Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rusia Akan Genjot Produksi Mineral Langka untuk Saingi China

Bendera Rusia. (pixabay.com/michel_van_der_vegt)
Bendera Rusia. (pixabay.com/michel_van_der_vegt)
Intinya sih...
  • Produksi mineral langka di Rusia masih kurang, hanya 1 persen dari produksi dunia
  • China menerapkan pembatasan ekspor mineral langka, menguasai lebih dari 70 persen pertambangan global
  • Uni Eropa bergantung pada suplai mineral langka dari China dan Rusia, berencana mendiversifikasi suplai material mentah kritis
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Rusia, Vladimir Putin mengungkapkan rencana untuk meningkatkan produksi mineral langka dalam jangka panjang. Langkah ini untuk membuat Rusia menjadi pemain utama di tengah tingginya permintaan mineral langka. 

Selama ini, Rusia menjadi salah satu negara dengan cadangan minyak bumi dan gas alam terbesar. Selain itu, negara Eurasia ini juga memiliki cadangan mineral langka dan logam yang melimpah. 

1. Produksi mineral langka di Rusia masih kurang

Presiden Rusia, Vladimir Putin. (kremlin.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)
Presiden Rusia, Vladimir Putin. (kremlin.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)

Putin mengungkapkan, pembentukan rencana jangka panjang dalam menambang dan mengolah logam tanah jarang di Rusia. Proposal tersebut sudah harus diselesaikan pada 1 Desember 2025. 

Dilansir Politico, Rusia hanya berkontribusi pada 1 persen produksi mineral langka di dunia. Meskipun negara Eurasia tersebut termasuk negara dengan cadangan mineral langka terbesar kelima dan memiliki 15 logam tanah jarang dengan total 28,5 juta ton. 

Selama ini, mineral langka menjadi komponen penting dalam semua perangkat elektronik, seperti ponsel pintar, kendaraan listrik, hingga turbin angin. Perubahan teknologi membuat permintaan mineral langka kian meningkat. 

2. China terapkan pembatasan ekspor mineral langka

bendera China (unsplash.com/@myers2021)
bendera China (unsplash.com/@myers2021)

Pekan lalu, China sudah menetapkan pembatasan ekspor mineral langka dan material lain untuk teknologi bersih dan industri pertahanan. Langkah ini berdampak besar pada industri yang menggantungkan pada suplai mineral langka China. 

Dilansir RFE/RL, keputusan China ini menimbulkan eskalasi perang dagang dengan Amerika Serikat (AS). Selain itu, Beijing berupata mempersenjatai diri dengan dominasi di industri mineral langka. 

Sebagai informasi, China menguasai lebih dari 70 persen pertambangan mineral langka global. Selain itu, sebanyak 90 persen dari proses dan separasinya dan 93 persen dari manufaktur magnet berada di China. 

3. Uni Eropa bergantung suplai mineral langka dari China dan Rusia

Bendera Uni Eropa. (unsplash.com/alexart251)
Bendera Uni Eropa. (unsplash.com/alexart251)

Uni Eropa (UE) sangat bergantung pada suplai mineral langka dari China dan Rusia. Pada 2024, sebanyak 46 persen impor mineral langka di UE berasal dari China dan 28 persen berasal dari Rusia. 

Dilansir BNE Intellinews, Komisi Eropa sudah mengungkapkan rencana untuk mendiversifikasi suplai material mentah kritis sebagai salah satu prioritas kebijakan. Dengan itu, UE berniat untuk tidak melebihi 65 persen bahan mentah berasal dari satu negara non-UE pada 2030. 

Selama ini, China dan Rusia sudah menggunakan mineral langka sebagai alat politiknya. Alhasil, segala disrupsi atau pembatasan akan berdampak pada industri manufaktur dan energi bersih di UE. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

Ekonomi Global Adalah Sistem Ekonomi yang Melibatkan Banyak Negara

06 Nov 2025, 23:40 WIBBusiness