Peluang Ekosistem Ekonomi Hijau Hilirisasi Demi Tercapainya SDGs

Warisan kehidupan bagi generasi selanjutnya

Menggabungkan gagasan ekonomi hijau dan hilirisasi merupakan sebuah terobosan yang memiliki potensi besar dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs). Agenda pembangunan berkelanjutan PBB ini telah menjadi panduan utama bagi negara di seluruh dunia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif, sambil menjaga kelestarian lingkungan.

Ekosistem ekonomi hijau dikenal juga dengan Ekonomi Rendah Karbon (ERK). Dimana praktik ekonomi ini akan berfokus pada pelestarian alam dan mengurangi dampak lingkungan. Hal ini sejalan dengan program pemerintah yang telah melakukan hilirisasi sejak beberapa tahun belakangan.

Hilirisasi bertujuan untuk transformasi ekonomi melalui peningkatan nilai tambah dari suatu komoditas. Nilai tambah ini berasal dari pengolahan Sumber Daya Alam (SDA) menjadi barang setengah jadi atau bahkan siap pakai. Hal ini nantinya akan meningkatkan peluang investasi yang menguntungkan bagi negara.

Sehingga, kita bisa tetap memanfaatkan SDA dengan berkelanjutan sembari menjaga keseimbangan alam. Sesuai dengan program pemerintah untuk mewujudkan #HilirisasiUntukNegeri. Melalui #KementerianInvestasi/BKPM, hilirisasi telah menjadi agenda utama untuk transformasi ekonomi bangsa Indonesia. 

Kita akan menggali lebih dalam tentang bagaimana peluang ekosistem ekonomi hijau yang diintegrasikan dengan konsep hilirisasi dapat menjadi penggerak untuk mencapai SDGs sebagai berikut!

Baca Juga: 6 Poin SDGs yang Dapat Terwujud dengan Hilirisasi SDA

1. Investasi di sektor hilirisasi terus meningkat setiap tahunnya

Peluang Ekosistem Ekonomi Hijau Hilirisasi Demi Tercapainya SDGsilustrasi pekerja tambang (unsplash.com/phcsantos)

Hilirisasi sudah tentu bisa meningkatkan nilai investasi pada berbagai sektor. Deputi Bidang Hilirisasi Investasi Strategis #KementerianInvestasi/BKPM Heldy mengatakan, bahwasanya nilai investasi di sektor hilirisasi mengalami peningkatan yang signifikan. Terutama pada komoditas industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya yang mengalami peningkatan nilai realisasi investasi setiap tahunnya. Bahkan peningkatan ini bisa menyentuh angka 177,9 persen dalam kurun waktu empat tahun saja.

Dilansir dari Indonesia.go.id, Pemerintah Indonesia juga melarang keras ekspor nikel mentah atau bijih nikel yang tentunya memperoleh respon negatif dari negara Uni Eropa. Dan karena pelarangan ini, Indonesia mendapatkan nilai tambah yang sangat signifikan besarnya. Jika sebelumnya hanya sekitar Rp17 triliun, kini setelah hilirisasi nilainya meningkat sekitar Rp 360-an triliun.

Selain itu, BKPM juga mencatat investasi pada hilirisasi komoditas pertambangan pada tahun 2023 mencapai Rp171,2 triliun atau 14 persen dari total investasi keseluruhan sebesar Rp1200 triliun. Melalui #KementerianInvestasi/BKPM, ada 21 komoditas di delapan sektor strategis yang menjadi roadmap hilirisasi investasi strategis. Dimana nantinya ini akan terus dimaksimalkan dan diindustrialisasikan di dalam negeri guna memperoleh nilai tambah yang semakin besar.

2. Ekosistem ekonomi hijau sebagai investasi yang memiliki nilai tambah tinggi

Peluang Ekosistem Ekonomi Hijau Hilirisasi Demi Tercapainya SDGsilustrasi kapal penangkap ikan (unsplash.com/lavinhha)

Selain berfokus pada nilai tambah yang didapat dari proses hilirisasi, tentu kita juga harus memikirkan peluang lain yang menguntungkan. Dimana ekonomi hijau yang berbasis pada ERK bisa terus dimaksimalkan. Dilansir dari KLHK, Indonesia perlu melakukan tindakan mitigasi perubahan iklim, sebab jika tidak tentu nilai PDB negara bisa mengalami penurunan.

