Pemerintah Sebut Indonesia Tak Impor Minyak dari Iran

Jakarta, IDN Times - Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Dirjen Migas Kementerian ESDM) menyatakan Indonesia tidak melakukan impor minyak dari Iran saat ini, meskipun terdapat kerja sama antara kedua negara.
Pernyataan Tutuka menyoroti potensi gangguan rantai pasok minyak mentah dan BBM akibat serangan Iran ke Israel. Dia menerangkan, Indonesia tidak mengimpor komoditas tersebut dari Iran.
“Tidak ada, walaupun kita menjalin kerja sama dengan Iran, tetapi tidak mudah untuk melakukan dalam implementasinya. Jadi kita sampai saat ini tidak ada (impor minyak dari Iran),” kata dia dalam Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI oleh Eisenhower Fellowships Indonesia Alumni Chapter x IDN Times, Senin (15/4/2024).
1. Indonesia impor minyak dan LPG dari sejumlah negara

Tutuka menyebut mayoritas impor BBM oleh Indonesia berasal dari beberapa negara, terutama Singapura yang menyumbang lebih dari 56 persen dari total impor BBM, diikuti oleh Malaysia sebagai negara pemasok terbesar kedua.
Sementara itu, impor gas Liquefied Petroleum Gas (LPG) terbesar Indonesia berasal dari Amerika Serikat, dengan persentase mencapai 45 persen, diikuti oleh Uni Emirat Arab dan Qatar.
2. Pertamina antisipasi jika negara pengekspor alami gangguan

Tutuka menyebut, negara-negara pemasok utama ke Indonesia seperti Amerika Serikat untuk LPG dan Saudi Arabia serta Nigeria untuk minyak mentah memiliki potensi terlibat dalam konflik internasional yang dipicu oleh serangan Iran ke Israel.
Terkait hal itu, dia menyoroti pentingnya upaya antisipasi yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero), perusahaan minyak dan gas (migas) milik negara. Pertamina sedang melakukan berbagai simulasi dan strategi untuk menghadapi kemungkinan eskalasi konflik yang dapat mengganggu pasokan energi.
“Nah, itu yang sekarang sedang disimulasikan oleh Pertamina, berbagai macam cara untuk mengantisipasi kondisi kalau terjadi eskalasi yang berlanjut,” sebutnya.
3. Perlu disiapkan alternatif impor energi jika terjadi eskalasi

Dalam menghadapi potensi eskalasi konflik, Tutuka menekankan pentingnya antisipasi dan respons cepat. Dia mengatakan langkah pertama dalam menghadapi situasi tersebut adalah dengan mengidentifikasi sumber-sumber impor energi yang menjadi tulang punggung pasokan energi Indonesia.
Dengan mengetahui asal impor energi, Indonesia dapat mempersiapkan strategi untuk mengalihkan pasokan ke sumber alternatif jika terjadi gangguan dari negara-negara pemasok utama.
“Jadi kalau ada yang terjadi, dibelokkan ke mana, dicarikan di tempat lagi yang mana, itu yang penting,” tambahnya.