Sejahterakan Negeri dengan Hilirisasi

Mendorong industri manufaktur menuju Indonesia maju

Gagasan hilirisasi pemerintah Indonesia saat ini patut diapresiasi. Ini karena gagasan tersebut memiliki manfaat yang berlipat ganda. Upaya hilirisasi setidaknya membutuhkan kerja otot dan otak yang berkelanjutan dalam jangka panjang.

Sebelumnya, Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor produk mentah lewat industri ekstraktif karena kekayaan sumber daya alamnya. Ini merupakan kerja yang secara sederhana bisa disebut sebagai kerja otot.

Namun dengan #HilirisasiUntukNegeri yang digaungkan oleh #KementerianInvestasi/BKPM, butuh kerja otak untuk memproses barang mentah menjadi produk jadi atau setengah jadi.

Proses itu melibatkan industri yang memiliki keberlanjutan sehingga bisa membuat Indonesia melakukan transformasi ekonomi menuju negara maju yang diimpikan.

1. Inovasi industri manufaktur untuk transformasi ekonomi

Sejahterakan Negeri dengan Hilirisasiilustrasi (Unsplash.com/Simon Kadula)

Penting untuk kita mafhumi bersama, salah satu tulang punggung negara maju adalah sektor industri, khususnya industri manufaktur. Program hilirisasi dapat mendorong terciptanya industri manufaktur yang lebih luas sehingga menciptakan lapangan kerja baru untuk menyejahterakan rakyat.

Hilirisasi bisa kita pahami secara sederhana yakni proses penghiliran bahan mentah dari alam menjadi produk jadi atau setengah jadi. Ini akan menyebabkan transformasi ekonomi yang berkesinambungan, dari bahan mentah berharga murah menjadi produk jadi atau setengah jadi yang lebih mahal.

Industri manufaktur bakal jadi penopang untuk mengolah bahan mentah tersebut. Tenaga kerja dan sumber daya alam didorong dari yang berproduktivitas rendah menjadi tinggi.

Industri manufaktur baru, akan menghasilkan diversifikasi produk olahan turunan yang beragam dari komoditas utama. Dari bahan mentah, diharapkan memicu keberlanjutan proses yang dapat meningkatkan produktivitas, keuntungan finansial dan kesempatan kerja serta kemakmuran yang lebih luas.

Berkaca kepada kebangkitan Korea Selatan pasca-perang, Ana Maria Santacreu dan Heting Zhu (2018) menjelaskan, ada dua faktor utama pemicu kemajuan negara tersebut, yakni lingkungan bisnis dan inovasi.

Kemudahaan memulai usaha perlu didukung oleh kebijakan pemerintah demi lingkungan bisnis yang kondusif. Lalu perhatian pada penelitian untuk pengembangan teknologi inovasi sangat berguna menumbuhkan industri manufaktur yang mengolah bahan-bahan mentah jadi produk berkualitas dan memiliki daya saing global.

Saat ini, peta jalan hilirisasi telah dibuat hingga tahun 2040 dengan fokus pada 21 komoditas utama yang dibagi dalam delapan sektor prioritas. Sektor tersebut antara lain mineral, batu bara, minyak bumi, gas bumi, perkebunan, kelautan, perikanan dan kehutanan.

Baca Juga: BKPM: Ada 142 Investor yang Nyatakan Minat Investasi di IKN Nusantara

2. Produk turunan yang bernilai tambah

Sejahterakan Negeri dengan Hilirisasiilustrasi (Unsplash.com/Ustman Media)

Sumber daya alam yang dipetakan dalam hilirisasi dengan tujuan menyejahterakan rakyat itu setidaknya ada 21 komoditas utama.

Komoditas tersebut yakni batu bara, nikel, timah, tembaga, bauksit, besi baja, emas perak, aspal Buton, minyak bumi dan gas bumi. Sektor perkebunan dan kehutanan ada sawit, kelapa, karet, biofuel, kayu log, dan getah pinus. Di sektor kelautan ada udang, perikanan, rajungan, rumput laut dan garam.

Meski saat ini purwarupa hilirisasi yang ramai dibicarakan adalah nikel, tapi contoh sederhana adalah kelapa. Tanaman bernama ilmiah Cocos nucifera L. adalah tanaman yang bisa menghasilkan cuan dari ujung akar hingga ujung daun.

