Terkena Tarif, Ekspor Baja dan Kendaraan Listrik Korsel ke AS Turun

- Ekspor kendaraan listrik ke AS turun 97 persen
- Penjualan kendaraan ramah lingkungan Hyundai dan Kia di AS mencapai 1,5 juta unit
- Pertumbuhan ekonomi Korsel alami stagnasi
Jakarta, IDN Times - Ekspor baja dan kendaraan listrik dari Korea Selatan (Korsel) ke Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan pada Juli 2025. Persentase penurunan ekspor baja ke AS mencapai 26 persen dibandingkan Juli 2024.
Penurunan volume ekspor baja ini menjadi yang terendah dalam 2,5 tahun terakhir. Dampaknya perusahaan baja di Korsel harus menurunkan harga ekspor dari 1.915 dolar AS (Rp31,1 juta) per ton pada 2022 menjadi 1.396 dolar AS (Rp22,7 juta) per ton pada Juli 2025.
Pada Juni, Presiden AS, Donald Trump sudah meningkatkan tarif kepada semua baja dan aluminium impor sebesar 50 persen. Washington dan Seoul juga sudah menyetujui penurunan tarif resiprokal menjadi 15 persen.
1. Ekspor kendaraan listrik ke AS turun 97 persen
Berdasarkan data Bea Cukai Korsel, ekspor kendaraan listrik dari Korsel ke AS menurun 97,4 persen atau hanya 164 kendaraan pada Juli 2025. Padahal, Korsel berhasil mengekspor 6.209 unit pada Juli 2024.
Sepanjang tahun ini, rata-rata penurunan ekspor kendaraan listrik ke AS berada di angka 80 persen. Mulai Januari hingga Juli 2025, Korsel sudah mengekspor 8.443 unit kendaraan yang turun signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 72.529 unit, dilansir dari The Chosun Daily.
Penurunan ini didorong oleh pengurangan kredit pajak kendaraan listrik di AS. Selain itu, Hyundai Motor Group juga berencana meningkatkan produksi di Georgia, AS untuk mengurangi dampak tarif.
2. Penjualan kendaraan ramah lingkungan Hyundai dan Kia di AS mencapai 1,5 juta unit

Hyundai Motor dan Kia mengungkapkan bahwa penjualan mobil ramah lingkungan di AS sudah mencapai 1.515.145 unit pada Juli 2025. Hasil ini menjadi capaian besar pabrikan mobil asal Korsel itu sejak masuk ke pasar AS sejak 14 tahun silam, dilansir Korea JoongAng Daily.
Di tengah penurunan permintaan kendaraan listrik, Hyundai dan Kia mengalihkan fokus ke mobil berbahan bakar hybrid dan tipe premium. Mobil paling laris termasuk Hyundai Tucson SUV, Sonata, Ioniq 5, Kia Sportage, dan Sorento SUV.
3. Pertumbuhan ekonomi Korsel alami stagnasi

Pemerintah Korsel memproyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2025 hanya sebesar 0,9 persen. Proyeksi ini menunjukkan Korsel menghadapi masalah stagnasi imbas tarif AS dan pelemahan industri konstruksi.
“Investasi konstruksi menjadi penyumbang terbesar penurunan pertumbuhan ekonomi dalam 2 tahun terakhir. Jika Korsel hanya memiliki pertumbuhan yang stagnan, maka kemungkinan rara-rata pertumbuhan akan sekitar 1,7 persen,” ungkap Gubernur Bank of Korea, Rhee Chang-yong, dikutip dari The Korea Times.
Industri konstruksi mengalami tekanan imbas penurunan pendanaan proyek, naiknya biaya konstruksi, dan pengetatan aturan pinjaman untuk mengurangi utang rumah tangga.