Mendagri: Inflasi YoY Maret 2025 Terkendali, Tetap Waspada!

- Inflasi Indonesia per Maret 2025 terkendali, dengan inflasi YoY sebesar 1,03 persen dan inflasi bulanan pada Maret 2025 sebesar 1,65 persen.
- Menteri Dalam Negeri mengingatkan tentang dampak angka inflasi terhadap produsen, khususnya bagi petani dan nelayan.
- Indonesia menempati posisi ke-34 dari 186 negara secara global dalam hal inflasi tahunan, namun wilayah Papua mencatat inflasi tinggi hingga mencapai 8,05 persen.
Jakarta, IDN Times - Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Muhammad Tito Karnavian, mengatakan inflasi Indonesia secara year-on-year (YoY) per Maret 2025 terkendali.
Hal itu disampaikan Tito dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2025 yang digelar secara hybrid di Gedung Sasana Bhakti Praja (SBP), Kantor Pusat Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Senin (21/4/2025).
Rakor ini pun turut dihadiri sejumlah menteri, di antaranya Menteri Sosial, Saifullah Yusuf; Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti; Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Nunung Nuryartono; dan Sekretaris Utama Badan Pangan Nasional (Bapanas), Sarwo Edhy.
1. Inflasi Maret 2025 terkendali, masih di bawah terget nasional

Tirto menjelaskan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan inflasi YoY pada Maret 2025 dibandingkan Maret 2024 tercatat 1,03 persen. Sedangkan, inflasi bulanan (month-to-month) pada Maret 2025 dibandingkan Februari 2025 sebesar 1,65 persen.
“Hal ini masih terkendali karena target nasional adalah 2,5 persen, plus minus 1 persen. Artinya, range antara 1,5 persen sampai 3,5 persen. Inflasi 1,03 persen masih oke, menyenangkan konsumen,” ujar Mendagri dikutip dari siaran pers, Senin.
2. Mendagri ingatkan dampak inflasi bagi produsen

Kendati, Mendagri mengingatkan untuk tetap waspada akan dampak angka inflasi terhadap produsen, terkhusus bagi petani dan nelayan.
Ia pun menyoroti panen yang berlebih (oversupply) pada komoditas beras dan jagung. Dalam hal ini, pemerintah melalui Bulog menetapkan kebijakan pembelian gabah kering di harga Rp6.500 per kilogram dan jagung Rp5.500 per kilogram.
“Itu cukup membuat petani gembira kalau dilaksanakan secara konsisten,” tambah Tito.
3. Inflasi Indonesia tergolong rendah secara global, namun daerah tertentu alami inflasi tinggi

Mendagari juga mencatat, inflasi tahunan Indonesia per Maret 2025 menempati posisi ke ke-34 dari 186 negara secara global, yang tergolong dalam kategori rendah. Di antara negara-negara G20, Indonesia berada di urutan kelima dari 24 negara, sedangkan di kawasan ASEAN, Indonesia menempati posisi kelima dari 11 negara.
Meski demikian, pada tingkat regional, terdapat beberapa wilayah yang mengalami inflasi tinggi. Contohnya, Papua Pegunungan mencatat inflasi 8,05 persen, Papua Tengah 3,70 persen, dan Maluku 3,54 persen.
Mendagri menegaskan angka inflasi ini membebani konsumen, walau pun menyenangkan produsen. Sekalipun produsen berasal dari luar daerah yang diuntungkan justru bukan masyarakat setempat.
“Kalau 3,5 persen angka yang bisa ditoleransi, lebih dari itu hati-hati. Masyarakat sudah mulai kesulitan, di Papua Pegunungan ini gubernurnya baru, Pak John Tabo baru dilantik Kamis yang lalu. Nanti Ibu Ribka (Wamendagri), Pak Akmal Malik (Direktur Jenderal Otda) bisa telepon, mungkin beliau tak tahu di angka ini. Beliau baru masuk, perlu ada rapat bersama di sana,” ujarnya.