Kisah Bisnis Hypernet Technologies, dari Warnet hingga Diakuisisi XL

Hypernet berhasil diakuisisi XL pada Maret 2022

Jakarta, IDN Times - Industri internet terutama teknologi dan informasi berkembang begitu pesat saat ini. Keberadaan infrastruktur yang perlahan memadai pun memunculkan banyak pemain di industri internet tersebut. Salah satunya adalah PT Hipernet Indodata (HI) atau Hypernet Technologies.

Mengutip dari situs resminya, Hypernet Technologies merupakan perusahaan Managed Service Provider (MSP) yang telah resmi menjadi bagian dari PT XL Axiata Tbk. Hal itu terjadi setelah XL mengakuisisi Hypernet pada 22 Maret 2022 silam.

IDN Times pun kemudian berkesempatan melakukan wawancara khusus CEO Hypernet, Sudianto Oei untuk mengetahui seluk beluk bisnis Hypernet sejak sebelum hingga sesudah diakuisisi oleh XL.

Berikut hasil wawancara lengkapnya.

Baca Juga: Mengenal Open dan Managed WiFi untuk UKM Digagas XL Axiata-Hypernet

Bagaimana proses akuisisi Hypernet oleh XL pada 2022 lalu?

Jadi memang sesuai dengan target XL Axiata bahwa memang mereka akan lebih fokus pada segmen B2B (business to business), enterprise business. Nah karena Hypernet hampir 18 tahun ini fokusnya B2B kan, dari small medium business sampai medium enterprise sampai ke large enterprise. Large enterprise itu biasanya kategorinya financial banking sama public sector government.

Kemudian karena memang mereka targetnya mau masuk dan fokus segmen B2B makanya mereka mulai mencari partner-partner yang memang dirasa bisa bersinergi secara produk, secara customer based karena tadi kami memang B2B. Nah ya sudah mereka merasa bahwa saat itu kebetulan pembicaraannya juga gak singkat, setengah tahun lebih proses penjajakannya. Sejak 2021 pas COVID-19 dan kebetulan gak bisa ketemu offline jadi virtual conference hampir setiap minggu intens dan terjadi kecocokan, ada potensi sinergi yang dirasa dari sisi Hypernet dan XL Axiata bisa menjadi saling berkolaborasi.

Selain potensi, hal apa lagi yang membuat XL tertarik mengakuisisi Hypernet?

Kisah Bisnis Hypernet Technologies, dari Warnet hingga Diakuisisi XLKantor Hypernet (IDN Times/Aldila Muharma & Reynaldy Wiranata)

Secara bisnis modelnya kita mirip dengan XL. Jadi, XL itu kan dia sistemnya berlangganan ya walaupun segmennya consumer. Nah Hypernet juga menerapkan sistem model yang sama, walaupun pelanggan kita B2B atau enterprise, tapi sistemnya berlangganan juga, subscription. Jadi, sistem revenue-nya itu recurring base.

Nah itu yang dilihat mereka tuh kok mirip nih dengan caranya XL menjalankan bisnis yang sekarang sudah ada. Jadi itu mungkin menjadi pertimbangan mendasarnya mereka karena recurring pada saat terjadi epidemik kayak kemarin itu bisa masih tetap survive. Kalau kita dagang kan pas tutup kemarin tuh offline drop semua. Nah kami saat itu untungnya puji Tuhan masih bagus secara revenue.

Bagaimana perkembangan bisnis Hypernet dari sebelum hingga setelah diakusisi XL?

Kita mencatatkan pertumbuhan yang positif ya. Jadi kan XL masuk di pertengahan 2022. Jadi closing year kami di 2022 akhir itu pertumbuhannya positif dan masih double digit.

Nah impact yang memang signifikan kami rasakan bahwa sinergi secara produk. Jadi yang dulu kami punya keterbatasan secara coverage network, sekarang kita bisa utilize karena XL kan punya hampir di seluruh Indonesia, BTS-nya kan banyak. Terus kemudian dari sisi secara compliance maturity-nya kita tuh jadi naik tuh karena kan proses SOP di perusahaan besar biasanya jauh lebih rapi, lebih bagus.

