Sektor Ritel 2020 Masih Bisa Bertahan, Tapi Pertumbuhannya Rendah

Jakarta, IDN Times - Pertumbuhan sektor ritel diprediksi akan tetap rendah pada 2020. Namun, ritel dinilai lebih mampu bertahan dibanding sektor lainnya.
"Retail agak turun, tapi yang bisa tetap bertahan, ya, hanya retail. Otomotif turun, kredit tanpa agunan (KTA), apartemen, rumah, semua turun. Ini karena faktor ketidakpastian ekonomi global," ungkap Chief Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean di Jakarta, Selasa (26/11).
1. Pola konsumsi masyarakat berubah

Adrian menyebut, pertumbuhan di sektor industri turun akibat rendahnya daya beli masyarakat. Ketidakpastian ekonomi global juga membuat pola konsumsi berubah.
"Karena gak yakin (ekonomi) ke depan gimana, jadi gak beli motor, mobil. Konsumsi berkurang dan lebih banyak nabung. Selama 2 tahun terakhir banyak yang mengamankan uangnya di deposito. Artinya, dia gak mau konsumsi," katanya.
2. Turunnya sektor ritel bukan karena marketplace

Adrian membantah turunnya sektor ritel karena kalah dengan marketplace. Menurut dia, omzet Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) rata-rata Rp70 triliun. Sementara, konsumsi di GDP mencapai Rp7.000 triliun.
"Dibanding retail itu Rp2.500 triliun. Jadi sebenarnya marketplace gak berpengaruh, ya," kata Adrian.
3. Sasaran fintech beda dengan perbankan

Terkait turunnya kredit, menurut Adrian itu bukan karena diambil alih fintech peer to peer (P2P) lending. Sebab, sasaran fintech P2P berbeda dengan perbankan. Pertumbuhan pinjaman perbankan mencapai Rp300 triliun hingga Rp400 triliun setiap tahun.
"Sementara total akumulasi pinjaman fintech itu cuma Rp60 triliun karena outstanding dia itu cuma Rp10 triliun. Jadi Rp60 triliun itu gak ada apa-apanya," ujarnya.