Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pengusaha Sebut Vietnam Lebih Menarik di Mata Investor Ketimbang RI

Pengusaha Sebut Vietnam Lebih Menarik di Mata Investor Ketimbang RI
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani. (IDN Times/Vadhia Lidyana)
Intinya sih...
  • Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan Vietnam lebih menarik di mata investor dibandingkan Indonesia.
  • Salah satu penyebabnya adalah regulasi berusaha yang berbelit.
  • Biaya ekonomi yang tinggi, seperti biaya logistik, tarif listrik, dan sebagainya juga jadi penyebabnya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Depok, IDN Times - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan Vietnam lebih menarik di mata investor dibandingkan Indonesia. Ketua Apindo, Shinta Kamdani mengatakan Vietnam lebih kompetitif untuk menjadi tujuan usaha dibandingkan Tanah Air.

“Dari World Bank, Ease of Doing Business kita itu masih ketinggalan dibandingkan negara tetangga. Jadi kita menempati peringkat 31 dari 50 negara, di bawah Singapura, Vietnam, dan Filipina,” ucap Shinta dalam Indonesia Economic Outlook 2026 di Universitas Indonesia (UI), Depok, Senin (24/11/2025).

1. Regulasi berbelit di RI disebut jadi biang keroknya

Pengusaha Sebut Vietnam Lebih Menarik di Mata Investor Ketimbang RI
Ilustrasi Bisnis. (IDN Times/Aditya Pratama)

Salah satu penyebab investor lebih memilih Vietnam daripada Indonesia, menurut Shinta, adalah regulasi dalam hal usaha. Dia mengatakan, di Indonesia regulasinya berbelit.

“Kompleksitas birokrasi dan ketidakpastian regulasi masih menjadi hambatan utama bagi dunia usaha. Tentunya kalau kita lihat, selalu kita mengatakan inconsistency regulacy. Jadi kadang-kadang regulasi berubah-ubah, sehingga sulit kita untuk mengimplementasikan,” tutur Shinta.

2. Biaya berinvestasi tinggi

Pengusaha Sebut Vietnam Lebih Menarik di Mata Investor Ketimbang RI
Ilustrasi Bisnis. (IDN Times/Aditya Pratama)

Shinta mengatakan, biaya untuk membangun usaha di Indonesia juga tinggi. Dia menyebutkan, biaya logistik di Indonesia mencapai 23 persen dari produk domestik bruto (PDB), padahal Malaysia hanya 13 persen, dan China hanya 16 persen.

Kemudian, dia menyinggung tarif listrik untuk industri 32 persen lebih tinggi dibandingkan China. Biaya produksi juga dinilai lebih tinggi, dengan inflasi yang naik 138 persen, PDB tumbuh 147 persen dari 2014 sampai 2025, ditambah upah buruh meningkat 197 persen.

“Jadi ini hal-hal, biaya-biaya yang harus diperhatikan karena kita masih dianggap sebagai high cost economy,” tutur Shinta.

3. Pengusaha beri empat solusi

Pengusaha Sebut Vietnam Lebih Menarik di Mata Investor Ketimbang RI
Ilustrasi Bisnis. (IDN Times/Aditya Pratama)

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Apindo memberikan empat solusi. Pertama, mendukung program prioritas pemerintah, memperkuat produktivitas nasional, menciptakan nilai tambah di sektor-sektor industri.

Kedua, menjadi mitra strategis dalam perundingan-perundingan global. Ketiga, koordinasi dengan kementerian/lembaga (K/L) harus dipermudah.

“Bagaimana kita bisa terus berkoordinasi untuk memperkuat sektor riil, dan apa insentif-insentif yang kita butuhkan,” ujar Shinta.

Keempat, dilibatkan pemerintah dalam menyusun kebijakan struktural, terutama dalam hal deregulasi.

“Ketika konsolidasi kebijakan dan dinamika dunia usaha itu bersinergi mendorong yang namanya structural productivity gains, memperdalam value creation, serta memperkuat resiliency pemerintah menuju pertumbuhan yang lebih jangka panjang dan berkelanjutan,” ucap Shinta.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

DPR Sebut Stok BBM RI Aman, Vivo-Shell Sepakat Beli dari Pertamina

24 Nov 2025, 23:59 WIBBusiness