Pengadaan Barang via E-Katalog Jauh dari Target, Ini Langkah LKPP

Jakarta, IDN Times - Transaksi pengadaan barang pemerintah melalui katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) belum mencapai target.
Kepala LKPP, Hendrar Prihadi, mengatakan dari target transaksi Rp1.100 triliun, yang terealisasi baru Rp387 triliun, atau sekitar 35 persen.
"Dari rencana umum pengadaan sekitar Rp1.100 triliun, transaksinya baru sekitar Rp387 triliun," kata pria yang akrab disapa Hendi tersebut dikutip dari keterangan resmi, Kamis (3/8/2023).
1. Dilakukan temu bisnis buat tingkatkan transaksi pengadaan barang pemerintah

Untuk mengejar target transaksi, dilakukan kegiatan temu bisnis dalam acara Indonesia Catalogue Expo dan Forum (ICEF). Temu bisnis itu mempertemukan user dengan penyedia barang dan jasa.
"Maka sisanya itu kita arahkan dalam kegiatan temu bisnis ini yang mempertemukan penyedia jasa dengan user, yaitu pemerintah," ucap Hendi.
2. Instansi pemerintah yang lakukan transaksi terbesar lewat LKPP dapat penghargaan

Hendi mengatakan, kepada instansi pemerintah yang melakukan transaksi terbesar lewat e-katalog LKPP, diberikan penghargaan. Penghargaannya untuk kategori 'Nilai Transaksi E-Purchasing' Terbesar dan juga 'Persentase Transaksi E-Purchasing' Terbesar.
Hendi mengatakan, penghargaan itu diberikan untuk menggenjot metode e-purchasing dalam transaksi pengadaan melalui e-katalog.
Ada sebanyak 24 kementerian/lembaga dan pemerintah daerah (pemda) yang menerima penghargaan tersebut, di antaranya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Riau, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kota Medan, dan Kota Banjarbaru.
3. Menkeu targetkan transaksi pengadaan barang di LKPP tembus Rp500 triliun

Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menargetkan transaksi pengadaan barang dan jasa pemerintah melalui e-katalog bisa tembus Rp500 triliun di 2023.
"Diharapkan melalui e-katalog akan dicapai nilai transaksi Rp 500 triliun," kata Sri Mulyani.