Nah itu kami banyak sekali belajar dari mereka, tapi fleksibilitasnya tetap dipertahankan oleh manajemen XL untuk Hypernet bisa gesit dan lincah gitu makanya pertumbuhannya masih bisa tetap positif.

Bagaimana kondisi dan cara bertahan Hypernet ketika pandemik COVID-19?

Kisah Bisnis Hypernet Technologies, dari Warnet hingga Diakuisisi XLKantor Hypernet (IDN Times/Aldila Muharma & Reynaldy Wiranata)

Nah karena basic product yang kami waktu itu memang koneksi internet ya, jadi malah pada saat pandemik itu malah menjadi critical malah ada tren peningkatan revenue di sektor-sektor tertentu.

Contohnya di education, healthcare, logistik, itu naik semua tuh kalau pariwisata ya drop karena kan tutup ya. Jadi justru malah menjadi kebutuhan paling critical pada saat pandemik itu.

Nah ini yang tadi inline dengan apa yang terjadi juga di XL. Konsumernya naik kan. Penggunaan kuota di rumah bahkan juga naik. Jadi, mereka melihat bahwa ini sinergi yang cocok nih.

Apa yang jadi pembeda Hypernet dengan perusahaan provider internet lain di Indonesia?

Jadi, kita itu memang sejak 2018 itu berusaha untuk mentransformasi diri bukan menjadi internet provider. tapi menjadi managed service provider. Nah apa sih managed service provider itu? Jadi kita menggabungkan layanan tidak hanya dari sisi koneksi internet, tapi juga dengan layanan hardware, software, dan people-nya atau resource-nya karena kami melihat di segmen B2B ini konsepnya mereka itu maunya all in one, end to end.

Makanya kalau misalnya masyarakat aware, tagline-nya kami tuh terima beres tuh. Jadi supaya kami pada saat masuk ke customer, customer tahunya oh berarti kalau sama Hypernet saya terima beres aja ya. Tagline itu yang kami selalu push karena memang maunya kami goanya ke pelanggan itu adalah dengan Hypernet dia terima.

Nah itu yang konsep unik yang juga dilihat balik lagi sama manajemen XL bahwa ini beda dengan provider yang lain karena kalau cuma jual internet, trennya itu malah sebenarnya makin price war, perang harga karena memperebutkan pelanggan kan dan itu hanya basic need saja, Jadi gak akan bisa meningkatkan value secara signifikan, sedangkan balik lagi kan tadi targetnya memang meningkatkan value.

Ya sudah harus ada service yang lain makanya sejak 2018 dengan transformasi managed service ini juga membuat positioning kita di market agak berbeda nih dengan pemain internet yang lain, yang mereka cuma jualan koneksi, kami sudah bisa menjual tidak hanya koneksi, tapi juga yang lain.

Trennya malah ke depan internet itu akan menjadi complimentary atau pelengkap karena ya sekarang semua orang pasti butuh. Apalagi kita ngomong bisnis ya, gak mungkin gak kepakai, tapi kan penggunaan internet itu kan untuk hal yang lain. Bukan untuk karena dia cuma mau email dan browsing kan. Ada something misalnya sekarang ERP, penggunaan cloud, satu data seperti yang diterapkan oleh Menteri Kesehatan. Nah, hal kayak gitu yang sebenarnya menjadi fokus utama dari pelanggan kami.

Sekarang Hypernet juga sudah bisa membantu pelanggan kita untuk mem-provide jasa konsulting untuk ISO. Banyak tuh perusahaan yang sudah mau naik level, dia merasa bahwa proses saya ini masih gak bener nih, komplain, berarti kan dia harus ke arah ISO.

Nah, kita punya services untuk membantu assessment dan consulting pendampingan. Nah kelengkapan ini kan biasanya kalau makin banyak makin mahal dong? Nah makanya kita packaging dengan business model tadi, bayarnya skema bulanan. Jadi terkesan kayak customer tuh nyicil dibandingkan dia beli di depan. Itulah yang dari sisi market walaupun terjadi pandemik, kami masih bisa menumbuhkan, memberikan kontribusi double digit.

Apa target Hypernet tahun ini dan strategi apa yang diusung untuk mencapai target tersebut?

