Profil Airlangga Hartarto, Lanjut Menko Ekonomi di Kabinet Prabowo

- Airlangga Hartarto dilantik sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian di Kabinet Prabowo-Gibran.
- Ia memiliki riwayat pendidikan yang cukup panjang, termasuk gelar MBA dari Monash University, Australia.
Jakarta, IDN Times - Airlangga Hartarto resmi melanjutkan jabatannya sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Namanya masuk dalam Kabinet Merah Putih, Prabowo-Gibran dan dilantik hari ini, Senin (21/10/2024).
Dia menjadi salah satu menteri di pemerintahan Joko "Jokowi" Widodo, yang dipanggil Prabowo Subianto ke kediamannya di Kertanegara, Jakarta Selatan pada awal pekan lalu. Namanya juga diumumkan oleh Prabowo pada Minggu (20/10) malam.
Berikut sepak terjang karier dan profil Airlangga Hartarto!
1. Kehidupan pribadi dan riwayat pendidikan

Airlangga Hartarto adalah putra Ir. Hartarto. Sang ayah pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian pada Kabinet Pembangunan IV (1983-1988) dan Kabinet Pembangunan V (1988-1993), serta Menteri Koordinator bidang Produksi dan Distribusi (Menko Prodis) pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998).
Airlangga Hartarto menikah dengan Yanti K. Isfandiary dan memiliki anak bernama Adanti, Ravindra, Audi, Dines, Bianda, Latascha, Maisara, dan Natalie.
Airlangga Hartarto lahir di Surabaya, Jawa Timur pada 1 Oktober 1962 atau kini menginjak usia 64 tahun. Lulusan SMA Kolese Kanisius Jakarta pada 1981 ini punya berbagai prestasi, baik akademik maupun nonakademik.
Berikut riwayat pendidikan Airlangga Hartarto:
- SMA Kanisius, Jakarta, 1981
- Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin, UGM Yogyakarta, 1987
- AMP Wharton School, University of Pennsylvania, Philadelphia, USA 1993
- Master of Business Administration (MBA), Monash University, Australia 1996
- Master of Management Technology (MMT), Melbourne Business School University of Melbourne, Australia 1997
- Honorary Doctorate in Development Policy, The Korea Development Institite (KDI) School of Public Policy and Management, South Korea 2019.
2. Airlangga Hartarto menjadi pribadi yang aktif dalam organisasi dan politik

Airlangga Hartarto saat ini juga menduduki Menteri Koordinator Bidang Perekonomian periode 2019-2024 pada Kabinet Indonesia Maju Presiden Joko Widodo dan Ma’ruf Amin. Sebelumnya, Airlangga Hartarto pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian pada perombakan Kabinet Kerja Jokowi-Jusuf Kalla.
Airlangga Hartarto juga pernah menjabat Wakil Bendahara dalam Pengurus DPP Partai Golkar pada 2004-2009, dan tercatat sebagai Ketua DPP Partai Golkar pada 2009-2015. Dia juga pernah menjabat sebagai Ketua Asosiasi Emiten Indonesia periode 2011-2014 dan Ketua Komisi VII DPR RI periode 2006-2009.
Selain itu, Airlangga Hartarto terpilih kembali menjadi anggota DPR periode 2009-2014 untuk daerah pemilihan Jawa Barat V, dan menjabat sebagai Ketua Komisi VI yang membidangi perindustrian, perdagangan, UKMK, Investasi, dan BUMN.
Pada 2006-2009 Airlangga Hartarto menjabat Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dan Ketua Dewan Insinyur PII 2009-2012. Dia juga merupakan anggota Majelis Wali Amanah Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta hingga 2012.
Tidak hanya itu, Airlangga Hartarto menjadi pemrakarsa Herman Johannes Award, suatu penghargaan bagi inovasi teknologi saat ia menjabat Ketua Keluarga Alumni Fakultas Teknik UGM (KATGAMA) pada 2003.
3.Airlangga Hartarto seorang pengusaha sukses sebelum menjabat menteri

Berbekal ilmu yang dimiliki, Airlangga Hartarto memutuskan jadi pengusaha sukses setelah lulus kuliah, dan memulai banyak bisnis dengan berbagai perusahaan.
Airlangga Hartarto mendirikan PT Graha Curah Niaga yang bergerak di bidang agraria atau pupuk. Dia juga pernah menjadi presiden Komisaris dari PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW) pada 1987. Kemudian, dia menjadi presiden PT Jakarta Prime Crane pada 1991.
Pada 1994, Airlangga Hartarto menduduki kursi presiden di PT Bisma Narendra, dan PT Ciptadana Sekuritas. Ia juga pernah menjadi Komisaris PT Sorini Corporation Tbk (SOBI) pada 2004.
Pengalaman di dunia bisnis membuat Airlangga Hartarto dipercaya menjadi Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) tiga periode, yaitu 2005-2008, 2008-2011, dan 2011-2014.
4. Mengundurkan diri jadi ketua umum Golkar

Airlangga Hartarto memimpin Partai Golkar sejak ketua umum sebelumnya, Setya Novanto terlibat kasus korupsi KTP elektronik. Airlangga terpilih secara aklamasi sebagai ketua umum definitif Partai Golkar dalam rapat pleno di DPP Partai Golkar pada 13 Desember 2017. Airlangga terpilih secara aklamasi setelah pesaingnya, Aziz Syamsuddin, mengundurkan diri dari pencalonan ketua umum.
Kepemimpinan Airlangga Hartarto di Partai Golkar berlanjut setelah terpilih kembali dalam Munas Partai Golkar di Jakarta pada 4 Desember 2019. Saat itu, kursi kepemimpinan ketua umum sempat diisukan memanas karena ada persaingan dengan Bambang Soesatyo (Bamsoet).
Dua tahun, Airlangga Hartarto sempat diisukan akan digulingkan dari posisi Ketua Umum Golkar. Padahal, menurut politikus senior Golkar, Yorrys Raweyai, konsolidasi yang dilakukan Airlangga Hartarto selama ini cukup baik terhadap kepemimpinan di partainya.
“Konsolidasi yang dilakukan Airlangga Hartarto selama ini saya melihat cukup bagus dan tidak ada riak-riak yang muncul dari daerah atau pusat tentang ketidaksenangan mereka terhadap kepemimpinan Airlangga Hartarto,” ungkap Yorrys saat dihubungi IDN Times, Rabu, 11 Mei 2022.
Namun Airlangga akhirnya mengumumkan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketum Golkar terhitung sejak Sabtu, 10 Agustus 2024. Usai mengumumkan dirinya mundur, Airlangga mengatakan, semua proses pengunduran diri itu akan berjalan damai dan tertib untuk menjunjung tinggi marwah Golkar.
Dia juga mengatakan pengunduran dirinya diproses sesuai mekanisme partai. Hal itu dilakukan demi menjaga keutuhan Partai Golkar.
"Selanjutnya sebagai partai besar yang matang dan dewasa, DPP Partai Golkar akan segera menyiapkan mekanisme organisasi sesuai dengan ketentuan AD/ART organisasi yang berlaku," kata Airlangga.
5.Kagum dengan ajaran Mahatma Gandhi soal 7 hal yang harus dihindari

Airlangga Hartarto mengagumi ajaran Mahatma Gandhi menyangkut tujuh hal yang harus dihindari, yakni kaya tanpa bekerja, kesenangan tanpa kesadaran, pengetahuan tanpa karakter, bisnis tanpa moral, ilmu tanpa kemanusiaan, penghargaan tanpa pengorbanan, dan politik tanpa prinsip.
Airlangga Hartarto juga pernah menulis buku Strategi Clustering dalam Industrialisasi Indonesia (terbitan Andi Offset, Yogyakarta, 2004).