/2024) hingga Minggu pagi.

Sebagai ekonom, Mari memprediksi kemungkinan langkah The Fed untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50 persen. Hal itu merupakan satu dari berbagai efek domino dari naiknya harga minyak dunia, harga emas, hingga menguatnya dolar AS.

"Jadi ini skenario di mana diperkirakan harga minyak akan naik, production cost naik, inflasi naik dan ini akan memengaruhi pemulihan di AS, memperlambat penurunan suku bunga yang harusnya terjadi di second half of this year," ujar Mari dalam acara Ngobrol Seru 'Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI' oleh Eisenhower Fellowships Indonesia Alumni Chapter x IDN Times, Senin (15/4/2024).

1. Akan mempengaruhi rupiah dan perekonomian RI

Ngobrol Seru Konflik Iran-Israel dan Dampaknya ke Ekonomi RI. (dok. YouTube IDN Times)

Senada, ekonom sekaligus mantan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro juga menilai The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan lebih lama lagi karena dampak dari eskalasi konflik Timur Tengah. Menurutnya, keputusan tersebut secara tak langsung juga akan turut berdampak terhadap nilai rupiah dan tantangan bagi perekonomian Indonesia.

"Intinya secara eksternal memang kita akan menghadapi tantangan yang serius, dan ini yang bisa membuat rupiah menjadi tertekan," kata pria yang juga mantan Menteri Riset dan Teknologi tersebut.

2. BI diperkirakan akan intervensi

Ilustrasi Bank Indonesia (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Dia menilai, sebagai langkah antisipasi dampak suku bunga The Fed, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan tetap melakukan intervensi, namun tiak menggunakan cadangan dolar AS karena akan berakibat fatal.

"Kalau misal BI menaikkan suku bunga barangkali efeknya tidak terlalu kuat, karena memang yang kejadian adalah dolar menguat terhadap semua mata uang akibat tingkat bunga yang tinggi. Ditambah sekarang gara-gara Iran-Israel ini investor akan mencair save haven. Tempat paling aman itu selalu dua, satu US dolar, satu US treasury bond," ujarnya. ​​​​​

3. Konflik diprediksi mengerek inflasi

Ekonom senior dan eks Menteri BPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro. (YouTube/Bappenas RI)

Bambang mengatakan, serangan Iran ke Israel juga bisa mengerek inflasi di Indonesia apabila harga minyak dunia melonjak. Dia juga memprediksi dengan eskalasi konflik Iran dan Israel, harga barang-barang yang diimpor ke Indonesia akan melonjak, dan mengerek inflasi.

“Jadi perkiraan saya kalau inflasi, akan ada tekanan, inflasi agak lebih tinggi. Satu karena memang masalah di dalam negeri, yaitu harga pangan bergejolak. Kedua, adalah inflasi yang kemungkinan dari harga yang diatur pemerintah, apakah itu BBM, apakah LPG. Ditambah tentunya jangan lupa imported inflation, sebagai akibat pelemahan rupiah, dan juga sebagai akibat dari gangguan distribusi,” tutur Bambang.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us