Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pabrik Makanan-Minuman Cemas Thailand dan India Setop Ekspor Gula

Ilustrasi gula pasir (ANTARA FOTO/Septianda Perdana)
Ilustrasi gula pasir (ANTARA FOTO/Septianda Perdana)

Jakarta, IDN Times - Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mengkhawatirkan negara produsen gula menyetop ekspor ke Indonesia akibat kondisi cuaca ekstrem.

Ketua Umum Gapmmi Adhi S Lukman menyebut hal itu bisa saja terjadi apabila kondisi El Nino yang menyebabkan kekeringan bakal berkepanjangan, sehingga mengganggu panen tebu di negara produsen.

Ditambah lagi kondisi geopolitik saat ini amat tidak menentu. Hal itu bisa saja menyebabkan suatu negara menyetop ekspor komoditasnya, termasuk gula industri atau gula kristal rafinasi (GKR).

"Geopolitik juga sangat tidak menentu, tiba-tiba satu negara bisa melarang ekspor," kata Adhi saat ditemui disela Indonesia Retail Summit di Hotel Pullman Central Park Jakarta, Senin (14/8/2023).

1. Minta pemerintah percepat penyusunan neraca komoditas

Ilustrasi. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas
Ilustrasi. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Gapmmi berharap pemerintah bisa mempercepat pembahasan neraca komoditas untuk memperkirakan berapa banyak bahan baku yang dapat diproduksi di dalam negeri. Dengan demikian dapat diketahui berapa banyak yang harus diimpor.

"Kita perlu sesegera mungkin membahas neraca komoditas ini dan memperkirakan berapa produksinya di lokal, kemudian berapa yang bisa diimpor karena kalau kita terlalu mepet nanti kita khawatir kondisi global ini tidak menentu," ujarnya.

2. Tiap tahun butuh impor gula industri sebanyak 3,5 juta ton

Ilustrasi impor - (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi impor - (IDN Times/Aditya Pratama)

Adhi menyebut Indonesia tiap tahunnya membutuhkan gula impor untuk industri sebanyak 3,5 juta ton. Tapi, sejauh ini belum ada usulan impor untuk menyetok GKR.

"Untuk tahun ini saya belum dengar ada permintaan itu. Tapi untuk tahun depan tadi yang saya bilang itu kita harus antisipasi lebih cepat neraca komoditasnya supaya bisa diputuskan berapa banyak yang bisa diimpor," tuturnya.

Pabrikan makanan dan minuman ingin bisa sesegera mungkin membuat kontrak pemenuhan gula rafinasi dengan pemasok dari mancanegara. Tujuannya untuk mengantisipasi apabila pasokan gula dunia semakin terbatas, berkaca pada komoditas lain.

"Gandum kan juga Rusia keluar dari kesepakatan sehingga dia juga bisa melarang (ekspor) ini. Kemudian India melarang beras dan lain sebagainya. Gula bisa juga demikian kalau memang terjadi kekurangan," ujar Adhi.

3. Industri tak bisa menggunakan gula lokal

Pembukaan pabrik penggilingan tebu (IDN Times/ Bambang Suhandoko)
Pembukaan pabrik penggilingan tebu (IDN Times/ Bambang Suhandoko)

Adhi menerangkan gula untuk industri makanan dan minuman sepenuhnya dipasok melalui impor lantaran gula lokal tidak dapat dipakai untuk kebutuhan industri.

"Kita tidak boleh pakai gula kristal putih (GKP) yang dari lokal untuk industri sesuai dengan Permenperin, diatur yang untuk industri mana, yang untuk konsumsi yang mana," sebutnya.

Kalaupun industri bisa menggunakan gula lokal, produksinya pun masih kurang untuk memenuhi seluruh kebutuhan industri, karena hanya sekitar 2,1-2,2 juta ton.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Trio Hamdani
EditorTrio Hamdani
Follow Us