Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Neraca Pembayaran Indonesia Defisit 800 Juta Dolar AS

ilustrasi kalkulator (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi kalkulator (pexels.com/Pixabay)
Intinya sih...
  • Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mengalami defisit 800 juta dolar AS pada kuartal I-2025.
  • Defisit NPI disebabkan oleh transaksi modal dan finansial yang mencatat defisit di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) mencatat Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mengalami defisit sebesar 800 juta dolar AS pada kuartal I-2025. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang mencatat surplus sebesar 7,9 miliar dolar AS. 

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso mengatakan, defisit NPI ini sejalan dengan defisit transaksi berjalan yang terjadi di tengah perlambatan ekonomi global.

"Defisit NPI ini disebabkan transaksi modal dan finansial yang mencatat defisit yang terkendali di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Dengan perkembangan tersebut, NPI pada triwulan I-2025 mencatat defisit 0,8 miliar dolar AS," kata dia dalam keterangan tertulis, Kamis (22/5/2025). 

1. Neraca transaksi modal dan finansial defisit 300 juta dolar AS

Ilustrasi transaksi ekonomi. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi transaksi ekonomi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Secara keseluruhan, pada kuartal I-2025, perkembangan NPI menunjukkan perlambatan seiring dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlanjut. Defisit tersebut terutama didorong oleh kinerja transaksi modal dan finansial yang juga mengalami defisit.

Neraca transaksi modal dan finansial mencatat defisit sebesar 0,3 miliar dolar AS (300 juta dolar AS) pada kuartal I-2025, setelah pada kuartal sebelumnya mencatat surplus sebesar 9,7 miliar dolar AS. 

"Investasi langsung tetap membukukan surplus, meskipun lebih rendah dibandingkan sebelumnya," ucap Denny.

Hal ini, kata dia, sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian dan iklim investasi domestik yang tetap terjaga. Sementara itu, investasi portofolio mencatat surplus, terutama didorong oleh aliran modal asing yang masuk. 

2. Transaksi berjalan catatakan defisit 200 juta dolar AS

ilustrasi ekonomi menurun (freepik.com/Freepik)
ilustrasi ekonomi menurun (freepik.com/Freepik)

Sementara itu, transaksi berjalan mencatat defisit sebesar 0,2 miliar dolar AS (200 juta dolar AS) atau 0,1 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan defisit 1,1 miliar dolar AS atau 0,3 persen dari PDB pada kuartal IV 2024.

Faktor menurunnya defisit disebabkan surplus neraca perdagangan barang meningkat, terutama disumbang oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas. Ekspor nonmigas menurun sejalan dengan perlambatan ekonomi global dan harga komoditas.

Sementara itu, impor nonmigas turun lebih dalam khususnya pada kelompok bahan baku dan penolong.

"Di sisi lain, defisit neraca jasa meningkat dipengaruhi penurunan surplus jasa perjalanan (travel) sejalan dengan penurunan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Defisit neraca pendapatan primer juga meningkat dipengaruhi oleh kenaikan  pembayaran imbal hasil investasi portofolio," tuturnya. 

3. Defisit transaksi berjalan akhir tahun diperkirakan 0,5-1,3 persen terhadap PDB

Ilustrasi transaksi ekonomi. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi transaksi ekonomi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Bank Indonesia akan mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal.

"NPI 2025 diperkirakan tetap sehat ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial yang berlanjut dan defisit transaksi berjalan yang terjaga dalam kisaran defisit 0,5 persen sampai dengan 1,3 persen dari PDB," katanya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us