Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Nissan Prediksi Rugi Rp89 Triliun Tahun Ini

Showroom Nissan di Yakohama Gallery (unsplash.com/Kenjiro Yagi)
Showroom Nissan di Yakohama Gallery (unsplash.com/Kenjiro Yagi)
Intinya sih...
  • Nissan memperkirakan akan merugi hingga 4 miliar pound sterling atau sekitar Rp89 triliun pada tahun ini, akibat biaya restrukturisasi yang melonjak jauh dari perkiraan awal.
  • CEO baru, Ivan Espinosa, menghadapi penurunan tajam penjualan menjadi 3,35 juta unit tahun ini, pemangkasan biaya besar-besaran di tengah ketidakpastian industri akibat tarif Trump.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Nissan memperkirakan akan merugi hingga 4 miliar pound sterling atau sekitar Rp89 triliun pada tahun ini. Jumlah tersebut hampir 10 kali lipat lebih besar dari proyeksi sebelumnya. Prediksi rugi itu muncul akibat biaya restrukturisasi yang melonjak jauh dari perkiraan awal.

Kondisi ini menambah tekanan pada pabrikan mobil terbesar ketiga di Jepang tersebut yang selama bertahun-tahun bergulat dengan krisis manajemen dan penurunan laba. Upaya penyelamatan terbaru termasuk pemangkasan biaya besar-besaran di tengah ketidakpastian industri akibat tarif yang diberlakukan Presiden Donald Trump.

Nissan menyebut penurunan penjualan menjadi 3,35 juta unit tahun ini, dari 5 juta pada 2019, terjadi karena perubahan lingkungan persaingan dan penurunan kinerja penjualan.

“Kami mengambil langkah hati-hati untuk meninjau ulang proyeksi tahun penuh kami, mencerminkan evaluasi menyeluruh atas kinerja dan nilai aset produksi,” kata CEO Nissan, Ivan Espinosa, dikutip dari The Guardian, Sabtu (26/4/2025).

Ia menyatakan, kerugian besar ini terutama berasal dari pemangkasan nilai aset dan biaya restrukturisasi.

1. CEO baru Nissan muncul di tengah badai keuangan

ilustrasi mobil Nissan (pexels.com/Albin Berlin)
ilustrasi mobil Nissan (pexels.com/Albin Berlin)

Penurunan tajam ini menjadi langkah besar pertama dari Ivan Espinosa, yang baru ditunjuk sebagai CEO bulan lalu. Ia menggantikan Makoto Uchida, yang terdepak setelah gagalnya rencana merger dengan Honda. Merger itu sebelumnya digadang-gadang akan menciptakan holding baru yang bisa bersaing dengan Tesla dan pabrikan mobil listrik dari China.

Setelah Honda mengusulkan agar Nissan dijadikan anak perusahaan, kesepakatan bubar. Espinosa kini harus memulihkan perusahaan yang telah terseret dari satu krisis ke krisis lain sejak penangkapan eks bos Carlos Ghosn. Pada tahun lalu, Nissan telah memangkas 9 ribu karyawan global setelah laba semester I anjlok 93 persen.

Nissan akan mengumumkan laporan keuangan tahunannya pertengahan Mei mendatang, untuk tahun fiskal yang berakhir 31 Maret 2025. Pada Februari lalu, perusahaan ini sempat memproyeksikan kerugian hanya 80 miliar yen (sekitar Rp9,4 triliun), jauh lebih kecil dari angka terbaru.

2. Tarik ulur tarif AS picu tekanan besar pada Nissan

Ilustrasi Grafik Penurunan (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi Grafik Penurunan (IDN Times/Arief Rahmat)

Sejak April, Amerika Serikat menerapkan tarif 25 persen atas semua kendaraan impor. Dampaknya langsung terasa, terutama bagi Nissan yang masih mengimpor 45 persen mobilnya dari Jepang dan Meksiko. Meski memiliki pabrik di Smyrna, Tennessee, yang memproduksi 524 ribu unit dari total 924 ribu penjualannya di AS, proteksi itu tak cukup menahan guncangan.

Produksi SUV Rogue yang menjadi andalan di AS bahkan dikurangi karena tarif impor. Sementara itu, analis Bloomberg Intelligence, Tatsuo Yoshida menyebut Nissan sebagai produsen Jepang yang paling terpukul oleh tarif ini.

“Jika situasi ini terus berlanjut, ini bisa menjadi pukulan mematikan bagi Nissan, dalam arti perusahaan akan kehabisan uang dan gagal bayar,” kata Yoshida kepada AFP, mengutip dari CNA.

Nissan menyatakan, sebagian besar kerugian berasal dari penurunan nilai aset sebesar 2,6 miliar pound sterling secara global. Namun, mereka tetap menegaskan masih berada dalam posisi kas yang solid.

3. Nasib pabrik di Inggris dan ancaman pengambilalihan

ilustrasi pembuatan mobil (pexels.com/ThisIsEngineering)
ilustrasi pembuatan mobil (pexels.com/ThisIsEngineering)

Pabrik Nissan di Sunderland, Inggris, juga ikut terkena imbas krisis global perusahaan. Fasilitas yang jadi satu-satunya lokasi perakitan Nissan di Eropa ini mengalami kerugian sebesar 63 juta pound sterling hingga Maret 2024. Padahal, tahun sebelumnya masih mencatat laba sebesar 32 juta pound sterling.

Kondisi perusahaan yang terus merugi memicu kekhawatiran akan potensi pengambilalihan oleh pihak lain. Foxconn dilaporkan pernah mendekati Nissan untuk membeli saham mayoritas, termasuk meminta Renault melepas kepemilikannya yang mencapai 35 persen. Renault dan Nissan sendiri telah terikat aliansi bisnis sejak 1999 yang penuh gejolak.

Situasi internal Nissan juga belum stabil sejak Ghosn melarikan diri ke Lebanon usai ditangkap. Ketegangan di jajaran manajemen berlarut-larut, sementara penjualan dan laba terus menurun. Bila tren ini tidak segera dibalik, Nissan bisa semakin rentan terhadap aksi akuisisi dari pesaing seperti Honda.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us