Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Melonjak Terus, Harga Emas Nyaris Sentuh Rp1,8 Juta per Gram!

Emas batangan Antam. (IDN Times/Masdalena Napitupulu)
Intinya sih...
  • Harga emas Antam mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, Rp1,779 juta per gram.
  • Harga buyback naik menjadi Rp1,63 juta per gram, sementara harga emas dunia juga mengalami kenaikan.
  • Kenaikan harga emas dipicu oleh ketidakpastian politik dan ekonomi global, serta kekhawatiran inflasi yang mempengaruhi perilaku investor.

Jakarta, IDN Times - Harga emas hari produksi PT Aneka Tambang Tbk atau Antam kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa alias all time high (ATH) pada perdagangan Jumat (21/3/2025)

Menurut situs logammulia.com, harga emas naik Rp5.000 menjadi Rp1,779 juta per gram, hanya selisih Rp21 ribu dari Rp1,8 juta.

Adapun harga buyback hari ini naik Rp6.000 menjadi Rp1,63 juta per gram. Harga buyback adalah harga yang ditetapkan Antam saat membeli emas logam mulia dari konsumen yang menjual ke Butik Antam.

1. Harga emas Antam dalam pecahan lain

Berikut ini harga emas batangan Antam per hari ini dalam pecahan lain:

  • Harga emas 0,5 gram: Rp939,5 ribu.
  • Harga emas 1 gram: Rp1,779 juta.
  • Harga emas 2 gram: Rp3,498 juta.
  • Harga emas 3 gram: Rp5,222 juta.
  • Harga emas 5 gram: Rp8,67 juta.
  • Harga emas 10 gram: Rp17,285 juta.
  • Harga emas 25 gram: Rp43,087 juta.
  • Harga emas 50 gram: Rp86,095 juta.
  • Harga emas 100 gram: Rp172,112 juta.
  • Harga emas 250 gram: Rp430,015 juta
  • Harga emas 500 gram: Rp859,82 juta
  • Harga emas 1.000 gram: Rp1,72 miliar. 

Harga jual emas tersebut belum termasuk Pajak Penghasilan (PPh) 22 atas emas batangan sebesar 0,45 persen bagi pemegang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Bagi pembeli yang tidak menyertakan NPWP memperoleh potongan pajak lebih tinggi sebesar 0,9 persen.

2. Harga emas diprediksi terus melonjak

Adapun kenaikan harga emas Antam seiringan dengan kenaikan harga emas dunia di pasar spot. Pagi ini, harga emas dunia berdasarkan data GoldPrice naik 1,05 poin atau 0,03 persen ke level 3.034,44 dolar Ameriak Serikat (AS) per troy ounce (toz).

Analis emas dan pasar keuangan, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pemicu kenaikan harga emas ialah konflik di Timur Tengah kian memanas antara negara barat dengan Yaman (Houthi), serta serangan Israel ke Jalur Gaza,

Tak lupa juga perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, juga antara AS dengan Uni Eropa.

Ketidakpastian itu memicu kekhawatiran pelaku pasar terhadap instrumen berisiko tinggi, sehingga mereka beralih ke instrumen dengan risiko yang lebih rendah (safe haven), yakni emas.

“(Perang dagang) ini juga akan menyebabkan inflasi yang cukup tinggi, sehingga akan mempengaruhi investor untuk kembali melakukan pembelian di safe haven, yaitu emas,” ucap Ibrahim.

Ibrahim memprediksi harga emas dunia bisa menyentuh 3.050 per toz pada April mendatang, dan terus naik sampai akhir 2025.

“Kalau di April ini tercapai, kemungkinan besar dalam bulan-bulan berikutnya harga emas dunia akan terus melonjak tinggi, dan akhir tahun di 3.150 akan ter-revisi kembali,” ucap dia.

3. Emas fisik merupakan instrumen investasi berisiko rendah

Setiap instrumen investasi memiliki tingkat risiko berbeda. Ada yang rendah, moderat atau menengah, hingga berisiko tinggi.

Menurut perencana keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho, salah satu instrumen investasi berisiko rendah adalah logam mulia atau emas fisik. Namun, emas juga memiliki risiko tinggi hilang atau dicuri, terutama ketika dibawa bepergian.

"Risiko rendah karena pertumbuhan nilai sudah lebih tinggi dibanding bunga bank, tapi juga fluktuatif, cukup likuid. Kenapa bisa juga dikategorikan risiko tinggi, karena mudah atau rawan hilang, dicuri. Di satu sisi dia sangat praktis, mudah dibawa-bawa. Tapi itu bisa dicuri," ucap Andy kepada IDN Times.

Selain itu, Andy mengingatkan agar masyarakat memahami instrumen-instrumen investasi yang rendah risiko, tentunya juga akan memberikan imbal hasil yang lebih kecil.

Sebaliknya, jika kamu mencari instrumen investasi yang imbal hasil lebih besar, maka risikonya juga tinggi atau peluang menghadapi kerugian lebih besar, high risk high return.

"Dengan adanya risiko rendah berarti return juga kecil. Jadi jangan sampai orang berasumsi risiko rendah tapi return tinggi," kata Andy.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vadhia Lidyana
EditorVadhia Lidyana
Follow Us