Krisis Pangan Dunia Melanda, Menkeu AS: Kita Gak Butuh Institusi Baru

Dunia saat ini tengah menghadapi krisis kelaparan

Nusa Dua, IDN Times - Menteri Keuangan Amerika Serikat (Menkeu AS), Janet Yellen menegaskan, dunia tidak lagi membutuhkan institusi baru untuk menangani krisis pangan yang terjadi secara global saat ini.

Alih-alih membentuk lembaga baru, Janet menyarankan agar organisasi dan forum yang ada saat ini untuk bekerja sama lebih erat dengan negara-negara dalam menangani krisis pangan global.

"Kita tidak membutuhkan institusi baru. Yang kita butuhkan adalah koordinasi yang kuat, berbagi pengetahuan, penelitian dan pengembangan, pendanaan dan tindakan," ucap Janet dalam High Level Seminar G20 Indonesia: Strengthening Global Collaboration for Tackling Food Insecurity di Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022).

Baca Juga: Sri Mulyani: 276 Juta Penduduk Dunia Terancam Krisis Pangan

1. Kehadiran Global Alliance for Food Security sudah cukup

Krisis Pangan Dunia Melanda, Menkeu AS: Kita Gak Butuh Institusi BaruBuruh tani memanggul gabah usai panen di areal persawahan padi Desa Jamus, Mranggen, Demak, Jawa Tengah, Senin (6/1/2020). Kementerian Pertanian pada 2020 menargetkan mampu mewujudkan swasembada pangan, salah satunya dengan menargetkan produksi beras sebesar 3 juta ton per bulan guna memenuhi kebutuhan konsumsi rata-rata beras nasional sebesar 2,5 juta ton per bulan sekaligus untuk stok ketahanan pangan nasional. (ANTARA FOTO/Aji Styawan/ama)

Sejalan dengan hal tersebut, Janet menyampaikan bahwa kehadiran Global Alliance for Food Security (GAFS) atau Aliansi Global untuk Ketahanan Pangan saat ini cukup membantu dalam penanganan krisis pangan di dunia.

Adapun GAFS merupakan lembaga yang dibentuk oleh Presidensi G7 dan Bank Dunia pada Mei lalu untuk merespons krisis kelaparan global.

"Dalam hal ini, Aliansi Global untuk Ketahanan Pangan sangat membantu dan mereka selanjutnya mengusulkan G20 dan para deputi mempertimbangkan bagaimana meningkatkan kerjasama antara kementerian keuangan G20 dan otoritas terkait," beber Janet.

Baca Juga: Sri Mulyani: Perang Rusia-Ukraina Biang Krisis Energi dan Pangan Dunia

2. Saran Janet kepada negara Anggota G20

Krisis Pangan Dunia Melanda, Menkeu AS: Kita Gak Butuh Institusi BaruMenteri Keuangan AS Janet Yellen (Wikimedia/By Federalreserve - BKLM4457)

Janet kemudian menyarankan kepada negara-negara Anggota G20 untuk mengambil lebih banyak tindakan atau aksi dalam memberikan bantuan finansial guna mengatasi krisis kelaparan dunia.

Dia mencontohkan bagaimana Negeri Paman Sam telah berkomitmen menyumbangkan 2,76 miliar dolar AS bulan lalu untuk kebutuhan ketahanan pangan. Adapun AS telah menggelontorkan 2,8 miliar dolar AS untuk ketahanan pangan selama invasi Rusia ke Ukraina.

"Kami juga memberikan 500 juta dolar AS ke EBRD (European Bank for Reconstruction and Development) dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan energi. Kami juga akan kepada African Development Bank dan African Emergency Food Production," ucap Janet.

Baca Juga: Bertemu Menkeu China, Sri Mulyani Bahas Penanganan Krisis Pangan

3. Konflik Rusia dan Ukraina biang kerok krisis energi dan pangan dunia

Krisis Pangan Dunia Melanda, Menkeu AS: Kita Gak Butuh Institusi BaruMenteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati menghadiri Side Event G20: Sustainable Finance for Climate Transition di Bali International Convention Center, Kamis (14/7/2022). (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Sebelumnya diberitakan, Menkeu, Sri Mulyani Indrawati menyebutkan bahwa perang Rusia dan Ukraina sebagai biang kerok krisis energi dan pangan yang terjadi secara global belakangan ini. Krisis yang terjadi tersebut membuat dunia mesti berdarah-darah lagi lantaran masih belum bisa bangkit akibat pandemik COVID-19.

"Tensi geopolitik Rusia dan Ukraina memiliki dampak signifikan terhadap krisis energi dan pangan yang terjadi secara global, dan memberikan tekanan inflasi bagi Indonesia," ujar Sri Mulyani dalam Side Event G20: Sustainable Finance for Climate Transition di Bali International Convention Center, Kamis (14/7/2022).

4. Rusia dan Ukraina pegang peranan penting dalam perdagangan internasional

Krisis Pangan Dunia Melanda, Menkeu AS: Kita Gak Butuh Institusi BaruSeorang warga membawa poster saat protes anti perang, setelah Rusia meluncurkan operasi militer besar terhadap Ukraina, di depan Kantor PBB di Jenewa, Swiss, Sabtu (26/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Pierre Albouy.

Dampak luar biasa itu terjadi karena Rusia dan Ukraina sama-sama memegang peranan penting dalam perdagangan global. Rusia merupakan eksportir minyak mentah kedua terbesar di dunia. Sementara Ukraina dikenal sebagai eksportir minyak biji bunga matahari terbesar di dunia.

"Tensi geopolitik Rusia dan Ukraina memberikan tekanan lebih jauh kepada perekonomian dan situasi politik global. Rusia dan Ukraina punya peran besar di dalamnya," kata Sri Mulyani.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya