Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

OJK Beberkan Alasan Saham Perbankan Anjlok

ilustrasi pergerakan harga saham (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Otoritas Jasa Keuangan ungkap penyebab tekanan saham bank seperti BBRI, BBCA, BBNI, BMRI dan BBRN.
  • Penurunan IHSG dan saham perbankan dipengaruhi oleh aksi jual investor asing akibat faktor eksternal dan internal.
  • Penguatan ekonomi AS, kebijakan tarif, dan penguatan dolar AS pasca pemilu mempengaruhi pandangan investor terhadap aset-aset berdenominasi rupiah.

Jakarta, IDN Times - Otoritas Jasa Keuangan mengungkapkan penyebab kinerja saham bank-bank seperti BBRI, BBCA, BBNI, BMRI dan BBRN mengalami tekanan dalam beberapa waktu terakhir. 

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyebutkan, kondisi penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan saham perbankan tidak terlepas dari adanya aksi jual oleh investor asing sesuai dengan risk appetite yang dipengaruhi oleh faktor eskternal mapun internal.

"Adanya divergensi pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat dan ketidakpastian pasar keuangan global yang juga masih terus berlanjut," ungkap Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae, Kamis (6/3/2025). 

1. Penguatan ekonomi AS sebabkan ekspektasi penurunan The Fed jadi terbatas

default-image.png
Default Image IDN

Dian menjelaskan, penguatan ekonomi Amerika Serikat (AS) serta dampak kebijakan tarif juga menahan proses disinflasi di AS dan berdampak menguatnya ekspektasi penurunan Fed Fund Rate (FFR) yang lebih terbatas.

"Ini sehingga memang kita akan mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama, masih akan ada di rezim dengan suku bunga yang tinggi," imbuhnya.

2. Penguatan dolar AS pengaruhi pandangan investor terhadap rupiah dan saham blue chip

ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)

Penguatan mata uang dolar AS pascapemilu AS juga mempengaruhi pandangan investor terhadap aset-aset berdenominasi rupiah, termasuk saham-saham blue chip, seperti saham perbankan.

Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi pergerakan saham perbankan meliputi kondisi likuiditas pasar dalam menyikapi situasi perekonomian global dan domestik yang masih belum stabil, serta penurunan daya beli masyarakat.

"Menghadapi situasi harga saham tersebut perbankan tetap optimis, mereka juga akan tetap fokus pada kinerja fundamental yang solid dan tata kelola yang baik dan tetap menjaga kepercayaan investor baik domestik maupun internasional,” ungkap Dian.

3. OJK imbau industri perbankan tingkatkan trasnparansi dan komunikasi

Gedung Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (IDN Times/Helmi Shemi)

Selain itu, OJK senantiasa mengimbau industri perbankan untuk meningkatkan transparansi dan komunikasi yang proaktif kepada investor ritel maupun institusi.

"Ini untuk meminamilisir sebetulnya asimetric information serta evaluasi gap antara kinerja yang telah dicapai dengan persepsi market," terang dia.

Lebih lanjut, Dian menegaskan bahwa situasi yang terjadi saat ini muncul perbedaan antara persepsi pasar (market) dengan kondisi bank-bank yang sebetulnya dalam kondisi yang sangat baik secara fundamental.

"Tapi ini adalah sesuatu yang normal terjadi (perbedaan persepsi) seperti itu," beber dia.

Dengan strategi yang lebih terarah setelah pengelolaan risiko yang prudent, perbankan Indonesia juga optimis dan bisa menjaga pertumbuhan yang tetap stabil di tengah dinamika kondisi perekonomian global dan domestik, serta sekaligus memperkuat posisi sebagai pilar utama sektor perekonomian nasional.

"Indonesia itu masih bank driver ekonomi. Jadi memang kecepatan atau ketinggian tingginya pertumbuhan ekonomi kita juga akan sedikit banyak dipengaruhi oleh kinerja perbankan. Sehingga, kita memang harus betul-betul menjaga persepsi positif, menjaga kinerja perbankan kita itu dengan baik," tutur Dian. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us