Ekonomi hijau bisa menjadi solusi yang sangat layak diperhitungkan. Sebab bisa mendukung banyak sekali kegiatan ekonomi dengan emisi gas rumah kaca yang rendah. Hal ini tentu akan sangat berdampak positif bagi ketahanan yang berkelanjutan. Baik itu keberlanjutan sumber daya maupun keberlanjutan kesejahteraan masyarakat.

Sebagai contoh dari sektor perikanan, Indonesia memiliki potensi perikanan tangkap Tuna dengan total produksi sebesar 1,9 juta ton di tahun 2021 seperti yang dilansir dari Potensi Investasi Regional. Tentu tak serta merta semua kekayaan yang ada di laut harus diambil secara masif. Dengan ekosistem ekonomi hijau, kita akan tahu batas pemanfaatan yang diperbolehkan agar SDA tersebut tetap lestari.

Selain itu, dalam proses pemanfaatan sumber daya di laut ada banyak sekali proses yang bisa menghasilkan emisi. Seperti misalnya, bahan bakar kapal, alat tangkap yang digunakan, biota laut yang mungkin mati dan sebagainya. Oleh karenanya, semua harus dipertimbangkan. Sebab dengan ekosistem ekonomi hijau, proses hilirisasi akan lebih terarah dan tepat sasaran.

Baca Juga: Menggenggam Masa Depan Cerah Lewat Hilirisasi, Indonesia Siap Maju?

3. Transformasi ekonomi yang berkelanjutan berkaitan erat dengan agenda SDGs

Peluang Ekosistem Ekonomi Hijau Hilirisasi Demi Tercapainya SDGsilustrasi rapat (unsplash.com/mtenbruggencate)

Bagaimanapun kita tidak bisa memisahkan antara melakukan kegiatan ekonomi untuk tujuan meningkatkan investasi dan juga untuk keberlanjutan pemanfaatannya. Butuh sinergi dalam menetapkan kebijakan yang bisa mendukung transformasi ekonomi ke arah yang lebih baik lagi. Sebab tanpa keberlanjutan, tentu kegiatan ekonomi tidak akan bisa berjalan lama.

Seperti misalnya, pemanfaatan sumber daya dari sektor kelautan dan perikanan. Melalui hilirisasi dari lautan, kita bisa memanfaatkan rumput laut untuk menjangkau pasar ekspor. Dilansir dari Indonesia.go.id, Indonesia menjadi salah satu negara yang tercatat sebagai pengekspor rumput laut terbesar yakni sebesar 205,7 ribu ton. Sebagai contoh kecil, diketahui bahwa melalui Unit Pengolahan Rumput Laut (UPRL) tercatat bahwa ada sekitar 66 ribu orang di Kabupaten Buleleng, Bali yang bekerja pada sektor ini.

Sejalan dengan pilar nomor delapan dalam SDGs dimana kegiatan hilirisasi ini bisa meningkatkan pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat. Seperti halnya komitmen SDGs yang terus menjamin pembangunan yang berkesinambungan. Antara keberlanjutan sumber daya dan juga peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Mewujudkan mimpi besar bangsa membutuhkan kerjasama beberapa stakeholder bahkan juga masyarakat. Sebab hilirisasi pada akhirnya juga bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran. Dan tujuan besarnya adalah agar hilirisasi ekonomi hijau tersebut tetap bisa mendukung implementasi dari 17 pilar dalam SDGs.

Baca Juga: Melihat Potensi Hilirisasi Rumput Laut, Bernilai Tinggi!

It's Me, Sire Photo Verified Writer It's Me, Sire

A dusk chaser who loves to shout in the silence..

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Diana Hasna

Berita Terkini Lainnya