Kisah Bisnis Hypernet Technologies, dari Warnet hingga Diakuisisi XLKantor Hypernet (IDN Times/Aldila Muharma & Reynaldy Wiranata)

Pastinya kami akan lebih fokus ke yang small medium business ya karena secara kontribusi atau secara jumlah, itu kalau di piramida itu small medium business itu yang paling banyak tuh.

Bahasanya tuh UMKM sekarang kan ya. Saya tidak ingat datanya nanti dari tim marketing bisa kasih, tapi secara rasio memang itu menjadi fokus marketing kami baru kemudian ke medium enterprise dan large enterprise gitu.

Nah solusi yang kami crafting, yang kami buat ini memang harus menyesuaikan dengan UMKM ini. Makanya tadi skema sewa atau bayar bulanan itu sangat cocok dengan segmen ini. Nah dibantu dengan sinerginya sekarang dengan ada XL Axiata jadi pemerataan infrastructure atau koneksi itu bisa menjangkau ke seluruh Indonesia. Dulunya market kami itu masih fokusnya ke Pulau Jawa dan Bali, tapi untuk Sumatra, Kalimantan, Sulawesi terutama apalagi Indonesia Timur itu memang masih kami sulit menjangkau.

Untuk sekarang kami sudah punya kantor cabang di Sulawesi Selatan, di Makassar, tapi untuk dalam waktu dekat sampai ke area Papua mungkin belum karena infrastrukturnya di sana juga masih sulit dan cari karyawannya juga sulit.

Bagaimana pandangan Pak Sudianto soal industri provider internet saat ini dan proyeksi sampai akhir tahun seperti apa?

Pastinya karena efek post-pandemi ini banyak sekali kalau saya bicara tentang bisnis ya, kan memang kita fokusnya hanya di corporate. Mereka mulai aware sekali dengan masalah IT, terutama di IT compliance karena isunya nanti bukan hanya terkoneksi, tapi bagaimana juga bisa aman.

Apalagi case masalah cyber security itu, hacking data itu, sekarang mereka sudah mulai merhati. Dulu kayak penting gak penting lah.

Jadi, dari sisi kami melihat bahwa perkembangan cyber security ini menjadi salah satu potensi bagus untuk bisnis ke depannya. Makanya kita sudah mulai masuk ke consulting, untuk pendampingan ISO.

Kami sudah masuk juga ke penyediaan jasa layanan, misalnya kayak backup data, data storage untuk dia tidak hanya di sisi servernya, tapi juga di tempat yang lain.

Jadi intinya membantu pelanggan supaya mereka punya rasa aman terhadap kondisi jaringan data mereka. Itu jadi fokusnya kami untuk mendorong pertumbuhan perusahaan terutama di tahun depan. Untuk tahun ini sih kami masih optimistis pertumbuhannya masih bagus seperti di 2021 ke 2022.

Apa target Hypernet tahun depan? Bagaimana strateginya?

Kisah Bisnis Hypernet Technologies, dari Warnet hingga Diakuisisi XLKantor Hypernet (IDN Times/Aldila Muharma & Reynaldy Wiranata)

Jadi memang trennya kan masalah cyber security ini sekarang jadi ramai kan, apalagi kalau sekarang menjelang tahun pemilu itu biasanya data yang kami dapat dari BSSN, mereka mengatakan bahwa biasanya menjelang pemilu itu jumlah attack atau cyber security attack, terutama ke lembaga pemerintah itu meningkat.

Nah ini menjadi opportunity sebenarnya kan gimana kita bisa membantu si lembaga-lembaga atau kementerian ini untuk bisa mengamankan datanya mereka. Namun, di luar daripada segmen public sector, segmen private pun juga mengalami hal yang sama. Jadi trennya memang akan cyber security. Sudah bukan lagi koneksi internet kencang atau gak karena kan sudah mulai merata. Jadi orang sudah mendapatkan koneksi secara gampang lah sekarang istilahnya, tapi karena saking gampang terkoneksi sekarang kan keamanan menjadi concern.

Jadi itu yang akan menjadi challenge terutama bagi corporate business untuk bisa melindungi data mereka, tidak hanya data pelanggan, tapi data employee juga.