Misalnya, kita bisa membeli buah kelapa utuh dengan harga murah, satu biji sekitar Rp10 ribu. Dari petani, harga bisa lebih murah lagi. Tapi ketika kita membeli es kelapa atau santan kelapa yang sudah diproses, harganya bisa berlipat.

Apalagi jika kita membeli minyak kelapa, susu kelapa atau gula kelapa, harganya lebih tinggi lagi.

Itu baru buahnya saja. Sedangkan tanaman ini bisa dimanfaatkan dari mulai batok, sabut, batang pohon, hingga lidinya.

Eka Meidayanti dari Mojokerto, menjual briket arang batok kelapa dari mulai tahun 2013 dengan modal awal Rp50 juta. Usahanya jatuh bangun. Tapi, kini permintaan briketnya datang dari Amerika Serikat, Prancis, Saudi Arabia, Rusia, Turki juga Korea Selatan.

Koperasi Sabut Kelapa-Petani Minang Global (Kosapa-PMG), pada Februari 2022, secara perdana berhasil mengekspor cocofiber 75 ton senilai 22.500 dolar AS ke China. Sedangkan pengusaha di Sulawesi Utara, sepanjang 2022 berhasil mengekspor 2.606 ton santan kelapa ke tujuh negara dengan nilai Rp50,8 miliar.

Menurut The Observatory of Economic Complexity (OEC), Indonesia adalah eksportir produk kelapa dan turunannya yang terbesar di dunia. Pada 2021, ekspor Indonesia bernilai 471 juta dolar AS atau sekitar Rp7,2 triliun.

Laman Kementerian Perdagangan (Kemendag) menjelaskan, ekspor produk kelapa Indonesia saat ini masih didominasi kelapa segar. Hilirisasi diharap dapat meningkatkan nilai tambah dari produk turunan yang dihasilkan.

Satu komoditas seperti kelapa saja, bisa diolah menjadi beberapa produk jadi dan setengah jadi yang lebih bernilai. Kita bisa bayangkan jika pemanfaatan sumber daya alam dari 21 komoditas utama hilirisasi ini bisa optimal hingga 2040 mendatang, akan banyak pengusaha dan lahan pekerjaan baru yang akan menyejahterakan negeri.

3. Hilirisasi menuju Sustainable Development Goals

Sejahterakan Negeri dengan Hilirisasiilustrasi aktivitas masyarakat Indonesia (Unsplash.com/Fikri Rasyid)

Dilansir dari laman resmi Presiden RI (19/8/2023), Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa negeri kita telah mengekspor bahan mentah sejak 400 tahun lalu, sejak era kolonial. Booming minyak pada 1970-an, booming kayu pada 1980-an, Indonesia juga mengekspor bahan mentah tapi itu tidak memberi nilai tambah bagi negara.

Gagasan hilirisasi saat ini yang digaungkan, adalah upaya meningkatkan nilai tambah yang dimiliki untuk transformasi ekonomi demi kesejahteraan seluruh negeri. Hilirisasi juga akan menjadi pendorong mencapai Sustainable Development Goals (SDGs), pembangunan yang berkelanjutan.

Meningkatnya perekonomian dari hilirisasi akan mengurangi bahkan mengakhiri pengangguran dan kemiskinan. Meningkatnya penerimaan negara dari hilirisasi, mendorong pelayanan publik yang semakin berkualitas seperti layanan kesehatan dan pendidikan yang kian baik, yang mampu menghasilkan beragam inovasi teknologi.

Hilirisasi juga diharapkan mendorong infrastruktur yang berkelanjutan dan merata, mengurangi konflik kesenjangan ekonomi, serta menciptakan pekerjaan yang layak untuk semua orang.

Tidak perlu banyak alasan untuk tidak mendorong hilirisasi yang memiliki begitu banyak manfaat bagi kemajuan negara. Asalkan tetap konsisten dijalankan dengan kelembagaan pemerintah yang kuat, cita-cita Indonesia Maju 2045 bukan isapan jempol belaka.

Baca Juga: Kemendagri Sebut Ada Investasi Macet Rp1.000 T, BKPM Bilang Begini

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya