Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Purbaya: Tidak Ada Manipulasi pada Data Pertumbuhan Ekonomi Q2

IMG-20250915-WA0009.jpg
Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa (IDN Times/Ilman Nafi'an)
Intinya sih...
  • Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97 persen, didorong oleh sektor akomodasi, makanan dan minuman, transportasi dan komunikasi, serta restoran dan hotel.
  • Kuatnya konsumsi rumah tangga tidak lepas dari penyaluran bansos dan insentif pemerintah pada April–Juni 2025.
  • Indonesia masuk negara yang memiliki daya tahan kuat meski AS menerapkan tarif resiprokal. IMF merevisi ke atas outlook pertumbuhan ekonomi global.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan tidak ada manipulasi dalam data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 sebesar 5,12 persen yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS). Menurutnya, capaian tersebut sepenuhnya mencerminkan kondisi riil perekonomian nasional.

Ia bahkan berkelakar, jika ada pihak yang meragukan data BPS, berarti ekonom tersebut tidak memahami cara menghitung pertumbuhan ekonomi.

“Angka triwulan II memang seperti itu. Tidak ada manipulasi BPS. Kalau masih ada yang menyangkal, berarti ekonomnya tidak paham. Menteri Keuangan boleh ngomong begitu kan, ya? Jadi lihat juga bagaimana suplai uang di masyarakat,” ujar Purbaya dalam konferensi pers APBN Kita edisi Agustus 2025 di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, Senin (22/9/2025).

1. Faktor penopang pertumbuhan ekonomi kuartal II

IMG-20250922-WA0043.jpg
Realisasi Konpers APBN KiTa per Agustus. (IDN Times/Triyan).

Purbaya menjelaskan, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,12 persen di kuartal II-2025 terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,97 persen. Kenaikan konsumsi tersebut didorong oleh pertumbuhan sektor akomodasi, makanan dan minuman sebesar 4,2 persen; transportasi dan komunikasi 6,5 persen; serta restoran dan hotel 6,8 persen.

“Sebagian orang menganggap angka ini salah. Katanya 5,12 persen itu maksudnya 5+8, padahal bukan begitu. Kalau dilihat lebih dalam, laju pertumbuhan uang pada triwulan II memang cukup kencang. Itulah yang mendorong belanja konsumen tumbuh kuat 5 persen,” jelasnya.

2. Dampak insentif terasa dalam tiga bulan

WhatsApp Image 2025-09-22 at 15.15.42.jpeg
Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa (tengah) sebelum memberikan pemaparan pada konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Senin (22/9). (Eko Wahyudi/Fortune Indonesia)

Menurutnya, kuatnya konsumsi rumah tangga tidak terlepas dari penyaluran bantuan sosial (bansos) dan berbagai insentif pemerintah pada April–Juni 2025. Kebijakan fiskal itu membuat peredaran uang di masyarakat tumbuh signifikan.

Dengan adanya insentif yang digulirkan jelang Idulfitri pada April 2025 baru terasa dampaknya sekitar tiga bulan kemudian, sehingga mampu mengerek pertumbuhan ekonomi hingga akhir Juni 2025.

“Waktu itu uang digenjot sampai April. Ada delay-nya, April, Mei, Juni, Juli, biasanya tiga bulan. April, Mei, Juni, Juli, setelah itu habis. Mei digenjot lagi uangnya ke bawah, lalu melambat, sehingga setelahnya kita mengalami perlambatan ekonomi,” ucapnya.

3. Pertumbuhan ekonomi RI cukup resilient

ilustrasi pertumbuhan ekonomi (unsplash.com/Mathieu Stern)
ilustrasi pertumbuhan ekonomi (unsplash.com/Mathieu Stern)

Menurur Purbaya, Indonesia masuk dalam negara yang memiliki daya tahan kuat, meski AS menerapkan tarif resiprokal. Dengan berbagai latar belakang global tersebut, IMF merevisi ke atas outlook pertumbuhan ekonomi global dan mencerminkan optimisme mulai menguat.

"Indonesia termasuk negara yang mengalami revisi ke atas dengan pertumbuhan ekonomi dipraksikan naik menjadi 4,8 persen pada 2025 dan 4,7 persen, oh dinaikkan ke 4,8 dari 4,7 persen sebelumnya," tegasnya.

Share
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in Business

See More

Anggaran MBG Terserap Rp13 Triliun, Wamenkeu: Diharapkan Ada Kenaikan

22 Sep 2025, 17:32 WIBBusiness