Baca Juga: Kisah Sukses Bisnis Tanaman hingga Omzet Jutaan Bermodal Awal Plastik

Seberapa besar pengaruh Pemilu 2024 terhadap bisnis Hypernet?

Pengalaman dari pemilu yang sebelumnya 2019 sih tidak signifikan ya, tapi memang ada beberapa di mana mungkin proyek-proyek pemerintah menjadi sedikit terlambat karena kan proses transisi ya. Namun, secara overall tidak memberikan dampak signifikan ke kami.

Malah kami melihat tahun pemilu tahun depan ini malah jadi opportunity di masalah cyber security yang di mana di 2019 itu kan tidak terlalu ramai masalah cyber security. Tahun ini lebih ramai, jadi malah harusnya pertumbuhannya menjadi lebih positif sih.

Harga mahal, koneksi lambat, dan tidak stabil jadi beberapa masalah di pelanggan. Bagaimana Hypernet mengatasi itu dan apa saja solusinya?

Kalau kita ngomongin masalah harga mahal atau murah kan terkadang relatif ya, tergantung dari value atau service yang diberikan. Jadi, kami selalu menekankan ke calon pelanggan kami bahwa jangan dilihat dari sisi harganya dulu, tapi value dan service yang kami offer ini sesuai gak dengan needs-nya Bapak gitu. Makanya di kami tuh solusinya selalu kami bikin per vertical basis. 

Jadi kami punya tim khusus untuk solusi finance, punya tim untuk solusi public sector. Untuk health care, hospitality, education, bahkan logistik manufacture punya sendiri. Supaya tadi value dan service quality-nya bisa kami jaga. Nah jadi masalah balik lagi kalau misalnya ditanya harga internet mahal itu sebenarnya relatif dan memang ada beberapa case masih dirasa mahal karena keterbatasan jaringan, makanya dengan sinergi dengan XL ini harusnya pemerataan koneksi secara harga internet mungkin akan menjadi lebih kompetitif.

Nah kalau dari sisi secara trennya ya memang fokusnya supaya gimana apa yang ada di market sekarang bisa kami grab opportunity-nya karena filosofi kami kalau bisa kami selalu jadi first mover-nya. Jangan selalu jadi followers, memang susah di awal itu, tapi pada saat udah dapat positioning-nya biasanya kredibilitas dan trust-nya akan jauh lebih baik dibandingkan orang yang hanya ngikut. Jadi itu yang kami selalu lakukan biar bisa berinovasi.

Bagaimana awal mula Hypernet berdiri pada 2007?

Kisah Bisnis Hypernet Technologies, dari Warnet hingga Diakuisisi XLKantor Hypernet (IDN Times/Aldila Muharma & Reynaldy Wiranata)

Jadi background story-nya sebelum Hypernet menjadi perusahaan itu sebenarnya asal muasalnya adalah warnet. Jadi dari warnet waktu itu start-nya 2002. Jadi, warnet itu kan yang jadi pentingnya itu kan koneksi ya, namanya aja warnet, warung internet itu. Kalau internet gak ada ya gak bisa.

Nah, waktu itu mungkin kalau masih ingat, warnet awal zamannya kan karena chatting, ya ada miRC, ICQ gitu kan, Yahoo Messenger, terus kemudian jadi game online.  Nah, karena perkembangannya ke arah sana butuh koneksi yang masih bagus dan stabil.

Sementara saat itu koneksinya kan dial up, jelek. Jadi, saya waktu itu dengan adik saya nyari tahu nih gimana nih supaya warnet kita itu bisa bagus. Akhirnya ketemu lah teknologi internet wireless. Nah warnetnya ini waktu itu di daerah Jakarta Barat, dekat rumah karena saya juga suka main jadi, yaudah bilang ke orang tua bikin warnet boleh gak? Alasannya mau cari duit, padahal mau main gratis terus.

Nah, jadi challenge warnet kita saat kita manage waktu itu ya koneksi. Nah, kita cari akal gimana ketemu lah teknologi internet wireless.

Nah, pada saat kita belajar dan bisa,warnet kita itu jadi omongan di komunitas karena kenceng. Nah, pengelola warnet yang lain itu kan saat itu main bareng ya, komunitas game kan kita strong ya, gak anggap kompetitor lah karena kan jauh-jauh. Satu di Barat, satu di Utara, jadi gak ngerasa kayak rebutan customer lah. Jadi, kita ngobrol, terus mereka nanya, pakai apa warnet saya lalu saya jawab ini internet wireless.

Ya sudah akhirnya dari situ malah jadi ngeliat lho kok ada peluang ya? Kenapa kita gak jualin sekalian buat pemilik warnet yang lain? Nah, itulah menjadi cikal bakal muncul Hypernet. Memang kemudian Hypernet menjadi boost, perkembangan lebih cepat pada saat kami masuk menjadi part of Binus. Jadi, memang dari Binus ada jadi shareholders minority-nya kami. Nah, mereka minta Hypernet bantu dong untuk bangun jaringan internet di kos-kosan. Yaudah, dari situ jadi rame dari, semua orang jadi dengar, yang awalnya dengar cuma orang-orang warnet, sekarang jadi semua mahasiswa tahu.

Nah, mahasiswanya pada saat lulus, kan lulusan Binus banyak kan kerja jadi IT ya. Ke kantor kan, ngelamar, ya pas nyampe kantor, dia tanya lagi kami, Hypernet ke kantor bisa gak sekalian pasangin? Nah, dari situ tuh, bisnis Hypernet mulai menemukan jalan dengan sendirinya lah karena komunitas tadi yang kita bangun cukup strong.

Apa saja kesulitan dalam menjalankan bisnis Hypernet di awal-awal?

Meyakinkan pelanggan karena kita nggak punya brand dan dulu sudah ada Telkom, ada yang lain-lain lah, plat biru, merah, dan segala macam lah. Jadi, kita pada saat masuk kan pasti ditanya, pelanggan kamu siapa? Pelanggannya masa kos-kosan, pelanggannya masa warnet.

Jadi kredibilitas waktu itu masih dipertanyakan, tapi kita ya kita buktiin. Caranya waktu itu kita kasih free trial, bapak pasang coba dulu gak usah bayar. Sudah oke, bulan depan baru bayar dan ya kan orang kalau coba gratis kenapa gak ya kan?

Apa tips sukses berbisnis dari Sudianto Oei?

Kisah Bisnis Hypernet Technologies, dari Warnet hingga Diakuisisi XLCEO Hypernet, Sudianto Oei (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Sebenarnya saya gak jago ngasih tips ya, tapi kalau dari pengalaman saya sih sebenarnya ya kalau mau sukses melakukan sesuatu harus start dari yang kamu suka dulu kan.

Kenapa bikin warnet? Karena suka main game. Kenapa bikin jadi kayak ASP? Karena biar warnetnya ramai. Supaya main game-nya gak lag. Kenapa jadi ke MSP? Karena ngerasa bahwa internet cuma basic doang.

Jadi harus memberikan value. Suka eksplore juga kan. Ada barang baru, cobain, kayak sekarang cyber security lagi ramai, jadi pengen mau belajar kan. Belum nanti udah machine learning, AI. Itu kan juga jadi path ke depannya, tapi Indonesia mungkin marketnya masih belum.

Jadi harus start dari yang kita suka dulu sih. Kalau kita suka, kita kan semangat punya passion untuk belajar lebih banyak, karena mau belajar jadi ngerti banget akhirnya menguasai bidang itu. Barulah bisa ke arah sana.

Jadi saya rasa kalau passionnya gak di sana, dipaksain karena ngikut orang. Saya banyak ketemu teman bikin bisnis, tapi ngikut orang, eh dia bikin ini, banyak nih bisa sukses. Jadi orang kaya lah istilahnya, terus ikut-ikutan, tapi bukan passionnya dia.

Oleh karena bukan passionnya, dia gak menggeluti dan suruh orang lain yang kerja. Jadi dia kan gak mengerti, akhirnya gak akan bisa smooth. Itu sih mungkin tips gampangnya.

Baca Juga: Kisah Bisnis FOTOLAKU, dari Bantu UMKM hingga Omset Miliaran Rupiah

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya