Sederet Biang Kerok Penanaman Modal Asing di RI Drop 8,87 Persen

- Investor cenderung wait and see terkait kondisi dalam negeri.
- Biaya ekonomi RI masih tinggi dan masih maraknya praktik pungli.
- Perbaikan iklim investasi harus dilakukan menyeluruh.
Jakarta, IDN Times – Ekonom menilai perlambatan aliran modal asing ke Indonesia disebabkan meningkatnya kehati-hatian investor global. Hal ini tercermin dari realisasi penanaman modal asing (PMA) pada kuartal III-2025 yang turun 8,87 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp232,65 triliun.
Realisasi PMA kuartal III-2025 mencapai Rp212 triliun (year on year/yoy). Penurunan tersebut menjadi yang terdalam sejak kuartal I-2020, ketika pandemi COVID-19 mengguncang perekonomian global.
“Investor asing kini lebih sensitif dan memperhatikan betul kondisi sosial, politik, dan ekonomi suatu negara sebelum berinvestasi,” ujar ekonom sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios), Nailul Huda, kepada IDN Times, Senin (20/10/2025).
1. Investor cenderung wait and see terkait kondisi dalam negeri

Menurutnya, investor cenderung bersikap wait and see dan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk gejolak di dalam negeri.
“Ketika ada kondisi genting pada akhir Agustus kemarin dan respons pemerintah dinilai buruk, investor asing pasti berpikir seribu kali untuk datang ke Indonesia. Maka wajar jika realisasi PMA anjlok tahun ini,” ungkap Huda.
2. Biaya ekonomi RI masih tinggi dan masih maraknya praktik pungli

Selain faktor politik, investor juga menyoroti tingginya biaya ekonomi di Indonesia (high-cost economy). Masih maraknya praktik pungutan liar (pungli) di berbagai level, mulai dari oknum pejabat hingga organisasi masyarakat, dinilai memperbesar biaya investasi dan menurunkan daya saing Indonesia di mata investor global.
“Biaya ekonomi kita masih sangat tinggi. Pungli dan inefisiensi terjadi di banyak sektor, sehingga nilai Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia masih tergolong tinggi. Artinya, ekonomi kita belum efisien,” tambahnya.
3. Perbaikan iklim investasi harus dilakukan menyeluruh

Huda menegaskan, perbaikan iklim investasi harus dilakukan secara menyeluruh, mulai dari kepastian hukum, stabilitas politik, hingga pemberantasan pungli dan praktik rente ekonomi. Tanpa langkah konkret, dia menilai, arus masuk investasi asing dikhawatirkan akan terus melambat.
Sebelumnya, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani tidak membantah adanya kontraksi pada realisasi PMA dan menyebut ketegangan geopolitik dunia sebagai biang kerok penyebabnya.
"Kita ketahui memang tantangan global kan masih ada. Kemarin-kemarin kalau kita lihat, ini kan laporan triwulan tiga dari bulan Juli, Agustus, September. Dalam tiga bulan ini kan kita lihat tensi dari potensi trade war, potensi dari perang juga masih ada," kata Rosan dalam konferensi pers di Jakarta, dikutip Minggu (19/10/2025).
Kementerian investasi mencatat, realisasi investasi pada periode Januari–September 2025 telah mencapai Rp1.434,3 triliun, meningkat 13,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Capaian ini setara dengan 75,3 persen dari target tahun 2025 yang sebesar Rp1.905,6 triliun, sehingga masih dibutuhkan investasi sebesar Rp471,3 triliun untuk direalisasikan dalam tiga bulan terakhir tahun ini.