Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pemulihan Ekonomi Mitra Dagang Gak Berpengaruh ke Indonesia, Mengapa?

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times - Pemulihan ekonomi di negara-negara mitra dagang dinilai tidak terlalu berpengaruh ke Indonesia. Sebab, pertumbuhan ekonomi di Indonesia 56 persen dipengaruhi konsumsi masyarakat dalam negeri. Selain itu, 32 persen ditopang oleh investasi.

"Jadi itu sudah 90 persen lebih. Nah, investasi itu hanya seperlimabelas yang berasal dari luar negeri. Kita tidak bergantung kepada investasi asing, memang penting tetapi kita tidak terlalu bergantung," kata ekonom Faisal Basri dalam wawancara khusus bersama IDN Times, Selasa (15/9/2020).

"Kemudian, komponen berikutnya adalah konsumsi pemerintah. Kira-kira 8-9 persen, nah itu hampir 100 persen. Jadi kalau komponen lain seperti ekspor dan impor kita anggap nol, misalnya gak ada gitu, kita menutup diri, ekonomi kita masih jalan," lanjutnya.

1. Mitra dagang tidak begitu berpengaruh buat Indonesia

Ilustrasi Ekspor (IDN Times/Arief Rahmat)

Faisal pun membandingkan Indonesia dengan Singapura. Di negara tersebut, ekspornya tercatat 173 persen dari PDB, sementara impor sekitar 150 persen.

"Kalau ada apa-apa di dunia, ekonomi Singapura ambles seperti sekarang ini. Ekspornya dulu yang terkena. Jadi, mitra dagang tidak begitu penting buat Indonesia," ungkapnya.

2. Indonesia masih bisa mandiri meskipun tidak bisa bersaing di pasar internasional

Ilustrasi Pasar (IDN Times/Besse Fadhilah)

Kalaupun Indonesia tidak melakukan ekspor, imbuh Faisal, ada 270 juta rakyat Indonesia yang siap untuk mengabsorbsi. Berbeda dengan Singapura yang penduduknya hanya 5 juta jiwa.

"Jadi, sungguh kita ini dapat hikmah tidak terlalu terpuruk, tapi syukurnya itu bukan syukur yang baik. Kita tidak bisa bersaing di pasar internasional, sehingga waktu dunia susah kita tidak ikutan kena. Tetapi kalau nanti ekonomi dunia recovery, Indonesia belakangan, paling buncit pulihnya itu. Jadi jangan dibangga-banggakan, tapi ya syukurlah makanya kita kontraksinya relatif kecil," kata Faisal.

3. Pertumbuhan ekonomi kuartal III diprediksi minus 2 persen

Ilustrasi ekonomi terdampak pandemik COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Sebelumnya, Faisal memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal III akan terkontraksi 2 persen. Bila benar demikian, Indonesia resmi mengalami resesi. Pada kuartal II lalu, pertumbuhan ekonomi sudah terkontraksi 5,32 persen.

"Pertanyaannya, kita resesinya cepat atau lama? Bagaimana dengan Oktober, November, dan Desember? Tentu harapannya itu sudah positif, tetapi tampaknya karena pengendalian virusnya belum jelas gitu maka Desember akan minus. Sepanjang tahun ini saya perkirakan minus antara 2-3 persen," ungkap Faisal.

Kendati demikian, kata Faisal, pemerintah masih bisa berbenah walaupun terlambat sekali. Menurut dia, ekonomi akan pulih apabila testing dan kontak tracing COVID-19 dibenahi. Selain itu, fasilitas penunjang untuk isolasi juga disiapkan dengan baik.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Indiana Malia
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us